webnovel

I Have To Go

Okta yang sudah jatuh hati pada pria yang lebih tua darinya itu harus diam memendam rasanya. Pria yang bernama Teguh harus melakukan hal yang sama memendam rasa cintanya. Okta tau bahwa pria itu juga sama halnya dengan dia. Hingga suatu hari Teguh berpesan pada Okta menyuruhnya untuk pergi dari hidupnya dengan cara yang halus. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ikuti terus alur ceritanya..

Agathaasoul · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

Terungkap

Pulang kerja Okta berjalan sendiri menuju tempat fotocopy Teguh. Salsa yang melihatnya, membiarkan dia pergi ke sana. Sesampainya di sana, Okta langsung duduk di kursi depan etalase menunggu orang pergi dari tempat tersebut. Beberapa menit kemudian, tempat itu sepi hanya ada Teguh dan Okta.

"Mau masuk?" tanya Teguh.

Okta mengangguk pelan. Teguh pergi untuk membukakan kunci pintu. Kali ini Teguh tak membukakan pintu untuknya dan menyuruhnya masuk. Sedikit kecewa dengan perlakuan Teguh yang jadi cuek. Okta masuk dengan raut wajah yang cemberut. Teguh melihatnya sudah duduk di kursi kemudian duduk disampingnya.

"Kenapa?" tanyanya.

Okta langsung memeluk erat tubuh Teguh dan Teguh membalas pelukannya.

"Aku kangen sama om" bisiknya.

Teguh tersenyum dan merenggangkan pelukannya begitupun Okta. Kini mereka saling menatap dan berciuman lagi. Ciuman mereka terhenti ketika ada yang memanggil Teguh di luar sana. Teguh meninggalkan Okta di sana.

"Yeuh tidur aja, ada kerjaan nih" ucap seorang pria.

"Pegel sih jadi rebahan dulu, ini berapa?" tanya Teguh dengan menunjukkan kertas.

"Itu fotocopy 10 rangkap, ini dijilid warna kuning, kalau ini 100" jelasnya.

Teguh mengangguk paham dan segera mengerjakannya.

"Eh itu cewek suka banget ya datang ke sini?" tanyanya sambil memperhatikan Teguh yang sedang menjilid.

Teguh menghentikan aktivitasnya.

"Pernah ditanya sih, jawabnya di rumah sepi gak ada temen ngobrol" jawab Teguh dan melanjutkan aktivitasnya.

"Temennya kan banyak, kenapa harus ke sini?" tanyanya lagi.

"Gak tau lah" jawab Teguh.

"Suka kali ke lu, lu kan masih jomblo" ucapnya yang disertai tawa.

"Apaan sih" elaknya.

Teguh mengambil kertas yang sudah dipotokopi dan menyerahkan padanya. Teguh kembali ke ruang sebelah untuk menemui Okta. Okta tersenyum melihat kedatangan Teguh dan menyimpan ponselnya di meja.

"Dek, om mau bicara" duduk di sampingnya.

"Iya apa om?" tanya Okta.

"Kamu jangan kayak gini lagi ya" kedua tangan teguh memegang tangan Okta.

Okta bingung dengan ucapan Teguh yang tiba-tiba serius seperti ini. Okta mengerutkan keningnya.

"Om mau tanya, sekarang umurnya berapa?"

"19" jawabnya lirih.

"Tuh masih kamu masih muda, masih 19 tahun, perjalanan masih panjang, udah ya jangan kayak gini lagi. Beda sama om, om udah tua. Om mau nikah, gimana kalau om nikah sama orang lain? Sekarang kamu kerja dulu, kalau kuliah, kuliah yang bener." seru Teguh.

"Iya om" menundukkan wajahnya.

"Kalau cari pacar, cari yang bener jangan gini. Jangan kayak om. Om juga sama cari yang seumuran kalau gak ada baru nyari yang muda, hehe" Ucapnya dengan sedikit tawa.

"Iya om" mengangguk kecil.

Jangan om jangan nikah sama yang lain, batin Okta. Melihat Okta yang nampak sedih, Teguh merenggangkan lengannya

"Sini peluk" ucapnya.

Okta langsung memeluk Teguh dengan kedua tangannya yang melingkar di pinggangnya.

"Jangan gini lagi ya. Anggap saja ini sebagai pelajaran dan jangan di ulang lagi" ucap Teguh.

"Iya om" menundukkan wajahnya.

"Kok malah sedih" ucapnya.

Okta menggeleng cepat. "Gak kok" tersenyum lebar.

Om kok tega hatiku hancur, batin Okta. Teguh kembali memeluknya.

"Om bilang kayak gini tuh malu, takut jadi bahan perbincangan orang lain, tadi juga ada yang tanya kenapa suka ada disini" ucapnya yang membuat hati Okta menangis.

Teguh melepaskan pelukannya dan pergi ke ruang sebelah karena diluar sana ada yang memanggil Teguh. Okta meneteskan air mata, menahan air mata tak mengalir deras di pipinya. Okta menghapus air matanya dengan kasar setelah mengetahui Teguh kembali.

"jangan gitu lagi ya" ucapnya dengan memegang bahu Okta.

"Iya om" jawabnya dengan senyum.

"Jangan iya iya tapi nanti kayak gitu lagi" ucap Teguh.

"Aku gak akan mengulanginya lagi, promise" memandangnya dan tersenyum.

"Hah? Apa tadi katamu? Pro apa?" tanyanya tak mengerti.

Okta tertawa kecil melihat Teguh yang tak mengerti. "Promise om, janji maksudnya" jelas Okta.

"Oh.. Om gak ngerti bahasa Inggris sih hehe" ucapnya.

"Om aku pulang ya, udah mau gelap" pamit Okta.

Teguh membukakan pintu untuknya. Okta tersentak kaget melihat ada orang yang datang ke sana dan melihat Okta keluar dengan Teguh yang masih berada di ambang pintu. Okta tertunduk malu dan bergegas pergi. Orang tersebut mengeluarkan berkas untuk difotocopy. Setelah Teguh kembali ke dalam, dia mengerjakan untuk memfotokopi itu.

"Eh tadi siapa?" tanya seorang pria.

"Oh, itu saudara" jawab Teguh.

"Ngapain di dalam?" tanyanya lagi.

"Dia tidur, katanya kalau di rumah berisik suka ada yang ganggu" jelas Teguh.

"Tapi kok jarang ya lihat dia di sini" gumamnya.

"5 ribu" memberikan kertas.

"Gak baik tau kalo banyak yang gak tau dia sodara mu, bisa jadi bahan gosip ibu ibu nanti" ucapnya dengan mengeluarkan uang dan memberikannya.

"Iya baru datang ke sini soalnya" ucapnya.

Pria itu mengangguk paham dan pergi. Teguh menghela nafas berat karena telah membohongi orang dan terduduk mengingat kejadian bersama Okta.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Agathaasoulcreators' thoughts