webnovel

#7 Siapakah Ara?

"Jiwon-ssi, Apakah kita dulu sangat akrab?"

"Ne...Kita dulu sangat akrab di SD. Kita satu bangku. Bahkan kamu juga dekat dengan Ara. Ketika sudah dengannya kamu langsung deh melupakanku"

Jiwon menceritakan sepenggal masa lalu namun aku seperti tidak asing dengan nama "ARA".

"Ara?"

"Neee...Ara. Adek kelas. Bahkan rumahnya dekat denganmu. Kamu tidak ingat?"

"Mwooo?"

Aku sangat kaget ternyata aku dekat dengan Ara. Nama yang tidak asing kudengar. Jiwon juga kaget ketika aku berteriak.

"Waeyo...?"

"Jiwon-ssi...!!! Mianhe. Aku tidak ingat semuanya. Bahkan Ammaku aku tidak bisa ingat apapun tentangnya"

"Mwooooo?"

Bora. Gadis didepanku berteriak ketika aku sedang mengobrol dengan Jiwon. Ternyata dia diam-diam mendengarkanku bercerita dengan Jiwon.

"Wae...wae...wae...."

"Haru-ya....Apakah kamu sudah gila melupakan Ammamu sendiri?"

"Mwoo? Bora-ya...Aku tidak bermaksud melupakan Ammaku. Tapi aku mencoba mengingat semua tentang kenangan indah yang sempat kulupakan. Aku amnesia!!!"

"Mwoo?"

Lagi-lagi Bora berteriak membuat teman-teman sekelas menolehnya.

"Aku kecelakaan saat pulang les di Indonesia. Kejadiannya saat aku kelas 1 SMA. Aku mengira aku akan sembuh dalam waktu dekat, namun ternyata sampai sekarang aku masih berusaha untuk mengingat kenangan lamaku"

"Lama sekali"

Bora dan Jiwon menjawab bersama.

"Jangan lupa jam pertama kita belajar diruang musik "

Ketua kelas mengumumkan pelajaran hari ini. Aku mencoba mengingat nama Ara. Ternyata aku dengannya begitu sangat dekat sampai Jiwon aku lupakan karena gadis tersebut. 

Dimana aku mengingat namanya? Seperti apa wajahnya hingga aku melupakan Jiwon teman dekatku?

"Haru-ya...Yuk keruang musik?"

"Iya sebentar. Tunggu aku disana ya, aku masih membereskan buku"

"Oke..."

***

Dikelas 10 seperti biasa selalu ramai karena ada Ara dan kedua temannya. Mereka benar-benar seperti berpesta dikelas. Ternyata ada salah satu siswa yang berulang tahun dan mereka pun menyanyi bersama dipimpin oleh Ibram, Edo dan Ara. Mereka seperti tidak mempunyai rasa Jera dengan scandal yang terjadi kemarin.

Haru keluar kelas melewati koridor kelas 10. Dia mendengar keributan namun seperti ada seseorang bernyanyi dengan suara merdu. Dia juga melihat teman-temannya berkumpul di sana melihat apakah terjadi sesuatu. Agar tidak penasaran Haru juga ikut melihatnya.

"Hey....hey....hey.....hey....Apa yang kalian lakukan sekarang?"

Hingga akhirnya guru kelas 10 masuk kelas membubarkan keramaian dikelas tersebut dengan suara keras dan mengerikan.

"Halaah kenapa sudah masuk sih"

"Benar-benar merusak suasana"

Siswa yang lain mengeluh karena sedang asyik merayakan ulang tahun temannya tapi guru kelas sudah masuk.

"Kesini...kesini...berdiri disini"

Guru menyuruh Edo dan Ibram berdiri didepan kelas seolah mengetahui jika yang membuat onar adalah Trio WekWek.

"Hei...Kesini..."

Guru melihat Ara yang akan duduk lalu menyuruhnya kedepan untuk berdiri bersama dengan teman-teman gengnya

"Dasar anak nakal. Benar-benar tidak jera ya kalian!

Sambil memukul kepala Ibram dan Edo.

"Mengapa kalian masih berani bernyanyi setelah kejadian kemarin?"

"Sudah lupakan saja"

"Silahkan kalian duduk sana"

"Kau Keluar"

Pada saat ini guru melihat Ara ketika Ara sudah sampai dihadapan guru kelas. Guru seperti membedakan Ara dan teman gengnya. Ibram yang mendengar Ara disuruh keluar merasa bersalah karena ide gilanya. Sementara Haru yang melihat Ara disuruh keluar mempunyai rasa kasihan namun tidak bisa membantunya karena dia masih anak baru disana.

"Maaf?"

"Keluar! Aku sudah tidak tahan lagi melihatmu. Keluar. Jangan datang lagi kekelas ini. Lagipula kamu tidak akan masuk universitas. Kamu hanya menganggu teman sekelasmu saja."

***

          "Minggir!"

Bora dan temannya menyingkirkan kerumunan agar bisa melihat ada apa yang terjadi.

          "Mwoya...?

Bora bertanya ketika mengetahui Ara dihukum oleh guru kelasnya. Semua sekolah sudah mengetahui jika Ara adalah siswi pembuat onar disekolah.

          "Dia mendapat masalah lagi. Padahal suaranya sangat merdu"

          "Ne..

***

"Tapi ada yang berulang tahun hari ini, aku ingin menyanyikan lagu untuknya dengan meriah"

"Ya Ampuuun...apakah kamu masih bermimpi yang tinggi? Apakah kamu belum menyerah untuk menjadi penyanyi?"

Guru memukul kepala Ara. Haru yang mengetahuinya tampak kaget. Kenapa ada guru yang tega merundung muridnya sendiri.

"Tidak ada yang menginginkanmu bernyanyi. Keluar dari kelas saya. Keluar sekarang!"

"Semuanya bubar!"

Kami semua pun pergi. Aku melihat gadis itu dengan tatapan begitu sedih. Apakah aku bisa membantunya? Karena sekolah ini milik Appaku. Sama juga dengan milikku. Aku tidak begitu mengerti dengan kelakuan guru yang menyedihkan seperti ini. Merundung muridnya seperti muridnya melakukan kesalahan yang fatal.

Ara keluar kelas dengan sangat sedih. Kemana lagi dia akan belajar ketika guru kelasnya mengusirnya dari kelas. Sementara Haru melihat Ara dengan behrfikir, bagaimana caranya agar siswi bersuara merdu bisa kembali belajar dikelas. Haru sama sekali tidak ingat jika gadis yang ditemuinya di sungai Han tersebut adalah Ara yang saat ini dia lihat. Bahkan sama sekali tidak ingat jika Ara adalah kenangan masa lalunya yang dia lupakan.

Ara berjalan mengikuti langkah kakinya melangkah. Tanpa sadar Ara menaiki tangga lantai atas menuju balkon sekolah. Sampailah dia di balkon paling atas. Ara menelpon neneknya yang berada dirumah.

"Annyeonghaseyo...Ara-ya? kenapa dijam pelajaran menelpon nenek?"

"Halmeoni"

Suara Ara begitu berat namun sebisa mungkin Ara tidak ingin neneknya mengetahui jika dirinya sedang menangis.

"Waeyo...? Kenapa menelpon nenek? Belajar sana!"

Teriak nenek yang tidak mengetahui jika Ara dikeluarkan dari kelas.

"Halmeoni, Bogosipeo.."

"Waeyo?"

Ara menyeka air mata yang menetes dipipinya.

"Aniyo. Ara hanya ingin menelpon nenek. Nenek jangan lupa sarapan ya. Ara baik-baik saja kok nek. Dikelas lagi tidak ada guru jadi Ara berani menelpon nenek"

"Mungkin hari ini guru Ara tidak datang Nek, Ara pulang saja dan membantu nenek ya?"

"Kenapa tidak datang? Jika tidak datang pulanglah bantu nenek. Banyak pelanggan yang datang membeli sayur"

"Gomawo Nek"

Ara menutup ponselnya dengan perasaan bersalah telah membohongi neneknya. Akhirnya Ara pulang kerumah tanpa pamit pada Ibram dan Edo. Diwaktu istirahat Ibram dan Edo mencari Ara keseluruh sekolah namun tidak menemukannya. Dihubungi pun tidak aktif. Ibram akan meminta maaf pada Ara karena keegoisannya membuat Ara mendapatkan masalah besar.

"Do, apakah Ara pulang ya?"

"Sudahlah Bram, Biarkan Ara sendiri dulu. Jangan gangguin dia. Semua karena salahmu, jika saja kamu tidak marah dengannya pasti semua akan baik-baik saja dan guru tidak akan membenci Ara sebanyak ini"

"Yasudahlah aku akan mengurungkan maafku sampai situasi benar-benar dingin"

***

Dikelas musik aku masih memikirkan gadis yang dikeluarkan dari kelas. Aku ingin membantunya namun aku tidak tahu identitasnya. Bagiku dia pantas dimasukkan dikelas music. Aku akan meminta bantuan Jiwon dan Appa siapa tahu mereka bisa membantuku.

"Jiwon-ssi..."

Aku berbisik pada Jiwon saat Jiwon memainkan gitarnya. Aku mencoba beberapa kali memanggilnya. Di panggilan keempat Jiwon baru menoleh kearahku.

"Waeyo?"

"Apakah kamu melihat kejadian tadi pagi dikelas 10?"

"Molla....Katanya Ara dihukum dikeluarkan dari kelas"

"Mwooo? Ara?"

Aku terkejut dan reflek berdiri hingga gitarku jatuh dari pangkuanku dan seluruh kelas melihatku dengan heran. Apa yang barusan Jiwon katakan. Ara? Apakah dia teman masa laluku yang diceritakan Jiwon padaku?

"Kamjagiya....Waeyo Haru-ya"

Guru musik juga terkejut melihatku membanting gitar. Kulihat Jiwon juga terlihat bingung.

"Aniyo Ssaem"

"Lanjutkan lagi membuat lagunya"

"Neeeee"

Seluruh siswa menjawab, namun aku masih penasaran dengan jawaban Jiwon. Aku menyeret Jiwon keluar kelas dan aku butuh penjelasan darinya.

"Haru-ya...Kamu gila ya! Ini masih jam belajar kenapa kamu mengajakku kesini?"

"Jiwon-ssi...Beri penjelasan tentang nama Ara padaku. Apa Ara yang kamu maksut adalah orang yang sama dengan Ara yang kamu ceritakan padaku?"

"Nee....Itu Ara. Teman masa kecilmu"

"Mwoo?"

Benar. Dia gadis masa laluku. Aku akan melakukan cara agar dia bisa masuk kelas kembali tanpa mengetahui jika aku yang membantunya.