webnovel

Introvert vs Ekstrovert

Dia introvet bukan cool. he's not ice Prince. Apa jadi nya jika si introvet yang selalu menjaga jarak dari orang justru suatu ketika ia ditarik paksa dari dunia nya oleh sebuah tawa dan senyuman. saat ia tau semua nya apa kah ia harus berhenti? ia di hadapkan 2 pilihan berjuang atau tidak sama sekali. tapi apa iya mampu? mundur atau maju keduanya sama berat nya. lalu ia harus apa? *** "senyum dong" suara itu terdengar mengintrupsi bersama an dengan jari yang menarik bibir pria itu hingga terbentuk lengkungan di wajah nya. "kan makin ganteng, makin sayang deh!" "kenapa masih suka?" "pengen aja!" jawab ia gamlang. lalu ia mendekat ketelinga nya dan mulai mengeja kata hingga sebuah kalimat meluncur. "nan-ti,...ka-lo.....u-dah ca-pek!" tubuh itu menegak dan hilang di balik pintu. *** Rasa percaya dan Rasa cinta adalah satu kesatuan. biar rasa percaya yang melahirkan cinta... tanpa campur tangan rasa tak suka.. karna ini bukan novel romansa mula benci jadi cinta. {my introvet boy} berhenti lah pura pura bahagia, bahagialah dengan sesungguhnya bersama ku. {my ekstrovert girl}

Desember_01 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
273 Chs

bagian 13 menghindar mode on

Semakin Akira memikir Sarah, semakin Akira menyadari uang memang bukan segalanya, tapi dengan uang segala nya bisa di lakukan, itu merupakan kebeneran yang nyata. kelas yang tadinya riuh akan gosip Sarah, seketika mereda saat guru memasuki kelas, dan pelajaran pun berlangsung begitu saja tanpa di sadari bel istirahat pun berbunyi, mengakhiri sesi belajar mereka. Akira masih di kelas ia enggan ke rooftop, malas bertemu sarah, al hasil, hari Akira tetap berada di kelas, ia memilih tidur daripada berdebat dengan Sarah di atap sekolah, lagi pula perasaannya sedang tidak nyaman, takut nya ia malah bertindak kasar, dan ia tidak ingin hal itu terjadi.

hari ini terasa begitu lancar, entah kenapa ia berhasil menghindari sarah di saat jam-jam gadis itu mencari nya. Ia sering bersembunyi di perpustakaan menghabiskan istirahat dan kembali kekelas setelah mkkb sudah berlangsung. ada rasa syukur tidak bertemu Sarah, namun ada juga rasa tak nyaman masih terasa di hatinya, meski sudah 3 hari berlalu, ia selalu kaget saat tidur di perpustakaan saat ada yang masuk sedikit berisik atau tidak sengaja menaruh buku di atas meja dengan kasar. ia selalu waspada jika saja itu Sarah.

Sudah 3 hari Akira berhasil menghindari Sarah, Selama tiga hari itu ia tak pernah ke rooftop. Menikmati ketenangan tanpa gangguan mahluk kelebihan energi seperti Sarah itu, meski waktu tenang yang ia maksudkan tidak pernah benar benar ada, karena ia selalu di bayangi Sarah yang tiba tiba muncul seperti jin. tapi 3 hari ini ia tidak melihatnya sama sekali, bahkan tidak memungut uang iuran mingguan ke kelas kelas.

Dan yang paling terasa adalah akhir pekan nya terasa cukup sunyi dan damai tanpa panggilan atau pesan singkat dari Sarah, tidak ada detingan atau getaran beruntun karena banyaknya chat spam dan panggilan berkali kali. hari nya benar benar damai, setidaknya itu yang ia fikir saat tidak mendapatkan pesan dan teror dari Sarah.

Di tengah lamunan nya, ia menatap latar ponsel nya yang bisu sejak hampir 4 hari yang lalu, sejak ia menghindari Sarah tak bayak pesan dari sarah. Hanya ada ucapan g'night satu kali di hari pertama ia menghindari sarah. Setelah itu tak ada lagi. sebenarnya apakah ia menunggu spam chat dari Sarah?, apakah ia menantikan panggilan dari Sarah?, jika tidak kenapa menatap ponselnya tanpa melakukan apapun,? jika iya kenapa?. Akira. engacak acak rambutnya frustasi tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi padanya.

"sepertinya dia sudah menyerah!" lirih Akira menyadarkan kepala nya pada sisi tembok balkon rusun nya, tangannya terkukai di sisi tubuhnya malas, dengan ponsel tergeletak tak berdaya.

Ia kembali menatap layar ponsel nya yang ada di lantai, tanpa ia sadari ada perasaannya ingin ada pesan tak penting masuk meski sekedar iseng orang. pesan tanpa alasan, pesan basa basi, pesan modus dan pesan lainya. apakah ia sudah terbiasa dengan kehadiran Sarah?. lalu kenapa, dia tidak mengiriminya pesan?.

"apa dia sakit?" tanya Akira akhir nya pada diri nya sendiri. "bukan urusan ku!" akhir nya Akira menyimpan ponsel nya bersiap siap untuk bekerja.

Akira datang lebih awal, karna bosan di rumah, sebelum nya ia tak pernah bosan di rumah namun kali ini berbeda. ia dilanda rasa bosan tanpa alasan, hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang lebih awal bekerja.

"Tumben kir datang cepat?!" slah satu staf yang masuk ke ruangan ganti menyapa dengan akrab pada Akira. Akira adalah salah satu pekerja senior di sana, sudah lebih 2 tahun ia bekerja di sana untuk menyambung hidup.

"ngak apa apa pengen aja!" jawab kira memakai rompi nya, lalu bersiap siap.

"oh iya nanti pemilik saham terbesar mini market kita datang berkunjung, jadi hati hati melayani kata nya dia datang sebagai pengunjung!"  rekan nya mengingatkan Akira dengan wajah serius.

"terimakasih!"  kira menyimpan barang barang seperti ponsel kedalam loker khusus, karena selama bekerja tidak di perkenankan memainkan ponsel. boleh mengantongi, tapi tidak di benarkan untuk di mainkan kecuali ada panggilan mendadak. karena Akira merasa tidak akan ada panggilan mendadak atau penting sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan ponselnya, dan ia selalu begitu.

"yosh...  Semangat!" Akira menyemangati diri nya sendiri. Melangkah kan kaki nya dengan mantap.

Ia menyapa beberapa teman nya yang akan habis jam sift siang lalu di gantikan dengan sift malam. Di mini market, Akira di kenal cukup ramah, meski hanya sapaan kecil itu sudah cukup karena meraka memiliki kesibukan masing masing mengurusi wilayah penjagaan mereka masing masing.

"tolong tunjukkan saya dimana tempat tisu?" seorang pria berumur dengan setelan jas bertanya kepada Akira dengan sopan. 'Ini pasti boss'-Batin kira. Akira menerkanya dari segi pakaian dan cara berbicara nya terlihat begitu berwibawa, namun tidak sombong malah terkesan sangat sopan dan baik, jika saja semua bos di dunia ini baik dan ramah terhadap pekerja rendahan seperti nya, pasti para pekerja akan mengerjakan pekerjaan mereka dengan senang hati. namun sesuatu menganggu nya, melihat orang yang bertanya pada nya ini mengingatkan akibat akan seseorang, tapi ia tidak tahu siapa orang itu.

Akira menyungging kan sedikit senyuman nya, lalu mengguk sopan sambil menunjuk jalan. "mari ikut saya!" Akira berjalan lebih dahulu menunjukkan lorong mana tisu berada.

"di sebelah sini pak!" ucap kira sopan.

"trimakasih!"  ucap pria itu.

Akira mengguk lalu berpamitan kembali ke posisi nya saat teman yang menjaga lorong tisu datang. saat akan meninggalkan orang tersebut, Mata Akira mendapati  Sarah di depan sana yang berjalan di iringi 2 body guard di belakang nya.

Senyum Akira hampir mengembang saat mereka hampir bersisian, namun senyum itu gagal terbentuk ketika Sarah hanya melewati nya dengan wajah datar, melewati nya dengan tegas seolah memang tak mengenal nya sama sekali. Akira merasa malu pada diri nya sendiri, setelah berusaha mengacuhkan Sarah, kini di saat Sarah tidak menyapa nya ia merasa tak nyaman. dasar dirinya.

"pa, ayo pulang!" suara sarah terdengar sangat rapi dan sopan, kira mendengar nya dari posisi ia berdiri. Akira begumam sendiri di dalam hati nya akan berapa miris sekali diri nya ini. bagaiamana mungkin seseorang seperti Sarah mau menyapanya di luar sekolah.

"dasar aku!"

.

.

TBC