webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
8 Chs

Indigo Love Story Part 5

Kevin tersenyum melihat adanya Ana di kelasnya. Meskipun Ana kini sedang menunduk untuk menulis catatan yang ada di papan tulis. Kevin terus tersenyum melihat Ana yang kini duduk di tempat duduknya lagi. Bahkan, saat belajar pun Kevin tidak pernah fokus pada apa yang di terangkan oleh guru yang sedang mengajar. Dia hanya tersenyum sesekali menoleh ke belakang untuk melihat Ana.

Istirahat pun tiba, dengan segera Kevin berdiri dari duduknya lalu menghampiri Ana. Ana menatapnya bingung, tanpa babibu Kevin memeluk Ana di depan murid yang ada di kelasnya. Dia tengah menumpahkan semua kerinduannya pada Ana. Semua orang menatap tidak percaya dengan apa yang Kevin lakukan pada Ana.

"Kemana saja kau selama ini?" tanya Kevin di tengah pelukannya. Ana hanya terdiam, pipinya mulai merona "a-apakah kita sangat mengenal sebelum aku hilang ingatan?" tanya Ana. Mendengar itu, Kevin langsung menatap Ana bingung.

"Jangan bercanda" ucap Kevin sambil terkekeh. Ana hanya menatap aneh kearah Kevin "apakah aku terlihat seperti bercanda?" tanya Ana dengan wajah serius. Kevin menyentuh bahu Ana "kenapa kau bisa melupakanku, hm? Tadi kau memberiku secarik kertas bukan?" tanya Kevin mencoba menyakinkan dirinya kalau Ana tengah berbohong padanya tentang hilang ingatan.

Ana menjentikan jarinya "oh itu, seorang gadis kecil di rumah kak Luna menyuruhku untuk memberikannya padamu, kau kenal dengannya?" tanya Ana. Kevin terkekeh "jangan berbohong padaku" ucap Kevin yang masih tidak terima.

"Permisi" ucap seseorang dari pintu kelas mereka. Semua orang menatapnya "Eh, Fitria. Tunggu sebentar" ucap Ana lalu melepaskan tangan Kevin dari bahunya. "Maaf, tapi sepertinya kau salah orang" ucap Ana lalu pergi meninggalkan Kevin dan teman-temannya yang masih bingung. Ana pergi bersama adik sepupunya, Fitria.

'Tempat ini tidak asing untukku. Tapi, kenapa aku lupa semuanya. Siapa orang itu, sepertinya dulu aku mengenalnya dengan baik. Makanya, dia memelukku sangat erat' pikir Ana. Ana menoleh sebentar untuk melihat orang itu sekali lagi sebelum keluar dari kelasnya. Tapi, dengan cepat Fitria menarik Ana untuk pergi bersamanya.

"Ana kenapa? Dia bahkan tidak menyapaku tadi" dengus Citra. Kevin diam di tempatnya berdiri, Reza menepuk bahunya "Vin, sepertinya Ana hilang ingatan" ucapnya, Kevin hanya diam disana sambil mengepalkan tangannya.

"Tapi, kenapa pergelangan tangannya banyak goresan luka ya?" bisik Rena pada Novia. Novia menggelengkan kepalanya. Ingatan dimana Ana di lempar ke lemari kaca kembali teringat di kepala Kevin. Kevin segera menyusul Ana dan Fitria keluar kelas. "Menurutmu, ada hubungan apa antara Kevin dan Ana. Mengapa Kevin sangat peduli padanya bahkan sampai memeluknya?" tanya Novia.

Rena mengebrak meja "mana aku tau, yang pasti aku akan membunuh wanita itu jika berhubungan dengan Kevin"

Neta menepuk bahu Rena "kalau ngomong jangan sembarangan. Nanti kamu duluan loh yang kena"

Rena mengerucutkan bibirnya "Maaf" sesalnya.

Ana masih merangkul lengan Fitria, sesekali Fitria menjelaskan ruangan-ruangan yang ada di sekitar mereka kepada Ana. Kevin berjalan cepat kearah mereka dari arah belakang. Dia menarik lengan Ana "hey, apa yang kau lakukan hah? Lepaskan tanganku!" pinta Ana.

"Jangan sakiti tangannya, ini masih cedera" titah Fitria dengan nada yang sangat dingin pada Kevin. Kevin menatap Ana dengan tatapan yang penuh penyesalan. Ana hanya memegangi tanganya yang mulai berdenyut sakit.

"Kak Ana, tunggu sebentar ya. Aku harus berbicara pada ketua osis ini" ucap Fitria, Ana hanya menganggukkan kepalanya. Kevin hanya menatap Ana dalam diam, Fitria menarik tangannya agar lebih jauh dari kakak sepupunya itu.

Setelah dirasa jauh dari kakaknya, baru Fitria memulai percakapan diantara mereka. "Jauhi kakak ku!" pinta Fitria. Mata Kevin terbelalak mendengar itu. "Aku tidak akan menjauhi kakakmu!" ucapnya, Fitria tersenyum sinis. "Kau tidak merasa bersalah padanya apa? Kau yang membuatnya begini. Seandainya, waktu itu kau tidak memintanya untuk menjaga dan merawatmu yang sedang sakit. Mungkin, kakak ku tidak akan pernah seperti ini. Kak Luna hanya memberikan buah pada keluarga kalian. Aku sudah memintanya untuk aku yang memberikannya pada keluarga kalian. Tapi kau, kau meminta pada ibumu agar kak Ana yang memberikannya. Lucu sekali melihatmu mempermaikan, kakak ku!"

Kevin terdiam mendengar itu "dia kehilangan ingatannya dan aku sangat bersyukur atas itu. Karena aku tidak akan bersusah payah untuk menjauhkanmu darinya. Ah.. dan lagi, tangannya cedera karena tulangnya pernah remuk saat kecelakaan itu terjadi" jelas Fitira.

"Apakah kondisinya mulai membaik?" tanya Kevin dengan nada yang penuh khawatir. Fitria menganggukkan kepalanya. "Kondisinya mulai membaik. Tapi, banyak bekas luka pada tubuhnya akibat kecelakaan itu. Aku memintamu dengan baik-baik, jauhi kakaku jika kau tidak bisa melindunginya"

Fitria meninggalkan Kevin dan berjalan kearah Ana. "Sudah?" tanya Ana dan Fitria menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada Ana. Fitria mendorong pelan punggung Ana untuk melanjutkan perjalanan mereka. Ana menoleh untuk melihat Kevin, Kevin balas menatapnya. Ana tersenyum sangat manis sebelum meninggalkan Kevin yang berdiri kaku melihat punggung Ana yang semakin menjauh darinya.

'Aku sadar, kalau aku memang menyakitinya dan aku belum sanggup untuk menjaganya' – Kevin.

***

Kelas sudah lama masuk, wali kelas mereka pun masuk "selamat siang, anak-anak" sapa wali kelas Kevin, Bu Raisa. "Selamat siang, Bu" jawab para siswa di kelas itu termasuk Ana dan Kevin. "Hari ini, Ibu mau memindahkan tempat duduk kalian. Karena setelah melihat Ana dan mengetahui kondisi fisiknya memburuk. Ibu jadi, khawatir membiarkan Ana duduk di belakang" ucap bu Raisa, Ana hanya tersenyum.

"Ana, apakah kondisimu mulai membaik. Maaf, ibu hanya mengirim uang dan tidak menengokmu waktu kau jatuh sakit"

"Kabar saya sudah membaik kok, Bu. Soal ibu tidak menjengukku itu bukan masalah besar. Lagi pula aku dirawat di kampung halamanku" jawab Ana ramah.

"Bu, yang pindah biar Ana saja. Kami tidak mau pindah tempat duduk!" ucap Rena malas. Bu Raisa memikirkan sebentar usulan Rena "baiklah, ibu hanya akan memindahkan tempat duduk Ana. Ana kau duduk dengan.... Kevin" suruh bu Raisa. Mendengar itu, mata Kevin membulat sempurna, sedangkan Ana mulai membereskan buku-bukunya.

"Bu, ini tidak adil. Mengapa Ana harus duduk dengan Kevin?" ucap Rena tidak terima. "Kau bilang tadi hanya Ana yang boleh ibu pindahkan. Sudahlah, kalian lanjutkan pelajaran kalian. Dan untukmu Reza, kau pindah ke tempat duduk Ana ya!"

Reza segera membereskan bukunya lalu pindah ke tempat Ana. Begitupun Ana, Ana juga mulai pindah ke tempat duduknya, bersama Kevin. Ana sudah duduk di samping Kevin "mohon bantuannya ya, semoga kau nyaman duduk bersamaku" ucap Ana sambil tersenyum. Kevin menganggukan kepalanya kaku. "Tapi, aku merasa pernah duduk disini. Aneh bukan?" ucap Ana, Kevin tersenyum dan mengingat Ana yang mengerjakan tugas yang belum selesai bersamanya sepulang sekolah.

"Ah itu, pasti kau salah. Aku tidak pernah duduk dengan wanita sebelumnya" jawab Kevin dengan nada yang bergetar. "Sepertinya, kau orang yang pendiam ya?" ungkapan Ana membuat dadanya berdetak tidak karuan. Kevin tersenyum sangat lebar "aku memang pendiam di depan orang lain. Tapi, aku akan berubah menjadi easygoing saat bersama dengannya" ucap Kevin yang menatap tepat di kedua mata Ana.

Pipi Ana merona melihat betapa lembutnya tatapan Kevin padanya. Ana tersenyum "woah.. bagus itu.. dia pasti sangat menyukainya" ucap Ana yang membuat Kevin menggelengkan kepalanya "dia lebih suka melihatku yang pendiam dan cuek" ucap Kevin yang kini menatap bukunya. Ana yang merasa kurang nyaman dengan suasananya hanya bisa menanggapi dengan anggukkan kepalanya. Tapi, Ana sangat penasaran siapa orang yang di maksud oleh Kevin. Mungkin saja, dia bisa mengingat sedikit apa yang ada di kelas ini.

"Siapa dia?" tanya Ana.

Kevin menggelengkan kepalanya "kau akan terkejut saat tau dia" mata Ana membesar karena dia sangat penasaran. Tapi, jika Kevin sudah berbicara begitu berarti Ana harus mengerti kalau Kevin tidak mau cerita "baiklah, aku tidak ingin tau kalau begitu��� ucap Ana sendu. Ana mulai membuka bukunya lalu membacanya. Kevin kembali menoleh untuk melihat Ana.

'Kau tidak banyak berubah. Kau masih sama seperti Ana yang ku kenal. Ramah dan baik pada seseorang yang baru saja kau kenal'

Merasa ada yang memperhatikan, Ana menoleh kearah Kevin. Dengan cepat Kevin memalingkan wajahnya dari Ana.

"Kevin" panggil Ana, dengan gugup Kevin menoleh kearah Ana. "Kau percaya adanya hantu?" tanya Ana, dengan gugup Kevin menganggukan kepalanya "aku tau, kau akan berfikir aneh tentangku. Tapi, aku bisa melihat hantu, aku anak indigo" ucap Ana dengan wajah yang serius. "Aku sudah tau itu kok" jawab Kevin sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya. Mata Ana terbelalak "bagaimana bisa kau tau aku anak indigo?" tanya Ana penasaran. Kevin memberikan smirknya "kau akan tau jika saja ingatanmu kembali dan kau akan menyesal kepadaku" jawab Kevin.

"Menyesal? Karena apa?" tanya Ana, Kevin hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Aish.. beritahu aku, karena apa?" tanya Ana yang mulai memaksa Kevin untuk cerita. Lagi dan lagi Kevin hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Karena kesal melihat ekspresi Kevin yang seperti mengejek, akhirnya Ana memukul lengan Kevin "kau menyebalkan!" dengus Ana. Mendengar itu, Kevin kembali tersenyum senang lalu tanpa sadar tangan Kevin terangkat untuk mengusap kepala Ana.

Rena sudah mengepalkan tangannya saat melihat begitu akrabnya Kevin kepada Ana. Bahkan semua orang, menganggap Kevin sangat manis saat didekat Ana.

"Kau masih sama, selalu mengupat di depanku" ucap Kevin lalu mencubit pelan hidung Ana. Ana terdiam, dadanya sudah berdetak tidak karuan di perlakukan terlalu manis oleh Kevin.

'Kenapa rasanya sangat nyaman sekali. Mengapa aku tidak asing dengan apa yang dia lakukan padaku?'

Setetes air mata jatu dari pelupuk mata Ana. Membuat Kevin sedikit terkejut "kenapa kau menangis?" tanya Kevin, dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tau" jawab Ana lalu menghapus air matanya. Ana berdiri dari duduknya "aku izin pergi ke toilet" ucap Ana lalu keluar dari kelas. "Kenapa dadaku bergemuruh hebat saat dekat dengannya? Dan kenapa aku selalu tersenyum padanya? Apakah aku menyukainya?" tanya Ana pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku menangis saat dia baik padaku?"

"Apa yang aku lupakan sebenarnya?"

"Mengapa aku selalu menangis tanpa sebab?"

Ana masuk ke dalam toilet, dia bertemu dengan penunggu disana. "Hey Ana, apa kabar?" tanyanya. Ana menoleh "kau kenal aku?" tanya Ana, hantu itu menganggukan kepalanya. "Tentu saja, kau orang yang di sukai pangeran sekolah ini" jawabnya santai. "Kau sangat terkenal di kalangan para hantu" tambahnya lagi. Dahi Ana berkerut "kenapa aku bisa terkenal?" tanyanya. "Karena nenek penunggu belakang sekolah. Telah membantumu membunuh kakak kembaranmu itu" jelas sang hantu. "Tunggu sebentar, kau bilang kembaran?" tanya Ana penasaran.

Hantu itu menganggukan kepalanya "bahkan, dia melukai tubuhmu sebelum kau kecelakaan. Dia yang membuatmu luka-luka seperti sekarang" ucap hantu itu lalu menghilang dari hadapan Ana. "Maksudnya apa sih?" dengus Ana lalu mencuci tangannya "cih, luka karena disakiti oleh kembaranku?" pertanyaan itu sukses membuat Ana mengingat kembali kejadian dimana dia di injak dengan sangat keras oleh seorang hantu yang terlihat mirip dirinya.

'Ingatan macam apa ini?'

Dengan cepat Ana segera keluar dari dalam toilet. Sewaktu di perjalanan menuju kelasnya. Kilasan-kilasan ingatan Ana kembali muncul. Merasa sangat pusing, Ana langsung menopang berat badannya pada dinding. "Aduh, kepalaku pusing sekali" ucapnya sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Ana berjalan sempoyongan, darah mengalir dari hidungnya karena memaksakan diri untuk mengingat kembali memori yang ada di kepalanya. Matanya tiba-tiba blur "tolong aku" pintanya dengan suara yang parau. Seseorang berlari kearahnya, Ana pingsan tepat saat orang itu berhasil menahan tubuh Ana agar tidak tersungkur ke lantai. Dia segera membwa Ana ke UKS.

Beberapa menit kemudian, Ana terbangun dari pingsannya. Kevin yang menunggunya sedari tadi mulai tersenyum senang. Ana memegangi kepalanya "aduh kepalaku pusing sekali" dengus Ana sambil menggosok pelan kepalanya. Kevin menatap Ana penuh khawatir. "Vin, kepalaku sakit" ringis Ana, Kevin terlihat panik "aku harus apa?" tanyanya dengan nada yang terdengar sangat panik. Ana terbangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya. "Kau harusnya tiduran" suruh Kevin "aku akan memanggil guru penjaga UKSnya"

Baru saja Kevin akan melangkahkan kakinya untuk pergi. Ana segera menahan pergelangan tangan Kevin.

Ana langsung memeluknya, air mata keluar tanpa seizin Ana "aku merindukanmu, bodoh!" isak Ana. Mata Kevin membulat sempurna "kau ingat?" tanya Kevin penasaran. dengan cepat Ana menganggukkan kepalanya "aku ingat semuanya. Maaf, aku telah melupakanmu" ucap Ana penuh penyesalan. Kevin menggelengkan kepalanya lalu duduk di sisi kasur "tidak apa-apa, aku senang sekali" ucap Kevin lalu merekatkan pelukannya. Ana melepaskan pelukannya lalu menatap wajah Kevin. Ana mengusap pelan pipi Kevin "aneh bukan, bagaimana bisa aku melupakan wajah sedatar ini" ucap Ana sambil terkekeh, Kevin mengerucutkan bibirnya "kau bilang datar? Hey, wajah setampan ini kau bilang datar? Kau minus berapa hah?!" uvap Kevin sebal.

Ana hanya tertawa melihat ekspresi kesal Kevin. Chu~ Ana mencium pipi Kevin, mau tidak mau Kevin harus tersenyum karena Ana menciumnya.

"Aku mencintaimu" ucap Ana.

Kevin menyentuh tangan Ana yang memegang pipinya. Dia mencium telapak tangan Ana "Aku lebih mencintaimu"

Ana tiba-tiba memukul tangan Kevin "apakah kau selingkuh saat aku tidak ada disini hah?!" tanya Ana dengan nada yang menyelidik. Kevin terkekeh "bagaimana bisa aku selingkuh. Sedangkan, pacarku saja cantiknya melebihi siapapun" ucapnya, Ana tersenyum malu sambil memukul Kevin "ish.. kau menjijikan!" dengus Ana "tapi, kau suka kan?" goda Kevin.

"Apaan sih, sana kembali ke kelas. Aku mau tidur dulu" ucap Ana, Kevin menggelengkan kepalanya lalu memeluk tubuh Ana. "Aku tidak ingin ke kelas, aku mua disini menemanimu"

Obrolan mereka terus berlanjut, Ana menceritakan saat dia di kampung halamannya. Begitupun dengan Kevin, dia menceritakan bahwa dia bukan lagi seorang indigo.

"Baguslah, agar kau tidak selingkuh dengan mahluk tak kasat mata lagi" dengus Ana, Kevin hanya tersenyum lalu mengusap rambut Ana. "Meskipun aku bisa melihat hantu lagi. Aku akan pastikan bahwa aku tidak akan pernah selingkuh ataupun berhubungan dengan mereka" jelas Kevin.

Tiba-tiba Kevin terdiam.

"Kau kenapa? Kenapa kau kembali terdiam? Apakah aku kerasukan lagi?" tanya Ana yang bingung melihat ekspresi Kevin yang kembali datar. Kevin menggelengkan kepalanya "apakah ini tidak terlalu cepat?" tanya Kevin, dahi Ana berkerut "Cepat apanya sih?"

"Kau mau menikah denganku?" tanya Kevin, dengan cepat Ana memukul bahu Kevin. "Kau gila? Kau bahkan belum lulus dari SMA dan lagi, kau belum bekerja. Aku tidak mau!"

Kevin tersenyum sangat lebar "aku akan kerja nanti, aku juga akan lulus nanti" ucap Kevin, Ana tetap memukul bahu Kevin. "Maka, aku akan menikah denganmu setelah itu terlaksana"

"Ku anggap kau mau menikah denganku" ucap Kevin sambil menatap Ana dengan lembut, Ana menganggukkan kepalanya.

Kevin berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepada Ana "yuk, kita ke kelas" ajaknya dan Ana menganggukkan kepalanya. Dia meraih tangan Kevin lalu turun dari kasur yang ada di UKS.

Mereka berjalan beriringan untuk ke kelas.

"Kau ingat janjiku padamu?" tanya Kevin, Ana menoleh padanya "janji yang mana?" tanyanya yang masih lupa. Kevin berhenti berjalan lalu menatap kedua mata Ana "menonton film denganku, malam ini jam 7 aku jemput ya?" ajaknya sambil tersenyum manis kepada Ana. Pipi Ana bersemu kemerahan saat Kevin lagi dan lagi bersikap manis padanya. Ana menatap kearah lain lalu menganggukkan kepalanya "baiklah kalau begitu, aku semangat jalan bersamamu" ucap Kevin lalu menggenggam tangan Ana. Ana membalas genggaman tangan Kevin.

Kevin dan Ana sama-sama tersenyum tipis karena bisa bersama lagi tanpa adanya gangguan dari mahluk halus seperti kakak kembarannya itu.