webnovel

Introvert vs Ekstrovert

Dia introvet bukan cool. he's not ice Prince. Apa jadi nya jika si introvet yang selalu menjaga jarak dari orang justru suatu ketika ia ditarik paksa dari dunia nya oleh sebuah tawa dan senyuman. saat ia tau semua nya apa kah ia harus berhenti? ia di hadapkan 2 pilihan berjuang atau tidak sama sekali. tapi apa iya mampu? mundur atau maju keduanya sama berat nya. lalu ia harus apa? *** "senyum dong" suara itu terdengar mengintrupsi bersama an dengan jari yang menarik bibir pria itu hingga terbentuk lengkungan di wajah nya. "kan makin ganteng, makin sayang deh!" "kenapa masih suka?" "pengen aja!" jawab ia gamlang. lalu ia mendekat ketelinga nya dan mulai mengeja kata hingga sebuah kalimat meluncur. "nan-ti,...ka-lo.....u-dah ca-pek!" tubuh itu menegak dan hilang di balik pintu. *** Rasa percaya dan Rasa cinta adalah satu kesatuan. biar rasa percaya yang melahirkan cinta... tanpa campur tangan rasa tak suka.. karna ini bukan novel romansa mula benci jadi cinta. {my introvet boy} berhenti lah pura pura bahagia, bahagialah dengan sesungguhnya bersama ku. {my ekstrovert girl}

Desember_01 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
273 Chs

bagian 17 cendol dawet

Selamat membaca

.

.

Setelah percakapan yang panjang dan tak berkepentingan mereka saat makan siang tadi, kini kedua nya pun berjalan menuruni tangga dengan sesekali di selingi tawa dan celotehhan Sarah yang kunjung berhenti, sedangkan Akira tetap konsisten dengan ke-diam-nya, stay silent, membiarkan sarah asik dengan pembahasan nya sendiri, sedangkan dirinya hanya berjalan dengan tenang seolah tidak mengenal mahluk di sebelah ya ini. Kejam memang, tapi itu harus di lakukan nya, karena ia berharap sarah akan berhenti bicara karena tidak ia respon sama sekali. Entah kenapa, kali ini sarah terlihat lebih cerewet dari sebelumnya, dan semakin menyebalkan menurut nya.

"Baye!" Sarah melambai pada Akira yang berbelok di lantai 4 sedangkan ia harus menuruni tangga karena kelas nya di lantai 3. Akira hanya melirik sekilas, ia mencoba tidak peduli karena yang berlalu lalang di lantai 4 bukan hanya mereka ber-2, ada banyak pasang mata yang akan melihat mereka, dan ia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan mereka, terlebih dari segi apapun mereka jauh berbeda.

Mulai dari segi kasta jelas mereka berbeda, secara penampilan pun pasti berbeda, terlihat pakaian Sarah yang merupakan pakaian tempahan khusus dan bahan yang pasti sangat mahal karena selain terlihat sangat indah dan lembut saat menyentuh nya, pastinya pakaian yang di pakai Sarah sangat nyaman dan dingin, tidak membuat mudah gerah. Berbeda dengan Akira, dirinya hanya mengunakan baju yang di sediakan dari sekolah yang merupakan tingkat terendah. Ya, secara tidak langsung sekolah mengajarkan sistem kasta, mengingat ada 2 jenis pakaian, yaitu klas satu untuk mereka yang membayar, dan yang kedua baju gratis untuk anak beasiswa Mandiri. Sebenarnya tidak berbeda jauh, hanya bahan yang sedikit lebih bagus, namun itu tetap menjadi perbedaan, dan Akira, dirinya mengunakan pakaian gratis alias klas2. Ya jelas terpental jauh dari Sarah. Dan untuk dirinya yang introvert, jelas ia agak malu jika ada yang membicarakan nya dan Sarah.

Belum ada 3 langkah Akira meninggalkan Sarah yang melambai, tiba tiba ia mendengar sebuah kalimat panggilan yang cukup jarang ia dengar, bahkan nyaris tidak prnah ada yang memanggilnya begitu, kecuali Sarah. Hingga akhirnya ia menoleh, dan sekali lagi terdengar suara sarag memanggilnya,"Anak pak Akmal!" Kata Sarah memanggilnya dengan nama ayah dari Akira.

Akira yang menoleh pada sarah, hanya memberi kan tatapan datar dan malas yang di sertai ekspresi yang jika di artikan 'ada apa?'- Begitu kira-kira jika di arti kan dalam kalimat.

"besok makan bareng lagi ya!" ucap sarah pendek kemudian berlalu pergi mengabaikan Akira yang bahkan belum menjawab perkataan nya. Sebenarnya dari awal yang Sarah katakan itu bukan lah pertanyaan, melainkan sebuah kalimat kepastian yang tak ingin di bantah, memberitahu kan bahwa ia sedang memaksa Akira agar besok mereka akan siang bersama lagi, itulah kenapa Sarah langsung berlalu pergi meninggalkan Akira. Alasan lainya adalah ia harus bergegas ke ke kelasnya sebelum guru olahraga nya datang lebih dahuku dan memberi nya hukuman keliling lapangan karena terlambat masuk ke kelas.

Akira yang melihat kepergian Sarah melanjutkan perjalanannya sambil tertawa sinis. ia menertawakan diri nya sediri. Ia merasa munafik, karena di satu waktu ia senang, dan di sisi lain ia merasa malu mengakui bahwa ia senang akan kehadiran gadis itu. Namun ia juga tidak bisa menafikkan kenyataan bahwa mereka sangat berbeda dan kemungkinan hanya sekedar untuk berteman saja sangat tidak mungkin menurut nya. Entahlah, entah memang keadaan yang membingungkan atau memang dirinya yang mempersulit dirinya sendiri. 'Akhh.. Sebenarnya apa sih yang sedang terjadi?!_ Akira membatin mengelus dadanya.

"Akira...  Kenapa di sana?"Akira berbalik dan mendapati wali kelas nya hendak masuk ke kelas nya. "maaf buk!" Akira membungkuk kan badan nya sedikit, kemudian mengikuti sang guru memasuki kelas tanpa mencoba menjelaskan. Sang guru memaklumi, karena Akira pasti punya alasan, karena pada dasarnya Akira bukan tipe pembuat onar.

Di tempat duduk nya, tanpa Akira duga, ia tidak bisa memikirkan hal selain Sarah. Jujur saja, ia lelaki masih normal yang di suguhkan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang tidak pernah terjadi selama 17 tahun terakhir hidup nya. 'Anak pak akmal!' kalimat panggilan sarah tadi tergiang di otak Akira,  membuat nya merasa aneh sendiri, namun sebelum akhirnya ia tertawa lirih dalam hati, lalu bergumam pelan"dia tidak tau bahwa ayah ku sudah almarhum!" 

***

"hellow evry body!" suara Sarah menggema saat memasuki kelas ips 6, ia bisa melihat tadi melalui jendela bahwa guru olahraga nya masih belum masuk, itulah kenapa ia bisa masuk dengan penuh percaya diri sambil berteriak.

" Baiklah Sarah disini sebagai MC acara dangsutan kita pada siang hari ini, langsung saja kita panggilkan artis bintang pantura kita. Karina!"  panggil Sarah spontan saat baru saja masuk kekelas dan malah membuat orang kaget. Dan berhasil menyita semua mata yang ada di dalam kelas untuk memperhatikan tingkahnya. "silahkan mengambil tempat," Sarah mempersilahkan Karina,  Tangan nya masih memegang tempat bekal.

"Karin Karin Karin!" sorak sorai terdengar memenuhi kelas menambah kesan ribut yang membahana, kelas yang semula memang ribut, sekarang semakin ribut, persis seperti acara dangdutan.

Dengan percaya diri, karin yang di panggil secara dadakan itu pun lngsung maju seolah memasang gaya terhormat ala ala komik kerajaan, sebelum akhirnya berdiri di sebelah Sarah. "baik terimakasih mbak mawar melati semua nya indah," ucap Karin seraya mengambil mikrofon tak terlihat dari tangan Sarah.

"mau lagu apa?" Tanya Kari pada seisi kelas.

"sayang via valen!" Seisi kelas bersuara ma request lagu.

"Baik lah, mang gendang, mang siul tolong di bantu ya," Kata karin sebelum akhirnya memulai aksinya.

Sayang, opo kowe krungu jerite atiku?

Mengharap engkau kembali

Sayang, nganti memutih rambutku

Ra bakal luntur tresnoku

Wes tak cobo nglalekke jenengmu soko atiku

Sak tenane ra ngapusi isih tresno sliramu

Pepuja neng ati nanging kowe ora ngerti

Kowe sing tak wanti-wanti malah jebul saiki

Kowe mblenjani janji

Jare sehidup semati nanging opo bukti

Kowe medot tresnoku demi wedokan liyo

Yowes ora popo Insya Allah aku iso, lilo

"pak tono izin ke rapat ke dispora!" teriak Alex tiba tiba dari arah pintu.

Ia baru saja dari menjalankan misi pemantauan, dan hasil yang di dapatkan sesuai harapan.

"Lanjut?" tanya karin pada teman teman nya.

" Kuy gas kan.. "

"cedol... Dawet....cendol... Cendol..."  teriak Karina "Dawet... Dawet...!" sorak seisi kelas menimpali ucapan Karina. Goyang asal aslan pun tak terhindarkan setelah mendapatkan kabar gembira.

Sarah asik berjoget mengiringi Karina bernyanyi dengan tempat bekal nya sebagai mikrofon.

"permisi!" Di antara keributan itu, terdengar suara samar samar dari balik pintu yang tertutup rapat.

.

.

TBC