webnovel

Istri Di Atas Kertas

Blurb --- Fatimah Az-Zahra, wanita berhati lembut yang ingin menjadi wanita karir setelah ia lulus menjadi seorang sarjana. Namun siapa sangka, keinginan itu harus ia telan pahit-pahit karena kenyataannya, ia di paksa menikah dengan laki-laki yang tak ia cintai. Andika Andre Maulana Ibrahim, seorang laki-laki tampan dan mapan. Ia mempunyai kekasih bernama Alana Safa Septhiani Wibowo, mereka telah menjalin hubungan selama 10 tahun lamanya. Namun saat Andre ingin melamarnya untuk menjadi pendamping hidupnya, kedua orangtuanya malah tak merestuinya. Alasannya hanya satu, karena Andre telah di jodohkan dengan Fatimah Az-Zahra, anak dari sahabatnya. Karena sebuah ancaman dari kedua orangtuanya, membuat Andre terpaksa menikahi Zahra, namun baginya ia hanya ISTRI DI ATAS KERTAS. Dan beberapa hari kemudian, diam-diam Andre juga menikahi Alana, sang pujaan hati secara sirri. Sedangkan di sisi lain ada laki-laki yang bernama Muhammad Reyhan Pratama Dirgantara yang mencinta Fatimah Az-Zahra secara diam-diam. Ia mencintai Zahra saat masih duduk di bangku kuliah. Bagaimanakah nasib percintaan mereka? Akankah pernikahan Zahra dan Andre hanya akan bertahan seumur jagung? Lalu bagaimana nasib Reyhan, apakah dia bisa menerima kenyataan jika wanita yang di cintainya menikah dengan laki-laki lain, yang hanya menganggapnya ISTRI DI ATAS KERTAS? Lalu bagaimana dengan Alana, apakah dia tahan menjadi istri kedua yang hanya di nikahi secara sirri tanpa ada pengakuan dari publik. Bisakah ia melewati semua itu? Penasaran, Yuk baca guys. InsyaAllah seru. Salam dari Author Evi Tamala. IG : evta96

Evi_Tamala_1996 · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
328 Chs

Kemarahan Seorang Ayah

Setelah tadi malam, Reyhan dan Zahra bersenang-senang sampai jam sembilan malam, akhirnya hari ini mereka harus bekerja kembali sampai nanti jam empat sore.

Lelah, tapi setidaknya Zahra bahagia bisa bekerja sekalian menikmati liburan.

"Sudah siap bekerja kembali?" tanya Reyhan lembut.

"Siap dong, kan nanti malam kita pulang kalau ini selesai, iya kan?" tanya balik Zahra.

"Katanya nanti malam mau jalan-jalan? Gak jadi nih?" goda Reyhan terkekeh.

"Haha iya lupa, terus pulangnya kapan?" tanya Zahra.

"Besok pagi setelah sarapan pagi," jawab Reyhan.

"Oke deh, kita pulang besok," sahut Zahra.

Setelah selesai sarapan pagi di kantin hotel, mereka pun pergi ke tempat kemarin, untuk mengecek kembali, Reyhan juga harus memastikan langsung bahan-bahan yang mereka pakai untuk bangunan, karena ia takut ada yang korupsi di dalamnya. Sebenarnya hal ini sudah di cek sama orang-orang pilihannya, namun tetap saja sebagai atasan, ia tak ingin terkecoh apalagi ini bukan hanya di pakai satu atau dua tahun, tapi dalam jangka panjang.

Dan uang yang di pakai pun tak sedikit dan sudah menghabiskan puluhan miliar.

Ia juga ingin menanyakan ke beberapa tukang bangunan secara langsung untuk menanyakan bagaimana mereka diperlakukan selama ini dan bagaimana perkembangannya.

Karena dengan begitu, mereka pun juga merasa di perhatikan. Walaupun terlihat sepele namun kadang bisa berdampak besar.

Ia juga masih ada rapat dengan orang-orang penting hari ini orang-orang yang bertanggungjawab secara langsung atas pembangunan ini.

Selama dalam perjalanan Zahra sangat menikmati perjalanannya, ia melihat keluar jendela. Melihat toko-toko yang berjejer, pedagang kaki lima, orang-orang yang berlalu lalang, pejalan kaki, kendaraan yang sesekali menyalip kendaraan miliknya, dan semuanya ia lihat dan tak luput dari penglihatannya.

"Za," panggil Reyhan, yang sedari tadi diam dan membiarkan Zahra menikmati pemandangan di luar jendela.

"Iya, Mas," jawab Zahra sambil menoleh ke arah Zahra.

"Nanti sepulang dari kerja, kita beli sesuatu ya buat oleh-oleh abah dan umi,"

"Abah dan umiku maksudnya?"

"Iyalah, Za. Emang siapa lagi, kalau orangtuaku tak mungkin karena mereka sekarang gak ada di sini tapi di Amrik,"

"Bolehlah. Oh ya Mas, mama sama papamu emang suka pergi keluar negeri ya?" tanya Zahra.

"Iya, Za. Karena kan perusahannya ada dimana-mana,"

"Enak ya, Mas,"

"Haha enggaklah. Emm maksudku enak gak enak, enaknya ya aku, orang tuaku dan keluargaku gak kekurangan. Bisa menolong orang banyak dengan selalu menciptakan lapangan pekerjaan. Tapi sebagai resikonya aku jarang bertemu orang tuaku. Terlebih aku anak tunggal, kadang selalu merasa kesepian dan suka iri setiap kali ngelihat orang yang bisa menikmati waktu bersama orang tua dan keluarga," curhat Reghan.

"Hemm ternyata repot juga, jadi orang kaya raya. Syukurlah, Abah aku bisa selalu meluangkan waktu buat aku dan Umi. Kata abah, usaha itu emang penting tapi keluarga jauh lebih penting dan nomer satu. Alhamdulillah selama ini aku bahkan belum pernah merasakan kekurangan kasih sayang,"

"Ya, kamu harus bersyukur Za. Bisa di limpahi kasih sayang yang banyak,"

"Kamu pun juga harus bersyukur, Mas. Masih punya orang tua, masih bisa merasakan kasih sayang mereka, hidup tidak dalam kekurangan, apapun yang Mas pengen, bisa terkabul saat itu juga, dan yah jika Mas rindu Mas tinggal menyusul mereka ke luar negeri. Banyak loh di sana yang hidupnya tak seberuntung kita, apalagi mereka yang anak yatim piatu, yang bahkan belum pernah melihat kedua orang tua mereka dan kehilangan kasih sayang orang tua, terlebih banyak dari mereka yang hidupnya jauh dari kata cukup. Jadi kita gak boleh selalu lihat ke atas, kita harus lihat ke bawah agar bisa bersyukur terus," ucap Zahra menasehati Reyhan.

"Iya kamu bener, Za. Terimakasih sudah mengingatkan aku,"

"Kita emang harus saling mengingatkan satu sama lain," tutur Zahra.

"Yups, aku setuju."

Mereka pun asyik berbincang-bincang, hingga tak terasa mereka pun sampai juga du tempat tujuan.

Setelah memarkirkan mobil, mereka pun jalan berdua menuju pembangunan.

Sedangkan di tempat lain, Ahmad dan Hilda pergi ke rumah Agus dan Ayu. Mereka ingin menanyakan langsung tentang bagaimana perlakuan Andre selama ini.

Karena jika memang bener apa yang di ucapkan Reyhan kemaren adalah Zahra, itu artinya Agus dan Ayu tau masalah ini karena kemarin Reyhan mengatakan jika mertuanya tau perihal ini.

Entah kenapa mereka sangat yakin apa yang di ucapkan Reyhan itu berkaitan dengan Zahra.

Sebenarnya Ahmad juga sudah menyuruh seseorang untuk mencaritahu, tapi itu butuh waktu dua sampai tiga hari dan ia gak sabar menunggu terlalu lama.

Jadi mereka pergi ke rumah Agus dan Ayu untuk menanyakan langsung kebenarannya dan mereka berharap besan sekaligus sahabatnya itu mau berkata jujur.

"Gus, Yu. Aku mohon tolong jawab dengan jujur, apa bener kalau Andre punya istri lain selain Zahra?" tanya Ahmad tegas. Kini mereka ada di ruang tamu rumah Agus.

"Kamu tau dari mana?" tanya Agus kaget, karena tak menyangka bahwa sahabatnya bisa tau lebih cepat.

"Kamu tak perlu tau, aku tau dari siapa. Tapi yang jelas, aku ingin kamu menjawabnya sekarang juga," murka Ahmad. Siapa yang gak murka, dulu Aguslah yang berjanji jika putrinya menikah dengan putranya, mereka pasti akan bahagia. Nyatanya apa? Bukan kebahagiaan yang di dapat putrinya tapi malah sebaliknya.

"Maaf, tapi apa yang kamu katakaj benar," ungkap Agus yang memilih jujur.

"Astaufirullah, sejak kapan?" tanya Ahmad sambil memegang dadanya yang begitu terasa sesak. Sedangkan Hilda hanya bisa menangis, meratapi nasib putrinya.

"Apanya?" tanya balik Agus tak mengerti.

"Andre menikah lagi," kata Ahmad.

"Tiga hari setelah Andre dan Zahra resmi menikah," papar Agus menunduk. Sungguh ia malu, sangat malu untuk menatap sahabatnya itu, dan semua ini karena ulah anaknya uang tak bisa bertanggungjawab atas pernikahannya.

"Ya Allah dan selama itu pula kamu gak memberitahu aku?!" geram Ahmad.

"Maaf, aku dan juga istriku baru tahu kemarin setelah aku meminta anak buahku mencaritahu semuanya," papar Agus menjelaskan.

"Ya Allah, Ya Rabby. Aku fikir anakku menikah dengan anakmu bisa bahagia, tapi kenapa seperti ini jadinya?" tandas Ahmad berusaha menekan emosinya sebaik mungkin. Walaupun jika boleh jujur, ingin rasanya ia membunuh siapa saja yang tega menyakiti putrinya, tapi ia gak bisa melakukan itu. Selain ini karena ini negara hukum ia tak mau menjadi pembunuh yang bisa membuat istri dan putrinya malu atas perbuatannya.

"Maaf, aku juga gak menyangkut Andre bisa tega melakukan hal itu," tutur Agus

"Apa bener istri keduanya kini tengah hamil?" tanya Hilda yang sedari tadi diam menangis. Ia hanya fikus mendengarkan apa yang di bicarakan suaminya dan besannya itu.

Agus menganggukkan kepalanya, dan lagi-lagi itu sukses membuat Ahmad dan Hilda semakin murka.

"Jangan bilang selama ini Andre sering pergi meninggalkan Zahra bukan karena pekerjaan, tapi karena ia pergi ke rumah istri pertamanya," terka Ahmad.

"Kenyataannya memang seperti itu, aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar gak tau kenapa Andre bisa bodoh seperti itu," keluh Agus yang sangat menyeseli kebodohan putranya. Ia nikahkan dengan Zahra karena ia yakin, Zahra bisa merubah sifat jelek Andre, sungguh ia tak sampai berfikir, Andre tega melakukan hal ini.

"Sumpah, aku nyesel, nyesel karena sudah memberikan anakku sama putramu yang tak tau diri itu. Jika memang dari awal dia gak mau di jodohkan dengan anakku, setidaknya ia tolak dengan tegasz jangan mempermainkan anakku seperti ini," omel Ahmad.

"Mas, sabar. Jangan seperti ini, kita bisa bicarakan semua ini baik-baik," tutur Ayu, karena gak tega suaminya di marahin dan di bentak terus dari tadi.

"Gimana aku bisa sabar, sedangkan anakmu tega menyakiti putriku sampai seperti ini. Aku dan istriku selalu memperlakukan Zahra dengan sangat baik tapi di tangan putramu, putriku yang teramat sangat berharga, seperti tak ada artinya. Jika memang dia tak suka, seharusnya dia kembalikan putriku secara baik-baik bukan terus menyakiti batinnya seperti ini," tandas Ahmas mengungkapkan isi hatinya.

"Aku bener-bener minta maaf, aku berjanji akan ngasih dia pelajaran agar dia mau melepaskan istri keduanya, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," pinta Agus.

"Enggak ada kesempatan. Suka tak suka, aku akan memisahkan anakku dengan Andre. Bagaimanapun anakku berhak mendapatkan kebahagiaannya. Masa depannya masih panjang, aku tak ingin anakkku, menyia-nyiakan kehidupannya dengan berbakti sama laki-laki yang tak pantas untuk di perjuangkan. Di luar sana masih banyak laki-laki yang sangat mencintai anakku dan mau melakukan apapun demi kebahagiannya," sarkas Ahmad.

"Baiklah jika memang itu maumu, aku hanya bisa pasrah. Aku sadar ini emang salah Andre. Jadi apapun keputusan kamu, aku akan dukung dan gak akan menolaknya," tutur Agus yang tak mau permasalahan ini semakin rumit.

Ahmad pun menganggukkan kepala, setelah itu mereka pun mulai bicara normal tanpa ada teriakan dan bentakan lagi. Ahmad juga berusaha tak terpancing emosi. Ia mulai ngomong santai sedangkan Hilda ia masih menangis, menyesal sudah. Kenapa dulu ia tak membantu putrinya untuk membatalkan perjodohan ini.

Padahal Hilda sudah bermimpi buruk begitupun dengan putrinya, Allah sudah ngasih petunjuk namun ia malah mengabaikannya daj tetap melanjutkan perjodohan ini. Ia menyesal, sangat menyesal.