Theola membuka pintu rumahnya, dia langsung naik ke atas menuju kamarnya.
"Kamu gak sambut mamamu ini?" Suara seseorang muncul dari ruang keluarga, sontak theola membalikkan badanya.
"Mama.. " Seru Theola dan langsung memeluknya.
"Kok mama ada di sini sih."
"Kejutan dong, buat anak mama."
"Katanya bulan depan mama baru pulang."
"Iya nih, urusan papa udah selesai. Jadi kita balik lebih cepat."
"Trus papa kemana ma?."
"Papa tadi pergi sama anaknya temen papa."
"Oh gitu."
"Kamu sudah makan sayang?"
"Sudah, tadi makan di rumah Amy ma."
"Gimana kalau besok kita undang keluarga Amy makan malam "
"Setuju ma, biar besok aku sampein ke mereka ya ma."
"Ya sudah, sekarang kamu istirahat dulu."
"Oke ma, selamat malam." Theola mencium pipi mamanya dan langsung naik ke atas menuju kamarnya. Theola sangat bahagia bisa bertemu orangtuanya, sejujurnya dia sangat merindukan ibunya.
****
Aku tengah duduk di bangku taman kampus, sambil membuka-buka buku pelajaran. Untuk memahami materi aja, sayang kan waktu luangku terbuang begitu saja tanpa belajar.
"Hai.. " Aku menoleh ke sumber suara.
"Kak Arizona." Kataku gugup.
"Boleh gabung duduk di sini."
"Boleh kak" Aku menggeser tubuhku.
"Kamu besok ada acara gak?"
"Gak ada kak, memangnya kenapa?"
"Gak papa sih, cuma pengen ajakin kamu jalan aja."
"Serius." Kataku tak percaya.
"Serius lah. Nanti kita ketemuan di Dens park jam delapan lagi ya."
"Iya kak." Kalian tau gak apa yang aku rasakan saat itu. Bahagia senang sekali rasanya sampe ke ubun-ubun. Dan sama sekali tidak percaya. Entahlah apa niat sebenarnya Arizona, besok aku akan datang menemuinya. Tapi aku tarlalu naif gak sih, langsung mengiyakan ajakanya? Ah masa bodoh. Udah terjadi juga kan.
Setelah pelajaran usai, aku kembali kerumah bersama Theola, hari ini aku gak mampir ke Louis, karena aku ingin istirahat sebentar di rumah.
"Oiya, mamaku udah balik kerumah loh." Kata Theola sambil mengemudikan mobilnya.
"rencananya nanti malam mau ngundang kamu sekeluarga makan malam bersama di rumah."
"Wahhh, bakalan seru dong."
"Iya, harusnya tadi aku mau nyampein langsung ke om dan tante. Tapi kamu malah ngajak kerumah."
"Nanti mereka biar aku yang bilangin. Aku pengen istirahat sebentar di rumah."
"Oke deh." Theola melajukan mobilnya menuju arah rumahku. Seperti biasa dia selalu pulang ke rumahnya kalau sudah mau tidur saja. Padahal di rumahnya sekarang ada orangtuanya. Aku sama sekali tidak keberatan jika Theola menghabiskan harinya di rumahku, malah sangat senang karena tidak kesepian di rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur, disusul dengan Theola.
"Theo, kamu tau gak, besok Arizona mau ngajakin aku jalan."
"Seriusan?" Aku menganggukkan kepalaku.
"Kelihatanya dia suka tuh sama kamu."
"Ah masak sih, gak mungkin lah. Masih banyak juga wanita yang lebih baik dari aku. Dilihat dari apanya coba diriku ini." Kataku serus menatap langit-langit kamarku.
"Cinta itu tidak harus memandang fisik mau pun harta. Cinta itu datang secara tiba-tiba dan gak tau kapan munculnya."
"Kamu tau gak Theo, Arizona itu adalah Cinta pertamaku. Selama ini aku hanya fokus belajar dan hampir tidak mengenal apa itu cinta."
"Ya, semoga saja Arizona bisa jadi kekasih kamu yang terbaik."
"Iya mungkin saja. Kalau memang dia mau sama aku." Kataku Tertawa kecut.
Setelah ngobrol dengan Theola dan memberi kabar ke kedua orang tuaku tentang rencana undangan makan malam di rumah theola aku tertidur. Aku sangat lelah hari ini, karena begitu banyak tugas yang harus aku selesaikan hari ini.
***
Aku sudah ber siap-siap, mama papa dan juga adikku sudah menungguku di luar. Theola sudah pulang, entah kapan dia pulang. Mungkin saat aku tertidur tadi. Setelah kami semua siap, papa melajukan mobilnya menuju ke arah rumah Theola.
Sesampainya di sana aku memencet bel rumah Theola, dan langsung di bukakan asisten rumah tangga Theola.
"Non Amy dan keluarga sudah di tunggu di meja makan. Shilakan masuk." Kata bik iyem ramah.
"Trimakasih bik." Aku dan keluarga memasuki rumah Theola dan langsung menuju ruang makan, seperti intruksi bik iyem tadi. Di sana sudah duduk Theola bersama kedua orang tuanya. Mama Theola sangat cantik, dan terlihat masih muda. Pantas saja Theola mewarisi kecantikanya.
"Selamat malam om.. Tante." Sapa ku dan menjabat tangan kedua orang tua Theola. Di susul dengan kedua orang tuaku dan adikku.
"Ayo Ayo, Silahkan duduk" Ajak papa Theola mempersilahkan.
"Ma, pa. Ini om aris dan tante nora. Orang tua dari Amy. Dan yang kecil itu Rio adiknya Amy." Kata Theola mengenalkan.
"Trimakasih ya bu Nora Dan pak Aris. Sudah memperlakukan anak kami dengan baik" Kata mama Theola.
"Sama-sama bu, Theola sudah saya anggap seperti anak sendiri. Hari-hari juga di rumah kami. Iya kan Theola."
"Iya, ma. Habis di rumah aku Kesepian, sepulang ngampus aku langsung pulang kerumah Amy."
"Maaf ya bu Nora, kalau Theola merepotkan ibu."
"Tidak sama sekali kok bu, bahkan Theola juga sering bantu saya di rumah makan. Padahal sudah saya larang. Tapi masih mau bantu."
"Kalau itu sih tidak masalah bu, biar dia juga sama belajarnya."
"Ayo silahkan di nikmati dulu makanannya." Kata papa Theola.
Kami semua, langsung menyantap hidangan makan malam hari ini, bik iyem menyiapkan
Begitu banyak masakan yang sangat lezat. Kami sangat menikmatinya.
Suatu saat aku juga ingin bisa memasak makanan yang selezat ini, khususnya untuk suami dan anak ku nanti hehehe.
Setelah kami selesai makan, kami melanjutkan ngobrol di ruang keluarga. Papaku asyik ngobrol berdua dengan papa Theola. Begitu pun mamaku yang juga ngobrol dengan mama Theola. Theola mengajakku ke taman belakang bersama Rio. Disana banyak mainan bahkan terlihat seperti taman bermain anak-anak, ada ayunan, plurutan, jungkat jungkit, roda putar.
Rio langsung berlari ke arah taman dengan gembira.
"Taman kamu kok banyak banget mainannya."
"Iya dulu waktu aku masih kecil senang banget tuh pergi ke taman untuk main-main. Dan setiap weekend orang tuaku selalu mengajakku ke taman. Tapi semenjak mamaku trun kedunia bisnis juga. Mereka berdua jarang berada di rumah. Mereka membuatkanku taman pribadi supaya aku tidak bosan. Ya seperti itulah" Cerita Theola.
"Tapi semua nya masih terlihat bagus."
"Iya, semua nya masih terawat meskipun aku lama tinggal di luar Negeri di sini masih ada yang ngurusin."
"Ternyata dulu kamu Kesepian banget ya."
"Ya begitu lah, aku hampir gak punya teman lo di sini."
"Masak orang seperti kamu gak punya teman?"
"Serius. Dulu tuh aku pendiam banget. Tapi waktu pindah ke luar Negeri semua nya berubah." Kata Theola mengenang. puas bermain dan ber nostalgia di taman, kami kembali ke ruang keluarga. kebetulan kedua orang tuaku mengajak kami pulang. memang hari sudah menjelang malam. kami berpamitan kepada keluarga Theola. dan pergi meninggalkan rumahnya.