webnovel

In Silence

Silence is a good way to hide your true feelings. Someone so handsome like him, impossible to reciprocate my feelings, the nerd who can only hold a book. I hate my self too..

Alyani_official · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
1 Chs

01 in library

Jika saat itu kita tidak bertemu mungkin saat ini hidupku tidak akan seperti ini. Tersiksa dengan ekspektasiku sendiri, bagaimana bisa diriku mengharapkan seseorang yang terbilang sempurna seperti kamu, menyukaiku yang hanya bisa memeluk buku buku, dengan rambut panjang terurai berantakan, dan penampilan yang apa adanya dan terkadang bodoh yang hanya sering dijadikan bahan tawaan. Tapi, terlepas dari semua itu, aku senang bisa bertemu kamu.

..

"Kamu datang lebih awal ya?"

Saya hanya membalas dengan senyuman dan anggukan sambil mengembalikan buku yang kemarin saya pinjam, sudah menjadi biasa saya datang ke perpustakaan ini, bahkan sehari penuh saya habiskan di sini. Semua penjaga sudah mengenal saya siapa, si kutubuku Erlina.

melihat lihat buku yang berjejer adalah kebiasaan saya, mencium aroma khas di lemari buku yang tinggi, meraba semua buku di rak juga kebiasaan saya. Tidak ada tempat ternyaman selain di sini, sunyi dan bisa fokus membaca buku yang sedang saya baca, dan sesekali saya membaca sambil mendengarkan lagu di earphone.

Perpustakaan ini cukup sepi. jarang orang orang datang kesini, hanya ada beberapa yang sedang bekerja dan siswa yang sedang mengerjakan tugas mereka.

Saat saya sibuk mencari buku yang mau saya baca, tak sengaja saya menabrak sosok lelaki tinggi, dan mempunyai paras yang tampan.

"m-maaf" ucap saya khawatir dan beberapa kali menundukan kepala saya padanya.

"tidak apa apa" jawab pria itu sambil tersenyum ramah.

Seperti orang lain pada umunya, Erlina membaca buku tentang sejarah di salah satu meja paling ujung dengan tenang, Ia harus belajar untuk meneruskan pendidikannya seperti yang orang tuanya inginkan.

Sekitar empat jam Erlina di perpustakaan, ia kemudian keluar dari tempat itu dengan membawa tiga buku tebal yang dia pinjam. Langit sudah hampir gelap, jam tangannya menunjukkan pukul 18.25 Erlina harus cepat untuk ke halte depan, agar dia tidak tertinggal bus, jika dia sampai tertinggal bisa bisa ia menunggu lagi, dan itu akan membuat ibunya marah karena dia pulang terlalu larut.

Bus datang tepat waktu, Erlina langsung masuk ke dalam bus. Dia menarik napasnya panjang untung saja dia tidak terlambat, jika dia terlambat lima detik, bisa bisa busnya sudah jalan meninggalkannya. Erlina menempelkan earphone di lubang telinganya, mendengarkan lagu yang ia sukai, menutup matanya menikmati lagu yang sedang ia dengar.

Setelah dia sampai di depan halte yang ia tuju, Erlina pun meneruskannya dengan berjalan kaki dan meneruskan lagu yang masih tersetel di earphone yang menempel pada telinganya. Dari halte menuju rumahnya tak jauh, rumah Erlina tepat berada di dekat supermarket yang sering dia kunjungi untuk membeli kebutuhannya dan juga membeli cemilan. Erlina berbelok menuju pintu supermarket tersebut untuk membeli keripik favoritnya. Karena di sana sudah menjadi tempat langganannya, bahkan kasirnya sudah mengenal Erlina.

"Baru pulang dari perpustakaan?" tanya Sophia, sambil melayani Erlina.

"iya"

Sophia memberikan kantong keresek putih yang berisi barang yang Erlina beli, dan Erlina memberikan uang tunai untuk membayarnya.

Sophia menatap buku yang dipeluk Erlina, "huftt, apa kamu bisa membaca buku setebal itu? lama lama kacamata kamu juga ikut tebal, Erlina." ucap Sophia dengan senyum jahil.

Erlina tersenyum, "tidak mungkin, Ini saja sudah cukup tebal" Jawab Erlina sambil menunjuk kacamata yang menempel dimatanya lalu kemudian tertawa.

Setelah mengobrol dan tertawa bareng bersama Sophia, Erlina pun keluar dari Supermarket itu dan berjalan menuju rumahnya, Ibunya tidak ada, mungkin saja dia ada di kamarnya atau sedang mandi. Melihat kondisi rumahnya yang sepi, Erlina berjalan menuju kamarnya untuk mandi kemudian makan malam. Dengan hanya tertutupi handuk di atas lutut dan rambutnya yang tertutupi handuk kecil, Erlina keluar dari kamar mandi dan membuka lemari, mengeluarkan sebuah piyama ternyaman berwarna biru. Dengan rambut yang masih setengah basah, Erlina keluar dari kamarnya. Tanpa memakai kacamata yang sering ia pakai, karena walaupun dia rabun, Erlina masih bisa melihat jelas namun sedikit buram.

"Lihat rambutmu masih masih basah, apa kamu mau masuk angin keluar kamar dengan rambut basah seperti itu" Oceh Marinna, ibunya.

Erlina duduk di kursi, "kan di sini tidak dingin, mana mungkin aku masuk angin. Erlina lapar makan apa malam ini, ma?" Tanya Erlina.

"Lihat saja di meja ada apa? oh ya, Itu yang di ruang tamu, keresek apa?"

"cuman makanan sama sabun Erlina."

"huh, kalo ibu tahu kamu ke sana, harusnya sekalian beli tomat, dan juga beberapa sayuran"

"Besok Erlina beli ya"