webnovel

Sosok Yang Tidak Asing

Satu per satu semua murid mulai memperkenalkan dirinya termasuk juga Titha dan Dervi. Cukup singkat dan cepat perkenalan semua murid baru telah selesai, bu Rosa mulai bercerita tentang sekolah ini sebagai bentuk awal kegiatan kelas. Bu Rosa menjelaskan dengan santai dan kadang melucu supaya murid tidak merasa bosan, dan yang menyenangkan adalah selalu terjadi interaksi yang bagus dari mereka semua.

Titha cukup fokus kepada bu Rosa sehingga dia tidak terlalu mengingat sosok yang berada di pojok kelas, sosok itu masih tetap berdiri disana dan memperhatikan kegiatan di kelas.

"Kamu mengantuk?" Tanya Dervi sedikit berbisik.

"Tidak kok." Jawab pendek Titha.

"Sebenarnya aku yang mengantuk." Kata Dervi memperlihatkan wajahnya yang sayu.

"Tidak mandi ya?" Tanya Titha berbisik.

"Mandi dong, cuma terlalu buru-buru sampai tidak sempat sarapan." Jelas Dervi.

"Begitu ya." Jawab Titha pendek.

Lagi-lagi respon yang pendek di berikan oleh Titha, dia memang menyembunyikan sesuatu dan enggan untuk membicarakannya kepada Dervi teman barunya.

Titha tidak melanjutkan obrolannya dengan Dervi, dia takut di tegur oleh bu Rosa namun setidaknya rasa teganganya tadi sudah mulai menghilang.

Setelah kegiatan perkenalan dan banyak pengenalan sekolah lebih rinci dari bu Rosa, akhirnya mereka di beri kesempatan untuk berkeliling sekolah untuk mengetahui ruangan-ruangan yang ada di dalam sekolah.

Semua murid akhirnya keluar kelas di pimpin oleh bu Rosa yang akan memandu mengelilingi sekolah. Titha dan Dervi mengikutinya dengan sangat antusias karena mereka juga belum mengetahui isi sekolah barunya.

Dimulai dari lab bahasa, lab komputer, perpustakaan, mushola dll. Titha dengan santai mengikutinya, namun mata kembali tertuju pada pohon ketapang yang berada di sudut lapangan. Dua sosok wanita itu masih berada di sana tidak berubah posisi sedikitpun, mungkin itu memang tempat tinggal mereka.

Ketika melewati lorong kelas menuju kantin Titha juga menjumpai sosok anak kecil perempuan yang sedang berdiri di dekat pintu masuk kelas. Dia mengenakan pakaian dres pendek selutut dengan rambutnya diikat dengan rapi. Dia berdiri mematung hanya melihat apa yang melintas di depan dia.

Sosok anak kecil itu sepertinya menyadari kalau Titha dapat melihatnya, matanya tertuju kepada Titha dengan muka memelas. Mulutnya sedikit terbuka seperti hendak mengatakan sesuatu namun tidak bisa. Titha yang melihatnya langsung mengalihkan pandangannya, bersikap seolah tidak melihat apa-apa.

Perjalanan mereka berkeliling sekolah baru akhirnya sampai di kantin yang berada di paling pojok sekolahan. Tempatnya cukup besar dengan meja yang tertata dengan rapi, tempatnya nyaman bersih dan sangar terawat. Terlihat kalau kantin masih sepi karena jam pelajaran, hanya ada beberapa siswa yang disana.

"Ini kantin sekolah, tempat kalian beristirahat sambil makan. Tenang makanan di sini murah kok tapi juga lezat." Kata bu Rosa sambil tersenyum.

"Masuk ke dalam dulu boleh kali ya bu?" Kata salah satu siswa.

"Nanti dong kalau sudah jam istirahat." Jawab bu Rosa.

"Tempat buat nongkrong nih." Ucap Dervi berbisik.

"Iya betul." Jawab Titha.

Seperti biasa kalau Titha mengunjungi tempat baru pasti matanya melihat kesana kemari. Banyak sosok yang dia lihat di kantin itu, terlebih lagi posisi kantin berada di paling pojok sekolahan. Walaupun terlihat sangat nyaman namun tetap saja banyak sosok yang berada di dalamnya.

"Baiklah anak-anak kita ke tempat selanjutnya." Kata bu Rosa seperti seorang pemandu wisata.

"Wahh beneran tidak masuk dulu ini bu." Celetuk salah satu siswa.

"Nanti 30 menit lagi sudah masuk jam istirahat kok." Jawab bu Rosa sambil melangkah meninggalkan kantin.

Rombongan siswa baru itu akhirnya berjalan mengikuti bu Rosa, nampak dari kelas lain pun ada yang melakukan kegiatan yang sama dengan mereka.

Tidak terasa hampir semua sudut ruangan mereka kunjungi walaupun banyak sebagian ruangan yang hanya di tunjukan lokasinya saja. Mereka semua kembali ke dalam kelas, tidak lama setelah itu terdengar bell istirahat sudah berbunyi.

Hampir semuanya beranjak dari tempat duduknya dan keluar kelas, sebagian dari mereka ada yang langsung menuju ke kantin sekolah tapi ada juga yang hanya duduk di depan kelas untuk mengobrol dan berkenalan satu sama lain.

"Yuk kita ke kantin." Ajak Dervi.

"Boleh." Ucap Titha.

"Katanya di sini ada jajanan yang enak, aduhhh.. aku lupa namanya apa ya." Kata Dervi sambil memikirkan jajanan itu.

"Apa si?" Tanya Titha.

"Apa yaa.. aku lupa namanya." Jawab Dervi sambil mecoba mengingat nama jajanan yang di maksud.

Mereka berdua berjalan menuju kantin yang memang letaknya cukup dekat dari kelas mereka.

Kantin yang tadinya masih sepi sekarang sudah penuh, dari kelas satu sampai kelas tiga semuanya berkumpul di kantin itu. Titha dan Dervi melangkah masuk tanpa ragu, terlihat banyak anak kelas tiga yang memperhatikan mereka berdua.

Seperti pada umumnya kelas tiga sudah jelas paling senior, mereka bergerombol dalam satu tempat dan memperhatikan siswa baru yang masuk ke kantin itu. Beberapa dari mereka berbisik entah membicarakan apa ketika Titha dan Dervi masuk ke dalam kantin.

Titha dan Dervi duduk di salah satu meja yang masih kosong kemudian memesan makanan.

"Rumah kamu jauh dari sini?" Tanya Dervi membuka percapakan.

"Tidak terlalu sih, cuma 15 menit pakai sepeda." Jawab Titha.

"Sama dong kalau gitu, aku juga naik sepeda kok." Kata Dervi.

Di sekolah itu memang tidak diizinkan untuk membawa sepeda motor kecuali mereka yang sudah memiliki SIM sendiri. Banyak dari mereka yang rumahnya cukup dekat dengan sekolah memilih untuk menggunakan sepeda, selebihnya kebanyakan di antar jemput oleh orang tua mereka atau menggunakan kendaraan umum. Titha termasuk wanita mandiri jadi dia lebih memilih menggunakan sepeda dari pada harus merepotkan orang tuanya.

"Permisi." Kata pegawai kantin membawakan pesanan mereka.

"Terima kasih mba." Ucap Titha.

Dengan santai mereka berdua memakan makanan pesanan masing-masing sambil bercerita tentang pengalaman sekolah mereka pada saat masih SMP. Tidak terasa bell tanda jam istirahat selesai sudah terdengar, semua siswa beranjak dari tempat duduk mereka dan kembali ke kelas masing-masing.

Titha dan Dervi melanjutkan aktifitas di kelas kembali, semuanya berjalan lancar di hari pertama hingga bel tanda pulang berbunyi. Terlihat semua siswa dari kelas satu sampai kelas tiga berhamburan keluar dari kelas.

Titha langsung menuju tempat sepedanya di parkir dekat dengan pintu gerbang samping sekolah. Dengan santai Titha mengayuh sepedanya di bawah terik matahari siang itu, dia mengenakan hodie berwarna hitam oversize untuk menutupi seragamnya dan melindungi kulit lengannya dari panas.

Jarak dari rumah menuju sekolah cukup dekat, hanya melewati jalan raya yang di kanan dan kirinya terbentang hamparan sawah yang hijau. Jalan yang cukup ramai dilalui oleh kendaraan bermotor dan mobil, namun juga banyak yang menggunakan sepeda untuk aktifitas mereka termasuk juga Titha.

Titha mengunakan sepeda wanita trendi united dengan keranjang di depannya dan juga bagian belakangnya terdapat jok kecil untuk membonceng.

Di tengah perjalanan pulang siang itu Titha merasakan ada sosok yang memboceng di jok belakang, disaat baru menyadarinya Titha tidak merasa takut namun seperti sudah terbiasa dengan sosok yang satu ini.

"Dari mana?" Tanya Titha dalam hati.

"Habis main." Jawab sosok itu.

Titha dan sosok itu berkomunikasi menggunakan telepati, hal itu memang bisa Titha lakukan kalau di mau berkomunkasi dengan sosok yang dia temui.