webnovel

I don't know you, but I Married you

Kenan sudah pasrah, keinginannya untuk menikahi kekasih 8 tahunnya hanya tinggal mimpi. Karena permusuhan kedua orang tuanya mereka gagal untuk melangkah ke pelaminan. Baru saja patah hati ayahnya langsung meminta Kenan untuk menikah dengan wanita pilihannya. Siapa kah dia??apa mungkin dia bisa mengobati luka hati Kenan atau justru sebaliknya??

Keyatma · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
521 Chs

Berpisah (Lagi)

"Kamu yakin ga mau makan?" Kay bertanya sambil memakan kentang goreng yang dilumuri saus. Dipiringnya kini ada sepotong ayam bagian dada dengan kentang sebagai pengganti nasi. Dia juga sengaja memesan secangkir kopi dan 2 buah donat untuk disantap bersama Olive.

"Engga, ini aja cukup kok."

"Kenapa sayang?mau bilang apa?"

"Makan dulu aja.."

"Ih gemes deh, tadi katanya mau ngomong kalo kita udah sampe tempat makan, kita udah disini malah disuruh nunggu lagi sampe aku selesai makan."

"Supaya ga keselek. Makan sama ngobrolkan ga baik."

"Ya kan ngobrolnya pelan-pelan. Ayo bilang apa?"

"Apa kamu pernah mikir pacaran seurius?"

"Pernah. Aku pingin gitu. Bentar lagi aku lulus diusia 21 tahun. Aku pingin nikah mudah kaya Daddy sama mommy. Bikin keluarga yang bahagia. Liat kakak nikah aja kaya yang seru." Kay tanpa ragu mengatakan pendapatnya walaupun sebenarnya dulu dia sangat berangan untuk menikahi Kiran. Dia sampai-sampai pernah bermimpi basah dengan wanita yang dia yakini itu adalah Kiran.

"Kalo kita bisa ga ya gitu?" Olive sambil memutar sedotannya di atas cream putih yang ada di gelasnya. Matanya sengaja dia alihkan dari tatapan Kay.

"Aku ga tahu." Kay mengunyah pelan sementara Olive kini menjadi jadi diam dan memilih untuk meraih donat dengan lapisan coklat dan taburan kacang diatasnya.

"Aku sayang kamu Liv.." Kay menatap wanitanya namun Olive belum membalas. Mulutnya masih penuh dengan gigitan pertama donatnya. Mengetahui ada coklat disamping bibir kekasihnya, Kay segera mengambil tisu dan mengusapnya pelan membuat Olive segera mengambil alih tisu itu dan mengelapnya sendiri.

"Orang tua aku nanya tentang kamu. Jadi aku ceritain aja."

"Kamu cerita apa aja?"

"Aku bilang kamu anaknya yang punya Seazon Company dan mereka sedikit kaget waktu itu. Aku ceritain juga kamu kuliah dimana, punya usaha dimana, punya sodara berapa, ya gitulah pokoknya banyak, sampe aku bilang kamu itu muslim.."

"Mereka juga kaget?"

"Iya..."

"Terus gimana?"

"Ya ga gimana-gimana, bingung kali harus gimana juga."

"Mommy aku juga nanyain kamu, inget waktu pertama kali aku ajak kamu ke acara ulang tahun Kak Dariel?mommy aku tahu kamu beda sama aku.."

"Terus dia kaget?"

"Engga, dia cuman...khawatir aja sama hubungan kita."

"Aku ga bisa pindah Kay.."

"Aku ga nyuruh kamu gitu, jangan...kamu jangan pindah."

"Aku tahu kamu ga pernah nyuruh dan ga akan pernah berani kaya gitu. Aku cuman pingin bilang itu dan bukan berarti juga aku nyuruh kamu yang berkorban."

"Daddy sama mommy pasti bakal protes kalo aku lakuin itu."

"Terus gimana?" Olive menanyakan sesuatu yang membuat Kay bingung karena dia sendiri masih mencari jawaban tentang hal itu. Mereka terdiam sejenak. Kay melanjutkan makannya begitupun Olive yang kembali melahap donat ditangannya.

"Mau aku beliin lagi donatnya?" Kay bertanya hal lain seolah tak peduli dengan pertanyaan sebelumnya.

"Engga, ga usah. Ini cukup kok.."

"Kamu makan donat pun ga akan jadi gendut kok sayang.."

"Bukan masalah gendutnya, tapi emang udah kenyang aja. Kamu mau nambah lagi ya?Aku bilangkan tadi pake nasi jadi kenyang makannya."

"Engga, aku udah selesai kok. Ini aja donat satu belum habis."

"Kenapa?takut perutnya ga kotak-kotak lagi ya?" Canda Olive membuat Kay tersenyum.

"Tinggal olahraga lagi aja. Aku cuci tangan dulu." Kay bangkit dari kursinya dan pergi ke westafel terdekat. Tangannya dia cuci bersih dan setelah itu dia keringkan. Kakinya kembali melangkah menemui Olive.

"Kita jalan-jalan dulu aja yuk sayang..." Kay mengulurkan tangannya.

"Mau kemana?"

"Ke tempat yang sejuk.."

"Katanya ga bisa lama-lama."

"Udah ikut aja..." Kay memaksa membuat Olive meraih tangannya dan ikut kemana Kay menuntunnya. Kini Kay melajukan lagi mobilnya dengan kencang mencoba menjauh dari keramaian. Dia berhenti disebuah taman lalu keluar bersama Olive. Sebelum masuk dia membeli 2 buah ice cream.

"Liv...soal hubungan kita aku gimana kamu aja. Aku bakalan ikut keputusan kamu gimana."

"Justru karena aku bingung makannya aku tanya, aku ngomong gini bukan berarti aku tahu jawabannya."

"Aku sayang kamu, meskipun kadang jujur aku masih suka mikirin Ran. Aku ga pernah punya niat mainin kamu atau bikin kamu sebagai pelampiasan aja. Kamu jangan mikir gitu Liv." Kay menghentikan pembicaraanya lalu menjilat ice creamnya sebelum mencair.

"Iya aku ngerti kok, dari cerita kamu aja aku tahu kalo kamu masih berat sama mantan kamu itu."

"Liv...aku juga sering mikir kok soal hubungan kita yang beda ini, aku cuman pingin cari jalan yang terbaik aja. Aku udah sadar kok hubungan kita emang susah."

"Kay...apa kamu ga papa kalo kita putus?" Kay terdiam sejenak. Hatinya seperti tertusuk sesuatu yang tajam sampai-sampai membuatnya sesak sekarang.

"Kamu yakin?"

"Aku bakalan sekolah ke German, kamu jugakan?bakalan pergi?hubungan kita bakalan tambah susah jadinya."

"Ke German?bukannya kamu ga mau sekolah di Luar?"

"Kayanya menarik sekolah disana dan aku udah obrolin ini sama papah. Sahabat aku juga ada yang sekolah disana jadi kita barengan."

"Aku dukung kamu." Kay sambil memaksakan senyumnya. Bekas ice creamnya di buang ke tempat sampah terdekat.

"Aku tuh ga pernah putus baik-baik Liv sama semua mantan aku bahkan sama yang terakhir. Kalo dulu jelas karena kenakalan aku yang suka selingkuh sana sini, selain diputusin aku juga ga jarang kena tampar." Kay tertawa sendiri saat mengingat kejadian itu.

"Kamu sih nakal." Olive menjewer telinga Kay sebentar.

"Kalo sama Ran karena aku awalnya aku terima aja terus aku marah makannya Ran jauhin aku. Kali ini aku ga mau kaya gitu."

"Emang aku bakalan kaya gitu?"

"Ya aku takut aja. Liv, boleh ga kalo pun kita putus, aku masih perhatian sama kamu, masih ngehubungin kamu, masih bisa mesra sama kamu?. Kalo ditengah jalan kamu nemuin cowok yang seiman sama kamu, yang baik sama kamu, yang keluarga kamu juga suka. Aku bakalan berhenti kaya gitu. Aku janji."

"Kenapa harus kaya gitu?kan ga enak."

"Aku...aku belum siap putus tapi aku ga akan ngelarang kamu deket sama siapapun mau disini atau pun nanti di German."

"Kay..kamu tahu kenapa ada yang namanya pacar sama temen?karena ada batasan perilaku yang menjadi pembeda di keduanya. Aku ga bisa kalo temenan tapi masih mesra-mesraan. Itu bikin hubungan ga sehat sebenernya. Kalo mau pacaran ya pacaran kalo mau temenan ya temenan jangan keduanya dicampur aduk."

"Kamu mungkin bukan orang yang buat aku lupa sama Ran tapi kamu orang yang baik buat aku, yang dewasa dari aku, yang ngerti setiap keadaan aku. Aku ga mau kita pisah gitu aja. Aku emang sempet kepikiran buat putusin kamu tapi setiap kali aku inget kebaikan kamu, aku ga bisa. Aku sayang kamu."

"Karena aku juga sayang kamu makannya kita putus aja Kay. Kalo dijalanin terus nanti ada saatnya orang tua kita nanya, mau dibawa kemana hubungan kita." Olive membuat Kay bungkam. Matanya sedikit berkaca-kaca namun hatinya perlahan mau menerima kenyataan ini. Kenyataan yang tak disangka Kay akan semenyedihkan ini. Padahal sebelumnya dia seolah punya nyali untuk meninggalkan Olive. Lagi. Kay harus kehilangan lagi.

****To Be Continue

Jangan lupa leave comment and vote ya :)

Keyatmacreators' thoughts