webnovel

Ordinary Day in Chaotic World

Namaku Albert Blackburn, diriku tinggal di Science City yang memiliki fenomena menarik. Mulai dari maraknya terjadi perkelahian antar Esper yang memiliki kekuatan menakjubkan hingga yang terbaru. Kemunculan monster mengerikan bernama Grimoire yang dikalahkan oleh Esper Dark Railgun.

Mungkin bagi sebagian orang tinggal di Science City bukanlah hal bagus, tapi bagiku... Kota ini adalah segudang ide untuk karya terbaru ku berjudul 'Urban Warfare'.

Aku sudah sampai mengerjakan nya hingga Volume 21 dan mendapatkan pendapatan yang menggiurkan, aku berniat untuk mengerjakan proyek ini hingga tamat namun Editor menyarankan ku untuk mengambil cuti karena nantinya Urban Warfare akan diadaptasi menjadi anime perdana.

Kurasa tidak ada salahnya bersantai.

Diriku setelah selesai mandi dan berpakaian lengan pendek serta celana jeans, lantas ku keluar dari apartemen dan menuju restoran favorit ku, Lad's Tavern.

Disana aku memesan Fish & Chips, walaupun rasanya menyesuaikan lidah lokal tetapi aku masih bisa memakannya. Serta hidangan kali ini ditutupi dengan dessert Black Forest serta minuman Milkshake Strawberry.

"Bonjour, Flint-sensei~" seseorang menyapaku dengan nama pena ku dengan senyuman khas miliknya.

"Mikatsugu-san, sudah aku bilang jangan memanggilku dengan nama pena. Nanti identitas anonim yang ku pertahankan bocor ke publik bagaimana?!" ucap ku kesal terhadap orang tersebut.

Perkenalkan, nama ia adalah Mikatsugu Kirie. Manager sekaligus pemilik restoran Lad's Tavern. Ia membantuku saat pertama kali datang ke Science City mulai dari awal sampai karir ku saat ini.

"Maaf Albert, aku hanya ingin melihat reaksi mu itu. Sangat lucu hahaha~" Terkadang, aku merasa kesal. Tapi mau bagaimana lagi, biarkan ia berbicara semau nya.

"Ohh iya Albert, apakah kau boleh membocorkan sedikit spoiler dari Urban Warfare? Aku masih penasaran imajinasi mu seperti bagaimana... "

"Maaf saja, tapi kutolak. Mikatsugu-san sebaiknya menunggu seperti pembaca lainnya. Juga, kenapa kau terus menerus memanggil ku dengan nama depan?" kata ku menatap heran Mikatsugu, padahal kita belum kenal selama 3 bulan genap.

"Itu simpel, cuz we are lit couple~" ia mengatakan itu seraya memeluk ku tiba-tiba. Wanita ini mabuk atau melakukannya dengan sengaja?!

"Lepaskan aku aaahhhh!!!"

Setelah 5 menit berusaha, akhirnya ia melepaskan pelukan nya.

"Ahh iya, kira-kira Nekoyama-san kemana?" tanya ku menatap sekitar, hari ini tumben sekali gadis itu tak ada disini. Biasanya ia yang paling heboh tentang spoiler ketimbang wanita ini.

"Rin-chan yahh, aku mendapatkan chat darinya. Kata nya ia sedang belajar kelompok dengan teman nya Mikoto-cchi."

"Mikoto Aisa-san?!" Kalau tidak salah, ia adalah teman Nekoyama Rin yakni Dark Railgun. Pertemuan pertama kita berjalan tak baik, ia langsung menyetrum ku dengan listrik hitam nya tanpa alasan yang jelas, anak zaman sekarang memang tak bisa dimengerti.

"Serta aku mendapatkan pelanggan baru, ia adalah Wali Kelas baru Rin-chan."

"Sebentar, bukannya kelas 'itu' seharusnya tidak memiliki guru karena pengaruh dari Mikoto-san?" tanya ku heran, dari yang ku tahu. Semua itu terjadi karena kemunculan Grimoire Slime dan ketidakpedulian orang dewasa pada saat kejadian, itu cerita yang disampaikan oleh Nekoyama-san waktu itu.

"Kalau itu kau tanyakan Rin-chan, ia tahu apa yang sebenarnya terjadi." ucap Mikatsugu tersenyum tipis, lalu kemudian menatap ku.

"Hei, apakah kau ada waktu luang? Kalau iya apakah kita bisa berkenc-"

"Tidak!" Wanita ini, enteng sekali harga diri nya mengajak ku untuk kencan.

Setelah selesai membayar hidangan yang kusantap, lantas diriku kembali berjalan tanpa tujuan. Kali ini diriku menuju supermarket, belanja beberapa sup miso serta minuman untuk nanti malam.

Setiap malam, diriku terkadang mendapati sebuah pertarungan antar Esper yang berakhir dengan mereka saling berbaikan atau tiba-tiba terhenti karena menyadari keberadaan ku, tapi kali ini berbeda.

Aku mendapati seorang gadis menyerang dengan tembakan laser menembus tubuh wanita di hadapannya. Tak lama kemudian ia menatap ku, seakan-akan mengetahui secara langsung keberadaan ku.

"Kau... Apakah kau bisa membawa Nona ini ke Klinik atau Rumah Sakit terdekat?" ucap nya dengan nada santai, ia terlihat tenang setelah membuat seseorang yang entah koma atau bahkan sudah tewas. Ini referensi yang berbeda dari yang biasa ku rangkum.

"I-Iya... " angguk ku ketakutan karena bila menolaknya, diriku akan bernasib sama seperti wanita malang tersebut. Tak lama kemudian ia pergi meninggalkan kami berdua. Aku lantas mendekati nya, mengecek detak nadi nya. Masih berdetak.

Selanjutnya mengarahkan jari telunjuk menuju bawah hidung nya, masih terasa hembusan angin walaupun lemah.

Rumah Sakit yang kutahu jaraknya jauh, serta Klinik-klinik sudah tutup.

"Pilihan terakhir, apakah aku harus menggunakan 'itu'?" tanpa basa basi, diriku merangkul tubuh wanita itu tak peduli darah nya mengenai pakaian ku. Aku tahu apa yang harus kulakukan.

Diriku membawa ia menuju tempat ku, setelah menjelaskan alasan yang bisa kulakukan kepada keamanan. Diriku masuk kedalam apartemen lalu ruang pribadi ku, diriku lantas meletakkan wanita itu ke ranjang ku lalu diriku berjalan menuju lemari buku mengambil suatu buku tebal dengan cover berbahan kulit.

Disana ada tulisan berbahasa Jerman, bila diartikan ke dalam Bahasa Inggris maka Buku itu berjudul 'Grimoires'. Aku membawa buku itu ke samping ranjang dan mulai menutup mata, fokus tertuju terhadap bentuk luka yang dideritanya.

Setelah itu aku tak mengingat apa yang terjadi, seakan akan diriku dirasuki oleh Buku tersebut.

Diriku terbangun, jam menunjukkan pukul 6:00 pagi hari. Aku lantas menoleh, terlihat wanita yang kubawa perlahan luka nya pulih tanpa ada penjelasan ilmiah yang valid kecuali pakaian nya yang berlubang sedikit hangus.

Grimoires ini dulu pernah kupakai saat diriku tersesat di hutan belantara Swiss bersama partner ku. Kami berdua berniat untuk bermalam namun seekor beruang menyerang kami dan aku segera menakutinya dengan peralatan seadanya, berhasil membuatnya pergi. Partner ku terluka dengan cakaran beruang tersebut di tubuh nya dan entah kenapa sebuah Buku ada pada genggaman ku, diriku pun merasa mengantuk tanpa alasan yang jelas.

Keesokan harinya diriku terbangun, mendapati luka yang ia dapati sembuh. Secara cepat aku berpikir bahwa Buku itu melakukan sesuatu yang hebat tanpa sepengetahuan ku. Semenjak itulah aku meneliti isi Buku tersebut sebari memulai karir ku sebagai seorang Author.

Tatapan ku tertuju kepada wanita ini, sepertinya aku mengenalnya tetapi entah siapa. Perlahan kedua matanya terbuka.

"Uhh, dimana aku?" Perlahan, kedua mata kami saling bertemu. Aku belum pernah melihat bola mata sapir biru yang indah tersebut, perasaan ku bercampur aduk melihatnya.

"..."

"Umm, bisakah kau tidak terus menatapku begitu?" ucapan nya yang merasa tak nyaman membuatku tersadar dari khayalan fantasi ku.

"Maaf, aku menemukan mu terbaring di jalan..."

"Uhh, benarkah?" Ia terbangun seraya memegang kepala nya, sepertinya ia masih bingung tentang apa yang terjadi kepada nya semalam. Sebaiknya aku memasak sarapan untuk kami berdua.

To be Continued...