webnovel

Penghakiman

"Jangan buat keributan di sini, Noona! Ini tempat umum. Ini akan sangat memalukan bagi kepolisian," bisik Seong-chan.

*Noona/Nuna = kakak perempuan (dipanggil oleh laki-laki)

Wanita tadi berlalu begitu saja diikuti beberapa bodyguardnya.

"Jangan terlalu banyak bertingkah di sini, Nona! Urusan kita belum selesai!!" ancam Rae-ah.

Wanita tadi hanya tersenyum meremehkan.

Seong-chan terdiam sejenak seolah berfikir. Ia menepuk jidatnya.

"Ya Tuhan!! Dia itu Kawamoto Murasaki , nuna! Dia penyanyi terkenal asal Jepang," ucap Seong-chan sambil menunjukkan rasa kekagumannya.

"Cih!! Lalu apa perduliku?" Rae-ah berdecih.

"Di mana ia tinggal?" ucap Rae-ah sejurus kemudian.

'Katanya tadi tak perduli?' pikir Seong-chan.

"Biasanya artis-artis luar yang datang ke sini kebanyakan menginap di Oakwood Premier Incheon Hotel. Hotel bintang 5 terbesar nomor satu di Incheon," jawab Seong-chan.

Rae-ah menarik sudut bibirnya. Ia berjalan mendahului Seong-chan membuat Seong-chan sedikit mempercepat langkahnya untuk bersejajar dengan Rae-ah.

***

         Pukul 01.00 . Oakwood Premier Incheon Hotel.

Kawamoto Murasaki memasuki kamar hotelnya. Ia baru saja pulang dari konsernya dalam rangka 'Asia Tour Concert'. Sebelum memasuki kamar hotel, Murasaki memerintahkan bodyguardnya untuk tidak mengganggunya karena ia merasa sangat lelah.

        Murasaki masuk di kamar hotel nomor 189. Ia melepaskan semua kostum konsernya dan mengganti dengan piyama. Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang mengawasinya dari sudut gelap samping kamar mandi.

Tap!!

Lampu tiba-tiba padam.

"Katanya hotel bintang lima? Kenapa listrik bisa padam? Sial!!" gerutu Murasaki.

          Ia hendak menggambil senter yang berada di meja sebelahnya sebelum sepasang tangan mendorongnya hingga ia membentur dinding sangat keras.

Bugh!!

Tubuh Murasaki terkapar di sebelah tempat tidur.

          Sebelum Murasaki dapat bangkit sosok itu sudah langsung menancapkan benda panjang, kecil namun runcing tepat di tenggorokan Murasaki.

"Grogh.. grogghh... groghh...!" suara Murasaki tertahan di kerongkongan. Mata Murasaki terbelalak.

        Sosok tersebut merebahkan tubuhnya di tempat tidur dekat Murasaki.

"Hmm, kau perempuan menyedihkan. Berterima kasihlah padaku karena kau tak perlu lagi menjalani kerasnya hidup ini," ucap sosok itu masih di atas tempat tidur.

         Tangan Murasaki meraih-raih sosok itu. Sosok itu malah mendekatkan wajahnya ke arah Murasaki. Sosok itu melepas 'hand glove' nya dan memakai tsume palsu, kemudian mencakar muka Murasaki dengan 'tsume palsu' miliknya.

"Jangan tersinggung. Aku hanya menyelamatkanmu dari dosa besar. Karena wajahmu itu banyak lelaki ingin memilikimu dan melupakan keluarga mereka. Bukankah itu dosa besar?"

        Mata Murasaki membesar, tubuhnya bergetar. Darah segar mengalir dari tenggorokannya.

"Qqoogh... qoogghh.. qoogghh!!"

Murasaki ingin mengatakan sesuatu.

         Sosok itu malah tertawa senang melihat kondisi Murasaki seperti itu.

"Kau ingin bicara sesuatu, nona? Atau kau memohon kepadaku untuk segera melenyapkanmu? Ah, maaf sekali!" sosok itu terlihat menyesal namun sesaat kemudian ia tertawa, "hahaha, aku belum puas bermain denganmu, nona. Bukankah sudah kubilang, jangan banyak bertingkah!"

Tap!!

Lampu kembali menyala.

Sosok itu membuka penutup kepala hoodienya. Mata Murasaki terbelalak melihat sosok itu.

Sedetik kemudian Murasaki menghembuskan nafas terakhir dengan mata yang masih membesar. Tatapannya menunjukkan rasa ketidakpercayaan.

"Ah sial! Kenapa kau cepat sekali menyerah, nona?"

Sosok itu kembali memakai penutup kepalanya sambil bersiul santai keluar dari jendela hotel.

***

          (Takahashi Shinsuke POV)

         Aku bergelung di tempat tidurku. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Aku tak bisa tidur. Walau sulit untuk mengakuinya, aku sebenarnya sangat mencintai Kenkyo. Aku tak bisa tidur tanpa memandang wajahnya yang innocent itu terlebih dahulu. Walau kita tak pernah tidur seranjang, tapi aku selalu mengecup keningnya sebelum tidur.

"Kenkyo-chan, di mana kau saat ini?"

        Sebuah panggilan masuk, dari Detektif Lee.

"Iya?"

"Detektif Takahashi, ada kasus pembunuhan lagi di Hotel Oakwood Premier Incheon. Korban adalah penyanyi asal Jepang yang semalam mengadakan konser di dekat sini."

"Baik, aku akan segera ke sana," ucapku sambil beranjak pergi.

***

        Aku telah sampai di lokasi. Sudah ada tim forensik juga di TKP. Seong-chan memotret tiap sisi korban. Detektif Lee sedang berbincang dengan salah satu tim forensik. Tapi tunggu, aku tak melihat Ketua Tim Kang dan Detektif Moo di sini.

          Aku mendekat ke arah korban. Luka lubang di tenggorokan lagi?? Dan korban juga penyanyi asal Jepang? Kasus ini hampir sama dengan Nona Yukiko Shinoda. Apa benar pelakunya perempuan seperti analisis Detektif Lee?

         Sepuluh menit kemudian Ketua Tim Kang datang bersama Detektif Moo. Ini aneh, bukankah rumah Ketua Tim Kang dekat dari sini? Kenapa sampai membutuhkan waktu hingga puluhan menit untuk sampai di lokasi? Dan lagi, kenapa bisa datang dengan Detektif Moo bukan Detektif Lee kekasihnya?

          Pemandangan menjijikkan! Detektif Lee mengecup bibir Ketua Kang ketika ia baru sampai. Bahkan mereka tak perduli dengan orang-orang dari tim forensik?

Baiklah, kuakui memang aku iri. Aku tak pernah bisa melakukan

seperti yang Detektif Lee lakukan pada Ketua Kang Rae-ah.

***

       Pukul 9 pagi waktu Incheon. Aku bermobil menuju Kantor Satuan Lalu Lintas Incheon. Ketua Kang menghubungiku kalau tim patroli menemukan gadia dengan ciri-ciri mirip seperti Kenkyo. Yah, semoga itu sungguh gadisku.

        Aku memasuki Kantor Satlantas dengan pikiran kacau. Dari kejauhan aku melihat Ketua Kang dan Seong-chan tengah duduk di depan gadis kira-kira berusia 17 tahun. Gadis itu masih membelakangiku. Namun keadaannya sangat kacau. Rambut acak-acakan, tanpa memakai alas kaki juga.

        Aku mendekat ke arahnya. Sungguh, itu memang gadisku. Aku memeluknya sangat erat. Namun ia tetap bergeming, bahkan ia menjauhkan tubuhnya dariku.

"Kenkyo-chan.... apa kau masih marah dengan nii-san?" tanyaku. Ia tetap bergeming, sesekali ia menggelengkan kepalanya. Ia terlihat bingung.

"Detektif Takahashi, tim patroli menemukan nona ini sedang berputar-putar di tiang dekat halte. Aku belum memastikan dia sambil menyanyi atau tidak."

Pletak!

Kepala Seong-chan dipukul tas oleh Ketua Kang.

Namun aku tak perduli dengan perkataan bocah itu. Mataku menatap lekat mata Kenkyo.

"Apa yang terjadi padamu, Kenkyo-chan?"

"Kami sudah menanyakan itu sejak tadi, Takahashi-san. Namun ia malah semakin bingung."

Itu suara Ketua Tim Kang Rae-ah.

"Sebelumnya dia baik-baik saja, Ketua Kang."

Aku meyakinkan mereka. Jangan sampai mereka mengira gadisku punya gangguan mental. Oh Kami-sama! Ada apa ini sebenarnya?