Lucas dengan lembut mendorong saya ke kursi dan saya duduk.
"Anda seharusnya tidak minum itu," Katanya dengan nada berceramah, merujuk pada pina colada yang saya salah anggap sebagai jus nanas.
"Saya pikir itu jus nanas," aku berdalih. "Rasanya seperti jus nanas! Sangat lezat! Lebih enak daripada jus nanas biasa yang kau berikan padaku," Aku berteriak, memegangi kepala saya yang pusing. Berharap agar pusingnya bisa hilang begitu saja.
Mungkin minuman itu sangat mempengaruhi saya dan saya tak bisa berhenti berbicara.
"Ini jus nanas manis, bukan? Tapi kenapa saya mabuk? Nanas tidak bisa memabukkan seseorang," gumamku pelan, bertanya-tanya apakah saya masih masuk akal. Tapi saya tidak peduli, saya hanya ingin berbicara.
"Saya bilang itu minuman beralkohol," jawab Lucas, sedikit kesal dengan pertanyaan tanpa henti saya.
"Benarkah?" tanyaku dengan polos.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com