Aku sedikit lega saat mendengar penjelasan Albert. Pikiranku kembali terbuka lebar saat mengingat bahwa makhluk di dunia ini bukanlah manusia saja.
Ada sosok lain yang harus kita hargai. Mungkin kemunculan mereka hanya ingin menunjukkan bahwa mereka ada.
Aku juga ingat apa yang dikatakan hantu yang menyerupai Albert tadi. Ucapannya sangat benar dan sama seperti apa yang dikatakan oleh Albert ini.
Perlahan aku paham bahwa untuk bisa hidup tenang, setidaknya kita harus sama-sama menghargai apa yang ada di sekeliling kita.
Walau ada sedikit rasa takut, aku berusaha untuk bisa menerima apa yang terjadi di rumah ini. Aku selalu berpikir bahwa mereka tidak berbahaya dan tidak akan pernah mengganggu. Selagi kita selalu dekat dengan Tuhan dan tak pernah berniat buruk, maka mereka pun tak akan memulainya lebih dulu.
Seperti kata peribahasa, api tak akan membesar bila tak ada angin.
Setelah berusaha memberanikan diri, aku berniat ke atas untuk kembali memeriksa apakah hantu itu masih menonton televisi atau tidak.
Perlahan, aku berjalan tanpa diikuti oleh Albert. Aku menaiki tangga satu persatu hingga kakiku membawaku sampai di depan pintu.
Ceklek!
Kubuka pintu ini perlahan dan mengintipnya sedikit. Merasa aman, kubuka lebar-lebar dan hantu itu sudah tidak ada.
Aku sedikit bernapas lega karena merasa bahwa hantu ini tak akan membuatku terkejut dengan tampilan wajahnya yang sangat menyeramkan.
Aku masuk ke dalam kamar dan mematikan televisi yang masih menyala. Ternyata, kejadian tadi memang benar-benar aku rasakan dan bisa menjadi pelajaran terbesar dalam hidupku.
"Maaf. Untuk siapapun yang tadi menggangguku," dengan mengumpulkan banyak keberanian, aku mulai berbicara. "Jika kalian menggangguku hanya karena ingin menunjukkan bahwa kalian ada, maka tunjukanlah dengan baik dan jangan menunjukkan wajah seram kalian. Aku di sini hanya berniat untuk menemani Albert. Tak ada niat buruk apa pun. Tolong pahami dan jangan ganggu aku lagi apalagi jika menggangguku dengan sosok hantu yang menyerupai Albert, temanku sendiri. Itu tak baik. Aku yakin kalian mendengar apa yang aku katakan ini. Tolong. Aku tak akan mengganggu. Beri aku ketenangan untuk bisa tinggal di sini dalam beberapa hari ke depan."
Setelah aku mengucapkan hal itu, keadaan sangat hening.
Aku berdiri kemudian beranjak kembali ke bawah.
Saat keluar dari kamar, jantungku hampir lepas karena sesosok anak kecil perempuan tadi berdiri tepat di depanku seolah-olah mendengar apa yang aku katakan. Anak perempuan itu tersenyum dengan tatapan yang terus mengarah ke arahku.
Aku menelan ludah dengan sangat berat. Apa yang sudah aku katakan tadi, mungkin membuat mereka ingin memastikan apakah yang aku katakan ini adalah benar ataukah hanya main-main saja.
"Apakah kau sudah tidak lagi takut dengan siapapun?" anak perempuan itu tiba-tiba berbicara. "Aku tidak mengganggu. Aku hanya ingin mengatakan hal agar tidak membuat kau semakin takut untuk tinggal di sini. Aku senang karena ada teman baru, apalagi kau bisa melihatku. Kevin, kau jangan khawatir karena aku tidak akan pernah mengganggumu dan tidak akan pernah membiarkan siapapun akan mengganggumu. Percayalah kepadaku."
"Kau tahu namaku?" ucapku terbata-bata. "Sejak kapan kau tahu namaku?"
"Tanpa kau katakan kepadaku, aku tahu." Anak perempuan itu tiba-tiba berlari dan masuk ke kamarku. Aku merasakan hawanya yang sangat dingin.
Anak perempuan itu berlari-lari di kamar seolah hal itu memang sudah menjadi kebiasaannya. Aku yang sangat penasaran mengurungkan niatku untuk turun ke bawah.
"Jika kau adalah hantu yang baik, mengapa kau masih ada di sini? Apakah ada sesuatu yang membuat kau tak bisa pergi dari sini hingga kau masih terjerat di tempat ini?"
Anak perempuan itu terdiam. Dia melihatku sambil tersenyum tanpa menjawabnya.
"Jane, apa kau yang tadi melemparkan jam ke wajah Albert saat dia membuka pintu?"
Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Bukan. Itu bukan aku. Aku tak bisa menyakiti manusia dengan cara seperti itu."
"Lalu siapa? Apa kau tahu?" aku mendekatinya untuk bisa mencari beberapa informasi.
"Aku tahu tapi aku tidak bisa mengatakannya kepadamu saat ini. Mungkin ada hal yang harus kau lakukan, yaitu jangan menjadi seseorang yang penakut. Mereka sangat menyukaimu dan ingin mengganggumu, karena mereka tahu bahwa kau adalah anak yang penakut. Tidak seperti Albert, keberadaan kau di sini membuat mereka sangat penasaran untuk bisa menjahili kau. Karena apa? Kau sangat penakut dan tidak bisa terlihat berani."
"Aku penakut karena aku tidak biasa tinggal di sebuah tempat dengan gangguan-gangguan seperti itu. Albert seperti itu karena mungkin dia sudah terbiasa pindah-pindah rumah, jadi dia tahu keadaan rumahnya itu bagaimana. Aku tidak tinggal di tempat yang sepi seperti ini. Perlu kau tahu, dari kecil aku sudah tinggal di kota dan di rumah yang cukup aman. Jadi aku tidak pernah merasa diganggu di tempat itu. Ketika aku ke sini ya aku takut. Karena kejadian-kejadian di luar nalar itu hanya bisa aku lihat di film horor saja. Aku belum pernah melihatnya secara nyata."
"Aku tahu." seru anak perempuan itu sambil mengayun-ayunkan kakinya. "Aku tahu bahwa tempat kau tinggal sangat jauh seperti keadaan di sini. Jadi karena kau di sini, kau harus bisa memahami setiap keadaan di mana kau tinggal. Jika ada yang mengganggu kau hingga bahkan menyakiti, kau harus percaya bahwa yang melakukannya itu bukanlah aku ataupun beberapa orang yang mungkin bisa kau lihat di saat ke depan. Aku mungkin bisa berupaya untuk melindungi kau agar gangguan-gangguan seperti itu tidak kau rasakan. Tapi kau juga harus menunjukkan jati dirimu bahwa kau adalah pria yang pemberani. Ingat kataku, Jangan pernah menunjukkan bahwa kau adalah seorang pria yang sangat penakut dan tak bisa menghadapi mereka dengan keberanian kau. ketakutan Kau adalah energi terbesar bagi mereka untuk bisa terus mengganggu kau. Jadi, kau bisa mempercayaiku dan mendengar ucapanku?" tanyanya dengan serius.
Aku mengganggukan kepala tanda menyetujui apa yang anak perempuan ini katakan. Aku juga tak lupa memberi pesan kepadanya agar teman-temannya tak lagi mengganggu ketenangan aku ataupun Albert.
Anak perempuan itu hanya tertawa kecil saat mendengar pertanyaanku.
"Jika aku bisa melakukannya, tentu sudah aku lakukan dari dulu." ucapnya sambil berlari ke bawah.
Saat aku mengejarnya, aku sudah tidak melihat lagi keberadaan anak perempuan itu.
Sesaat aku bingung sebenarnya apa yang terjadi pada diriku ini. Apakah aku bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak terlihat? Tapi rasanya itu tidak mungkin.
Karena tak mau memikirkannya terlalu lebih, aku memutuskan untuk kembali ke bawah dan menikmati cemilan yang ada di ruang tamu.
Albert masih berada di tempat yang sama. Dia menonton televisi dengan santai seolah-olah menghiraukan apa yang sudah terjadi dengannya. Aku yakin sebenarnya dia juga takut apalagi jika hal itu telah melukai dirinya sendiri. Namun karena Albert lebih tahu daripada aku, dia berusaha menutupi seluruh kata-kata itu dengan keberanian agar tak ada lagi gangguan yang mungkin lebih daripada itu.
...