webnovel

-Satu-

Aku bukan dia yang bisa membuatmu nyaman, bukan dia yang bisa menjadi tempat untukmu bersandar. Aku hanya aku, gadis yang tak bisa dengan mudahnya berpaling darimu. Sejak lama aku hanya terfokus pada satu hal, hatimu. Padahal aku tau bahwa kamu tak lebih dari seorang teman. Harapan ku tinggallah harapan, kamu pergi dengannya tanpa melihat keberadaan ku disini. Baiklah, kalau itu pilihanmu aku bisa apa? Aku hanya pemilik secuil harapan yang muncul kala kamu sudah berputus asa. Pergilah, jika memang dia pilihan terbaik untuk jadi pendampingmu.

Citra benar-benar lelah sekarang. Goresan pena di atas buku catatan bersampul cokelat hanya menjadi kawan bisu kala dirinya gundah. Satu buah nama selalu menghiasi pikiran nya, cowok itu bernama Rezky.

Kisah percintaan Citra memang tak sedikit, banyak lelaki yang pernah singgah di lubuk hatinya. Tapi, hanya nama Rezky yang selalu bolak-balik di sana. Saat Citra memiliki kekasih, dia akan terfokus pada pacarnya. Namun, saat hubungan keduanya kandas, Citra akan langsung memikirkan satu nama, yaitu Rezky.

Entah sejak kapan perasaan aneh itu muncul. Padahal dulu mereka berjanji akan menjadi teman yang selalu ada di saat suka maupun duka. Citra dulu terkenal sebagai cewek yang kalem dan berprestasi. Dulu banyak sekali murid lelaki yang naksir padanya.

Tapi, ya apa mau di kata, sosok Rezky benar-benar terpaut di hatinya. Meskipun begitu, tak ada satupun orang yang tau perasaan Citra selain dia dan Tuhan. Gengsi lah, harga dirinya sebagai seorang wanita di pertaruhkan.

Citra berdiri dari meja kerjanya, berniat untuk pergi mencari makan. Sedari tadi dirinya benar-benar tak fokus melakukan pekerjaan. Segala laporan terabaikan begitu saja.

Bagaimana tidak, hatinya hancur mendengar desas-desus kabar pertunangan Rezky dengan Bella. Wanita yang sudah di pacari Rezky sekitar kurang lebih 3 tahun.

Citra sudah memasuki lift kantor. Tujuannya berada di lantai dasar. Kantin kantor yang menurutnya menyerupai restoran keluarga itu benar-benar jadi pilihan tepat saat dirinya di rundung pilu.

Namun, pemikiran tadi cepat-cepat di ralat Citra. Pasalnya, tanpa di undang pria yang sejak tadi memenuhi pikirannya kini muncul saat pintu lift terbuka.

Senyuman manis pria itu persembahkan untuk Citra. Di balas dengan senyuman kecut oleh Citra. Bagaimana bisa di kala hatinya sedang gundah gulana, satu-satu nya penyebab kepiluan hatinya kini justru berdiri tepat di sampingnya. Berada dalam radius sedekat ini dan hanya berdua di dalam lift. Oh God! Semesta saja sepertinya menginginkan hati Citra lebih terkoyak lagi.

"Mau ke lantai berapa, Cit?" Pria tampan yang sejak awal masuk sudah menghebohkan seisi kantor itu kini bertanya pada Citra. Benar-benar situasi yang membuat Citra ingin cepat-cepat saja menghilang dari muka bumi.

Citra tak mengalihkan pandangannya. Fokusnya hanya pada pintu lift yang entah-mengapa terasa sangat lama terbuka.

"Lantai dasar" Terkesan cuek dan dingin. Begitulah sikap Citra kalau berhadapan dengan Rezky. Apalagi sejak berembus kabar burung bahwa Rezky telah melaksanakan pertunangan.

Rezky berdeham pelan. "Aku juga mau ke kantin"

Satu kalimat yang membuat Citra merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia harus memutuskan untuk pergi ke kantin? Harusnya dia pesan go food saja kalau mau makan.

Lift terbuka. Ingin rasanya Citra mengurungkan niat untuk pergi ke kantin. Tapi, apa kata Rezky nanti? Bakal ketahuan kalau Citra akhir-akhir ini berniat untuk memberi jarak di antara keduanya.

Rezky sudah keluar dari lift. Sedangkan Citra masih menimbang-nimbang keputusan apa yang bakal dia pilih. Tapi, entah cowok di depannya ini kurang peka atau malah terlalu kurang kerjaan. Rezky justru menunggui Citra keluar sambil menahan agar pintu lift tidak tertutup.

"Kamu mau ke kantin juga kan? Ya udah bareng aja" Ajakan lembut Rezky benar-benar membuat Citra bingung.

Dengan berat hati Citra memutuskan untuk keluar dari lift. Mengikuti langkah kaki Rezky di sampingnya. Sorotan mata iri tertuju pada Citra kala dirinya dan Rezky memasuki kantin. Berpuluh pasang mata karyawati kantor seakan ingin menghunuskan pisau ke arahnya.

Hey, bukankah Citra hanya sekedar teman lama Rezky. Seharusnya sorotan membunuh itu di tujukan pada Bella, bukan dirinya. Tak ada yang tau bahwa sekarang hati Citra juga terkoyak mendengar gosip panas pertunangan Rezky dan Bella.

Citra duduk di pojokan kantin sambil merebahkan diri di kursi.

"Biar aku yang pesenin. Kamu mau makan apa?" Lagi-lagi sikap lembut Rezky membuat letupan jantungnya kian kencang.

"Apa aja" Balasan singkat Citra membuat Rezky mengerti bahwa gadis di depannya benar-benar sedang tidak mood.

Rezky pergi untuk memesan makanan. Tinggal Citra sendirian duduk di meja makan sambil sengaja mengacuhkan tatapan sinis karyawati yang lain.

Pikirannya kembali berkecamuk saat tak sengaja dirinya pergi ke toilet dan mendengar gosip panas yang beredar.

Flashback

Citra memperbaiki pakaiannya dari dalam bilik toilet. Terdengar dari luar bilik suara langkah kaki memasuki toilet.

"Eh, lo udah denger belum gosip tentang Rezky?"

Ternyata yang masuk dua orang karyawati. Benar-benar kurang kerjaan menggosipkan rekan kerja mereka sendiri.

"Gosip apaan? Dia jadian sama Citra?"

Citra hanya menghembuskan nafasnya kesal. Dirinya juga ingin mengisi lubuk hati Rezky, sayangnya sudah ada wanita yang mengisi tempat idamannya.

"Gak! Rezky ternyata masih pacaran tuh sama si Bella. Katanya bentar lagi mereka tunangan"

What? Jantung Citra berdetak tak keruan. Gosip macam apa itu tadi? Tunangan? Citra hanya tahu bahwa Rezky masih menjalin hubungan dengan Bella, meskipun banyak gosip-gosip yang beredar bahwa keduanya sempat putus. Tapi tunangan?

Membayangkannya saja Citra sudah merasa sesakit ini, apalagi kalau hal itu benar jadi kenyataan.

Citra akhirnya mengurungkan niat untuk keluar dari bilik toilet. Dia terduduk lemah di dalam sana. Satu persatu bulir air mata menetes keluar tanpa Citra sadari.

Selang beberapa menit, kedua karyawati yang tadi menggosip keluar dari toilet. Citra menyusul keluar setelah mendengar tak ada lagi obrolan dari luar.

Di kantin

Citra mengalihkan perhatiannya pada ponsel. Sejak tadi ponselnya selalu bergetar. Ternyata ada beberapa panggilan yang tak kunjung di angkatnya.

Ali missed call

Lagi-lagi sang mantan memperlihatkan batang hidungnya. Yah, meskipun sudah lama mereka berdua putus, namun Citra maupun Ali tetap menjaga tali silaturahmi.

Citra mengetikkan beberapa kata di aplikasi chat. Aktivitasnya terhenti tatkala seseorang berdeham nyaring di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan Rezky.

"Chat sama siapa, Cit?"

Citra hanya melirik sekilas Rezky yang membawa nampan berisi makanan.

"Kepo deh!" Sahut Citra merasa risih.

Rezky lalu terdiam. Tangannya sekarang sibuk menata makanan di atas meja. Di sodorkannya steak ayam beserta nasi ke hadapan Citra.

Masih inget aja makanan kesukaan aku. Batin Citra.

Memang mereka dekat sudah sejak lama. Namun semenjak Rezky berpacaran dengan Bella, hubungan mereka terasa sedikit renggang. Kalau saja jiwa pelakor Citra meronta, bisa saja dirinya mencoba untuk merebut hati Rezky. Namun, niat jelek itu segera ditepisnya dari pikiran.

Diam. Tak ada yang berani memulai obrolan. Entah sejak kapan mereka berdua jadi secanggung ini. Rezky merasa seperti ada sekat di antara hubungannya dengan Citra. Citra tak seperti biasanya. Dia berubah. Rezky bukannya tak peka, tapi dirinya benar-benar tak ingin Citra merasa kurang nyaman kalau di tanyai.

Ponsel Rezky bergetar dari dalam saku kantong. Tertera nama Bella di sana. Segera saja tombol hijau digesernya.

"Hallo, kenapa?"

Citra tak bisa mendengar dengan jelas suara Bella di seberang sana. Tapi, dia menangkap bahwa nanti malam Rezky dan Bella janjian. Oh God! Sudah berapa kali hatinya harus menghadapi cobaan ini.

"Iya. Nanti aku jemput. Bye"

Terkesan cuek. Iya, Rezky memang tipikal cowok yang jarang sekali mengekspresikan sesuatu. Bahkan untuk orang yang special di hatinya.

Bahkan seseorang yang di anggapnya penting pun tak pernah tahu bahwa sejak dulu perasaannya sudah bertumbuh. Namun, dirinya tak pernah berani mengungkapkan. Hingga sekarang, di saat semuanya kian terlambat.