Guin mengacak-acak rambutnya yang terurai. Dia bingung. Sama sekali tidak mengerti dengan pekerjaannya.
"Astaga! Apa ini semua? Kenapa aku tidak mengerti sama sekali?" gumam Guin.
Gavin memantau Guin diam-diam. Dia melihat Guin yang terlihat begitu stress dengan matanya yang fokus melihat layar komputer.
Gavin akhirnya menghampiri Guin. Ruang sekretaris seharusnya menjadi satu tapi Guin secara khusus dibuatkan ruangan sendiri oleh Gavin.
"Bingung?" bisik Gavin tiba-tiba.
"Kyaaaaaa!" teriak Guin. "Sejak kapan Presdir dibelakang saya?" pekik Guin.
"Bibirmu yang mengomel ini terlihat begitu sexy. Membuatku tidak sabar," bisik Gavin.
Guin langsung memerah. "Anda bicara apa?" Guin menjadi gugup.
"Pfffffttttt…" Gavin mencubit kedua pipi Guin. "Apapun tingkahmu, kenapa terlihat begitu manis?" ucap Gavin.
"Lepaskan! Sakit," rintih Guin.
"Ada yang lebih terasa sakit tapi kau tidak akan meminta untuk berhenti," bisik Gavin.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com