Angka 99.9% itu seolah menatap Herman dengan nanar. "Bagaimana mungkin?"
Arman mengernyit samar, dan setelah membaca hasil perbandingannya, matanya membelalak. "Kak, ini…."
"Tidak, tidak…. Bagaimana bisa?" Herman tergagap dan terhuyung mundur, jatuh terduduk ke kursinya. Tatapannya kosong.
Dia tak tahu bagaimana harus menghadapi hasil itu. Tak satupun di antara dirinya dan Retno mengingat kejadian saat itu. Kalau mereka memang melakukan sesuatu, kenapa Retno tidak datang padanya untuk meminta pertangggungjawaban? Dan sekalipun Retno rela, bagaimana dengan Raditya?
Napasnya semakin terasa sesak. Alisnya pun kini bertaut erat.
Arman menarik napas panjang dan menatap kakaknya. Kemudian, dia merobek kertas itu.
"Kau sedang apa?" tanya Herman sambil menatap adiknya dengan datar.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com