webnovel

It's You-You Are

Kisah ini hanya menceritakan sebuah perjalanan dari seorang mojang Bandung bernama Bianca Eri Danita yang menghabiskan masa remaja di kota kelahirannya. Cukup lama dirinya menetap di kota orang, ketika dia kembali ke kotanya sendiri, banyak sekali hal-hal yang membuat dirinya merasa aneh dan tidak terbiasa, bahkan sampai membuat dia kembali teringat akan masa traumanya. Tidak hanya lika-liku drama di SMA yang Bianca jalani, tetapi pencarian pasangan pun dia lalui. Dimulai dari Kepolosannya karena tidak mengerti apa itu cinta, hingga dirinya yang mulai mencari-cari apa itu arti cinta sampi dia menemukan pilihan yang tepat bagi dirinya. Bagaimana kisah perjalanan dari Bianca? Yuk, mari kita sama-sama intip perjalanannya!^^

Wassap29 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
175 Chs

34

"Bia... Anterin gue yu ke- mau kemana lo?" Gue menolehkan kepala begitu Aksa membuka pintu kamar gue dan berhenti di ambang pintu sana. "Mau pergi, kenapa?" Bales gue lalu kembali menatap ke arah kaca untuk merapihkan kembali penampilan gue saat ini. Yap, gue mengiyahkan ajakannya Johnny. Tapi gamikir lama ko, gue langsung mengiyahkan besoknya karena gue juga sekalian mikir pengen pergi kemana. Jadi sekarang ini gue lagi siap-siap karena sebentar lagi Johnny jemput.

Mood gue awalnya udah bagus sebenernya, tapi setelah Aksa masuk ke kamar gue mendadak mood gue jadi jelek.

"Pergi? Sama siapa?"

"Orang" jawab gue dengan nada yang masih jutek.

Gue masih mogok ngomong sama Aksa, gue bakal bertingkah kaya biasa kalau di depan ibu sama ayah aja. Selebihnya gue kembali kaya biasa, menjadi Bianca yang sedang berada dalam mode galak.

Sebenernya Aksa udah minta maaf sama gue, tapi dari cara dia minta maaf tu gaada nunjukin rasa penyesalannya. Apalagi di akhir permintaan maaf dia, dia masih aja sempet-sempetnya ngatur-ngatur gue soal cowok. Bukannya gue ngebaik-baikin, yang ada gue malah makin kesel.

"Ditanya bukan ngejawab yang bener. Mau pergi sama siapa?"

"Temen sekolah! Bawel banget si lo jadi orang!" Bales gue agak sewot. Aksa yang denger nada bicara gue kaya gitu langsung kaget. "Ko lo malah jadi sewot sih?" Saut Aksa agak ninggiin suaranya.

"Yaudah makanya lo gausah banyak tanya. Mending lo keluar deh, ngapain juga lama-lama di kamar cewek?"

"Lo kenapa jadi aneh gitu si?" Karena jengah, gue jalan menghampiri Aksa lalu mendorongnya supaya keluar dari kamar gue.

"Bia! Lo kenapasih?" Saut Aksa lagi saat gue udah ngedorong dia, dengan nafas yang memburu gue cuman natap dia tajem sambil tangan gue meraih kenop pintu. "Kalau gue bilang keluar ya keluar!"

BLAM

--

Gue mulai keluar kamar begitu denger suara motornya Aksa keluar dari rumah. Gue turun ke lantai bawah dan mendapati ibu yang lagi berdiri ga jauh dari tangga sedang menatap ke arah gue.

"Bia, ibu mau ngomong nak"

Ibu ngajak gue ngobrol di ruang tengah, kita berdua duduk bersebelahan tapi ibu posisinya duduk menghadap gue, sementara gue menghadap tv. Gue tau ibu bakal bahas soal apa, karena ya gue akui tadi gue agak kelewatan juga sampe harus ngebanting pintu sekeras itu.

"Kamu ada apa sama Aksa? Sampe tadi waktu dia keluar mukanya kusut banget. Ibu aja sampe takut ngeliatnya, terus kamu tadi kenapa coba banting-banting pintu hm? Untung gaada ayah, coba kalau ayah ada dirumah gimana? Abis kamu dimarahin Bi" Saut ibu lembut.

"Bia lagi kesel sama Aksa bu"

"Kenapa? Apa yang bikin kamu kesel sampe harus bikin kalian berdua se marah ini?"

"Aksa tu banyak ngatur Bia, Sementara ya apa pernah Bia ngatur-ngatur hidupnya dia? Kan engga Bu.."

"Emang dia ngatur soal apa?"

Gue terdiam begitu ibu tanya, sebenernya agak malu juga kalau harus cerita masalah ini ke ibu. Mengingat gue orangnya tu gapernah sekalipun terlibat dalam soal percintaan, satu rumah ini tau gimana pengalaman gue soal begituan.

Walaupun konteksnya gue belum deket sama siapa-siapa tapi gatau kenapa rasanya malu banget untuk bilang sama ibu. "Bia, ko diem?" Lanjut ibu lagi sambil ngusap kepala belakang gue lembut.

"Tapi ibu jangan ketawa"

"Kenapa emangnya? Kamu ini bikin penasaran aja, kenapa sih emangnya?"

"Aksa ngatur-ngatur Bia soal cowok..." ucap gue dengan volume suara yang kecil sambil melirik ke arah ibu.

Ibu tertawa geli mendengar ucapan gue barusan, tangan beliau diulurkannya kembali untuk ngusap kepala gue lembut, sambil tersenyum ibu menatap gue dan berucap, "anak ibu udah besar ya ternyata... udah bisa suka sama laki-laki"

"Ibu apaansih... Bia ga lagi suka sama cowok ko. Cuman ya pasti kan Bia bakal ngerasain hal itu juga, tapi nyebelinnya malah diatur-atur sama Aksa"

"Emang Aksa bilangnya kaya gimana?"

"Masa Aksa gangebolehin aku pacaran bu, bahkan untuk sekedar suka aja aku gaboleh, kelewatan banget ga sih bu? Lagian Bia kan juga normal bu.. Walaupun jatohnya emang telat, tapi suka sama seseorang itu hal yang wajar kan? Apalagi kalau Bia sampe ke tahap pacaran"

"Yaudahlah Bi... mungkin maksud dia tu baik sebenernya. Tapi cara ngomongnya tu salah aja"

"Ibu belain Aksa? Kemaren juga dia bilangnya kaya gitu. Tapi tetep aja, mau cara ngomongnya dibenerin juga niat dia emang kesana"

"Ibu ga belain siapa-siapa.. disini ibu cuman bisa bilang aja sama kamu kalau ya maksud Aksa itu baik sebenernya. Gini lo Bi, kamu kan kalau ibu perhatiin belum pernah tu yang namanya tertarik untuk suka sama laki-laki, terus sekarang kamu udah mulai kan adanya ketertarikan mengagumi lawan jenis. Nah, yang harus kamu ketahuin itu.. gasemua laki-laki di dunia ini sama percis kaya Ayah, Aksa, Cakra, atau Deon..." ucap ibu yang bikin gue ngerutin dahi karena gangerti sama ucapannya.

"Maksud ibu?"

"Harusnya sih yang bilang kaya gini ke kamu itu Aksa. Minimal ya Deon atau Cakra lah, karena supaya kamu lebih paham" gue hanya menganggukkan kepala karena ya kalau gue tanya lebih detail lagi bener juga kata ibu. Selain karena masanya beda, gue agak awkward juga kalau harus bahas masalah cinta-cintaan sama orang tua kaya gini.

"Ngomong-ngomong... kamu mau pergi kemana?"

"Eum, Bia pergi sama temen bu" jawab gue sambil tersenyum. Walaupun Johnny bilang kalau gamasalah seandainya ibu tau, tapi menurut gue kalau gue bilang ke ibu, sama aja kaya gue bilang ke Aksa secara tidak langsung.

"Yaudah, ini kamu udah siap? Temen mu jemput kesini?" Tanya ibu yang untungnya gabanyak tanya kaya Aksa.

"Iya bu, dia lagi dijalan mau kesini"

"Yaudah. Ibu mau ke kamar duluya" bales ibu dan gue mengiyahkan. Setelahnya ibu pun beranjak dari duduknya kemudian menuju tujuan utamanya tadi yaitu kamar.

Tapi baru beberapa langkah, ibu berbalik lalu menatap gue sambil tersenyum.

"Kenapa bu?" Tanya gue.

"Baikan sama Aksa ya.. ibu gasuka ngeliat anak-anak ibu ada yang berantem kaya begini"

--

Setelah melihat mobil Johnny berhenti tepat di depan rumah, gue pun kembali berpamitan sama ibu lalu bergegas keluar rumah kemudian masuk ke dalem mobilnya Johnny.

"Hai!" Sapa gue begitu masuk disertai senyuman di wajah gue.

"Hai juga, sorry ya lama. Tadi dijalan rada macet soalnya" ucap Johnny diikuti muka bersalahnya.

"Gapapa ko, gue ga nunggu terlalu lama"

"Yaudah, kita jalan sekarang ya" ucap Johnny sambil tersenyum lalu setelahnya dia pun menancapkan gas mobilnya meninggalkan rumah gue.

-Beberapa Menit Setelah Bianca Pergi-

"Bu.."

"Ibu..."

"Bu, dimana?"

"Ibu...."

Tak lama setelahnya, pintu kamar orang tuanya Aksa terbuka lalu muncul ibunya dari sana. Aksa yang melihat keberadaan ibunya langsung menghampiri beliau, "bu, tadi Bianca pergi sama siapa?"

"Sama temennya.."

"Siapa bu temennya?"

"Mana ibu tau Sa... tadi pas dia pergi ibu lagi dikamar. Tadi juga ibu tanya dia pergi sama siapa cuman dijawab sama temen. Emang kenapasih?"

"Engga ko bu, gapapa"