webnovel

IHeart You

**Season I: (TAMAT) Indah Putri Soedarmo, berasal dari keluarga yang kaya raya. Apapun bisa Putri dapatkan dengan mudah. Membuat pribadi remajanya tumbuh menjadi egois dan tidak mau tersaingi oleh siapapun. Kehidupan percintaannya pun tidak berjalan mulus, ia harus memilih antara mengorbankan perasaannya atau membantu orang tuanya untuk melakukan perjodohan dengan pria tampan dan kaya raya, dan memliki sifat dingin dan angkuh. Demi menyelamatkan perusahaan keluarga yang sudah lama berdiri. **Season II - Start Chap 215. I Heart You - Unforgettable Selama ini Jane melarikan diri dari suaminya sendiri, merasa sakit hati ketika ia mengetahui bahwa Henry akan menikah lagi dengan wanita lain. Setelah bertahun-tahun menghilang, akhirnya takdir mempertemukan kembali Jane dan Henry. Tapi... anehnya dia harus menjadi sekretaris Henry, itupun karena permintaan Nicole - istri kedua dari Henry. "Sayang... tadi aku sempatkan mengatakan kalau aku menemukan sekretaris yang cocok untukmu. Dan perkenalkan dia adalah Nona Jane." Ucap Nicole yang menunjuk pada Jane, senyum yang ia berikan berkesan ramah. Apakah Nicole tahu hubungan antara Jane dan Henry? Apakah dia tahu, jika wanita yang akan dijadikan sekretaris suaminya adalah... istri pertama Henry?

Sita_eh · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
393 Chs

Masa Lalu - Darah Segar

Jumat Siang adalah waktu yang pas untuk Putri melakukan aksinya. Disisi lain ruangan kelas terlihat lebih sepi dibanding hari-hari sebelumnya. Orang-orang sibuk dengan melakukan ibadah sholat Jum'at. Sedangkan guru-guru juga sudah ada beberapa yang pulang.

Putri masih menunggu di toilet sekolah. Untunglah toilet wanita itu bersih dan rapi, jauh dari kesan kumuh. Ya tentu saja ini kan sekolah swasta terbaik yang ada.

"Lama banget sihh.. " Ucap Putri pelan tapi dengan nada sangat kesal.

Hampir lima belas menit, Putri menunggu di dalam toilet. Beberapa siswi Putri masih ada yang masuk, dan melihat Putri dengan wajah bingung. Tapi Putri tidak mempedulikan sama sekali. Tidak lama Putri mendengar suara Nada di kejauhan yang sedang berbincang dengan seseorang..

"Yess..." Pikir Putri, "Apa Nada berhasil ya bawa Mega kesin?."

Tidak lama pun Mega dan Nada muncul dari balik pintu toilet. Mega pun sedikit kaget melihat Putri sudah berada didalam, dan kemudian memberikan senyuman kepada Putri. "Putri, udah nunggu ya. Maaf ya lama.. tadi.." Ucapan Mega pun terpotong.

"Nad, lo tunggu luar ya. Tolong." Ucap Putri dengan datar dan memberikan arahan. Nada pun mendekati Putri. "Put, inget ya tidak lebih." Bisik Nada ke Putri dengan sangat pelan. Walaupun pelan karena ruangan itu sangat sepi, Putri yakin Mega bisa mendengar apa yang dibisikkan oleh Nada. "Ok.. " Jawab Putri datar sambil menatap dingin Mega.

Tidak lama Nada keluar dan menghilang dari balik pintu. Terlihat raut wajah Mega masih sedikit bingung, tapi Mega tetap memaksakan senyumnya untuk Putri.

"Hey, Putri. Apa Kabar kamu?" Ucap Mega dengan suara yang sedikit bergetar. Entah apa yang dipikirkan Putri olehnya, tapi situasi sekarang membuat dia tidak nyaman.

"Heeh..! Udah deh Mega, gak perlu basa basi." Ucap Putri mengibaskan rambut panjangnya. "Maksud kamu?" Tanya Mega dengan bingung.

"Kemarin kenapa, kamu sebut nama gue ke Bu Anggi?" Suara Putri mulai meninggi dan masih menahan emosi. "oh iya, tadi Nada juga cerita katanya ingin meluruskan masalah ini ya." Kali ini terlihat Mega tersenyum dengan manis. Tapi senyuman Mega justru membuat Putri semakin tidak menyukainya.

Putri pun tidak menjawab pernyataan Mega, malah Putri melipat kedua tangannya sambil terus menatap dengan sinis. Mega pun terlihat menarik nafas panjang, sebelum memulai pembicaraannya dengan Putri.

"Aku gak ada maksud untuk nuduh kamu kok Put. Kemarin saat aku mau ganti baju untuk jam olahraga, ada seseorang yang merusak bajuku Put." Terlihat Wajah Mega mulai memerah. "Apa sih dia??" Ucap Putri dalam hatinya.

"Aku spontan nangis, maaf ya aku terlalu cengeng." Bahkan di saat sedih pun Putri melihat wajah Mega masih terlihat cantik.

"Dan kebetulan, Bu Anggi lewat depan kelas dan melihatku menangis di kelas." Mega pun menatap wajah Putri dengan sedih.

Tunggu, jadi selama ini bukan Mega yang datang ke ruang BP, melainkan Bu Anggi yang menemukan Mega yang sedang menangis di dalam kelas. Tapi kenapa Bu Anggi mengatakan hal yang berbeda. Putri pun semakin kesal dan menyimpulkan bahwa Mega pun menjadi murid kesayangan Bu Anggi.

"Trus kenapa gue dipanggil ya?" Tanya Putri dengan kesal memotong pembicaraan Mega. Mega pun langsung menunjukkan reaksi tidak nyamannya.

"Aku gak tau Put, seingatku Bu Anggi menanyakan sebelum masuk kelas, aku ketemu dengan siapa saja. Bukan hanya kamu yang aku sebut, aku menyebutkan ada Iwan, kamu, beberapa anak kelas sebelah, dan..eeee... Wira." Putri pun semakin kaget, ketika Mega mengucapkan kata Wira, entah mengapa terdengar sangat lembut. Putri merasa seperti ada yang membakar dirinya. Membuat panas ubun-ubunya, dan membuatnya ingin melakukan hal-hal yang tidak terkontrol.

Tanpa Putri sadari, ia sudah melayangkan tangannya ke pipi Mega. Sontak mega pun kaget dan terhoyong ke belakang. Pandangan Mega saat ini sangat ketakutan melihat Putri yang sudah menamparnya dengan sangat keras. Terlihat memar di pipinya yang memerah.

Putri berjalan mendekati Mega yang masih terlihat takut, dan tanpa disadari oleh Mega, dia pun mendorong badannya pelan-pelan ke arah pintu toilet untuk menghindari Putri.

"Put... lo gak ngapain-ngapain kan??" Terdengar suara Nada dari balik pintu luar toilet, terlihat cemas dan tanda tanya.

"Fine Nada... lo jagain pintu masuk aja." Teriak Putri dengan kesal.

"Put, ini udah 10 menit." Nada menjawab dari balik Pintu.

"Nada lo gak denger yaa.. JAGA PINTU!" Teriak Putri dengan sangat kesal.

Apa yang dipikirkan Putri saat itu, sangat jauh dari yang dia rencanakan. Tadinya Putri hanya ingin memberikan sedikit pelajaran ke Mega, dengan memberikan teguran langsung. Tapi mengetahui kenyataannya, mengetahui bahwa Mega lebih baik darinya, mengetahui kakaknya memiliki dan menyimpan rasa dengannya. Membuatnya tidak bisa memikirkan mana yang baik atau tidak.

Mega masih terlihat sangat takut. Putri yang menyadari ketakutan Mega, terlihat senang. Putri pun berjalan ke arah pintu masuk dan mengambil kunci yang berada di saku bajunya, sebuah kunci ia masukkan ke dalam lubang kunci. Dan terdengar suara Klik pelan, pintu toilet pun terkunci.

Nada yang menyadari pintu toilet terkunci, mulai meneriaki Putri dari arah luar. Tapi Putri tidak menghimbaukan suara temannya, dan mulai menatap Mega dengan sinis.

Putri menarik kerah Mega, entah kekuatan dari mana. Tapi ketika Putri menarik kerah Mega, badan Mega pun mulai terangkat sedikit dari lantai. Wajah mereka berdua terlalu dekat. Bahkan Putri bisa dengan sangat jelas melihat wajah cantik Mega.

"Ada hubungan apa? Elo dengan Kak Wira?" Tanya Putri masih menahan kesal.

"Aku Put?" Tanya Mega dengan takut.

"Berani-beraninya, elo yang gak seberapa ini dekat dengan kakak gue." Kali ini Putri lebih mengangkat kerah Mega, membuat Mega kesulitan untuk bernafas.

"Put, maksud kamu apa. Kami memang dekat, tapi kami saling suka, dan.." Sebelum Mega meneruskan kalimatnya, Putri kembali melayangkan tangannya ke arah wajah Mega. Dan terlihat Mega sangat kesakitan dan berteriak.

"Jangan pikir, elo bisa dekat ya sama kak Wira. Gue tau, diam-diam kamu mau ambil semuanya kan dari gue. Pertama soal pelajaran, perhatian guru-guru, terus keluarga gue." Ucap Putri yang kini menarik rambut Mega yang panjang.

"Put kamu terlalu berpikir jauh, Put hentikan ini sakit." Mega pun berteriak, dan Putri semakin tidak menyukainya tapi menikmati bagaimana dia membuat Mega takut dengannya.

Ketukan pintu dan suara Nada sama sekali tidak dia himbaukan. Terjadi perkelahian hebat di toilet wanita itu. Mega mulai memberontak mencoba melepaskan cengkraman tangan Putri dari rambutnya. Tapi Putri terlalu kuat saat itu, jangankan cengkramannya mengendur justru semakin kuat Putri menarik rambut Mega.

Mega yang sadar tidak dapat menandingi kekuatan Putri. Mencoba menggunakan tubuhnya untuk mendorong Putri ke arah dalam toilet. Masih meronta-ronta kesakitan, Mega berhasil mendorong dan membuat Putri terhoyong ke belakang. Akibat dorangan tersebut, Putri duduk diatas toilet yang tertutup. Mega masih belum bisa melepaskan cengkraman Putri yang sangat kuat.

Mega terus mendorong-dorong Putri, agar Putri mau melepaskan cengkraman dari rambutnya yang sudah mulai terlihat kusut. Mulai dari memegang tangan Putri, dan mencoba untuk melepaskannya. Tapi tidak ada hasilnya.

Putri yang emosi, mengeluarkan kata-kata kasar ke Mega. Tapi Mega masih berusaha untuk keluar dari cengkramannya. Mega yang mulai kehabisan tenaga, mengahadapi beberapa pukulan dan tendangan Putri, mulai mencari akal.

Mega memegang tangan Putri dan menggigit tanggannya dengan sangat kuat dan kencang. Dan cara itu berhasil, Putri langsung berteriak dan mendorong Mega dengan sangat kuat dari dalam toilet. Putri melepaskan cengkramannya, akan tetapi Mega yang memang sudah kehabisan tenaga, terhempas keluar. Namun sayang Mega yang tidak memiliki tenaga untuk menahan dorongan Putri, jatuh terpeleset, dan seketika terbentur pinggiran wastafel. Bagian keningnya mengenai pinggiran wastafel.

Tanpa aba-aba Mega langsung jatuh tidak sadarkan diri, darah pun mulai terlihat dari balik rambut yang menutupi wajahnya. Putri yang masih merasakan sakit di tanggannya, mulai menyadari kesalahannya. Putri terdiam melihat darah yang terus keluar dari kening Mega.

Disaat yang sama, terdengar suara dobrakan pintu luar yang dipaksa dengan kasar. Putri melihat Rian, dan meneriakkan nama Putri dengan lantang. Putri masih duduk terdiam menatapi Mega dengan bingung.

Tidak lama Wira datang dengan wajah bingung. Disusul oleh Fia dan Ria yang serta merta kaget melihat apa yang terjadi. Sedangkan Nada terlihat menangis dan panik. Wira yang melihat Mega bersimpah darah, langsung memeluk dan mengangkat Mega dengan mudah.

Tanpa memperhatikan Putri, Wira berlalu keluar sambil membawa Mega. Sedangkan Rian menyadarkan Putri dari lamunannya, dan membantu Putri berdiri. Tapi tetap Rian melontarkan banyak pertanyaan, yang Putri sendiri tidak tau apakah perlu dia menjawabnya atau tidak.

Nada terlihat menangis, dan meneriakkan kata yang dia ulangi terus menerus. "Put, kenapa? Kenapa? Kan gak begini put, lo bilang kan cuman mau labrak."

Fia dan Ria hanya terdiam sambil memeluk Nada. Anehnya, tidak ada satupun yang memeluk Putri atau bahkan merasakan kehadirannya. Rian langsung meninstruksikan agar mereka semua untuk menunggu di depan ruang BP, dan segera untuk menemui Bu Anggi.