webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Sun Club

Gedung kaca bertingkat tiga itu terletak di tengah area Gangnam. Dibandingkan dengan bangunan lain di sekitarnya, tempat itu tidak terlihat seperti klub malam. Tidak ada lampu warna warni yang menyala. Tidak ada laki-laki bertubuh besar yang berjaga. Hanya terlihat papan nama bertuliskan "Sun Club" yang terpasang di depan dengan posisi berdiri.

Joo Won melirik jam di tangan yang menunjukkan pukul dua pagi dan menoleh melihat beberapa orang memarkir mobil mewah di pinggir jalan kemudian masuk ke dalam klub. Ia mengetuk jarinya diatas kemudi seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Sudah tiga jam sejak Yun Hee masuk kesana dan masih belum keluar. Ia tidak tahu apa yang dilakukan gadis itu di dalam dan kenapa Joo Won diminta menunggu di mobil di seberang klub. Awalnya ia pikir Yun Hee hanya akan turun sebentar dan segera kembali, tapi sepertinya hal itu tidak terjadi dan semakin lama ia menjadi semakin khawatir.

Joo Won mengalihkan tatapan ke kaca spion dan mobil sedan hitam yang sama masih mengikuti di belakang. Setelah berdebat cukup lama dengan diri sendiri, Joo Won akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil dan menyusul Yun Hee. Setidaknya ia ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja dan tidak terjadi hal yang buruk dengannya, terutama ketika ia berada disitu.

Ia menuruni tangga dan melewati beberapa orang yang berdiri di sekitar pintu masuk yang menatapnya sekilas. Bau rokok bercampur alkohol langsung tercium olehnya ketika pintu terbuka. Lampu berwarna warni dari langit-langit berputar mengikuti suara musik yang keras. Semua orang berkumpul di lantai dansa dengan bersemangat mengikuti irama lagu disko. Tanpa menunggu lama ia segera naik ke tangga menuju lantai dua dengan suasana yang lebih sepi.

Sekarang dari posisinya, ia bisa melihat semua orang yang berada dibawah dengan lebih jelas. Matanya mulai mengarah ke meja bar yang panjang, lalu meja-meja tinggi di lantai satu dan ruang terbuka dengan sofa di sisi kiri dan kanan. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke sekeliling lantai dua ketika masih belum berhasil menemukan gadis itu.

Dimana dia? Kenapa aku tidak bisa menemukannya?

***

Dari beberapa layar yang berderet di depannya, mata Yun Hee hanya fokus ke layar dengan nomor tiga kosong tujuh. Kamera pengawas yang dipasang di ruangan nomor tujuh, di lantai tiga itu sedang merekam aktivitas beberapa orang yang sedang minum-minum sambil mengobrol dan bernyanyi. Diantara semua orang disana, tatapan Yun Hee hanya tertuju kepada laki-laki yang duduk di sofa dengan mata terpejam.

Beberapa saat yang lalu Park Hyung-Shik baru saja menyuntikan sesuatu ke lengannya dan sejak saat itu dia hanya duduk terdiam di sudut tidak mempedulikan kekacauan yang terjadi di sekitarnya.

"Kau akan ke ruangan itu?" tanya seseorang yang duduk di kursi di samping Yun Hee yang menemaninya sejak tadi.

Yun Hee tersenyum tipis, "Tidak. Aku akan menunggunya keluar dari situ."

"Kau tahu ini sangat berbahaya."

Yun Hee mengalihkan tatapan dan melihat ekspresi khawatir yang tulus di wajah Ye Min-Hyuk.

"Sepertinya kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri. Kau tidak takut aku melaporkan apa yang aku lihat disini kepada polisi?" tanyanya dengan senyum tipis.

Min Hyuk mengangkat kedua tangan, "Aku sudah membantumu. Bukankah kau juga harus membantuku?"

"Tenang saja, selama kau memastikan kalau kamera pengawas di lorong itu berfungsi dengan baik, semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana dan kau juga akan baik-baik saja."

Ye Min-Hyuk dan Yun Hee sudah berteman selama enam tahun. Laki-laki itu sudah tahu cukup banyak tentang dirinya, begitu juga dengan Yun Hee yang mengenal baik keluarga Min Hyuk. Hubungan mereka cukup dekat, bahkan bisa dibilang Yun Hee lebih banyak memanfaatkan laki-laki itu dibandingkan sebaliknya.

"Baiklah. Baiklah. Tapi, kau juga harus tetap hati-hati." komentar Min Hyuk sebelum menatap kembali layar di depan mereka.

Setelah menunggu selama satu jam, Park Hyung-Shik akhirnya berdiri dan berjalan dengan langkah tidak beraturan keluar ruangan. Tanpa menunggu lagi, Yun Hee segera menuju ke lorong dimana ia akan bertemu dengan Park Hyung-Shik di tengah. Ia mulai memelankan langkahnya ketika bayangan laki-laki itu mendekat. Karena masih dalam pengaruh obat penenang Park Hyung-Shik terus bersandar di sisi dinding sambil berusaha terus berjalan ke depan. Pada saat laki-laki itu menabrak bahu kanannya dan melewati Yun Hee, ia tahu Park Hyung-Shik tidak mengenalinya.

"Park Hyung-Shik ssi~" panggil Yun Hee tiba-tiba.

Yun Hee memutar tubuh dan mereka saling berhadapan.

Laki-laki berumur sekitar akhir tiga puluhan itu menyipitkan mata menatapnya, seperti sedang berusaha mengenali wajah itu. Namun, setelah tidak berhasil dan tenaganya mulai habis untuk berdiri. Park Hyung-Shik melanjutkan langkah tanpa mempedulikan gadis yang mengenakan gaun putih yang berdiri di sana.

Ketika Park Hyung-Shik sudah berjalan beberapa langkah dan hampir sampai di ujung lorong, Yun Hee menarik lengannya ke belakang dan jarak mereka menjadi sangat dekat. Kedua mata gadis itu menatap lurus dan sebuah senyum bahagia perlahan muncul di bibirnya. "Ternyata aku benar. Senang bertemu denganmu lagi. Paman." Yun Hee sengaja menekankan kata terakhir untuk membangkitkan ingatan laki-laki itu.

Meskipun Park Hyung-Shik hanya mendengar panggilan itu kurang dari tiga kali seumur hidupnya, tapi hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu. Park Hyung-Shik memutar otak dan berusaha mencari kesamaan wajah tersebut dengan gadis di depannya ini. "Yun Hee?"

"Ya. Aku, Oh Yun-Hee."

"Sedang apa kau disini?" tanya Park Hyung-Shik dengan suara tidak jelas.

"Aku datang untuk bertemu dengan seseorang." jawab Yun Hee, kemudian ia balik bertanya. "Paman, apa yang kau lakukan disini?"

"Aku juga bertemu dengan seorang teman." katanya tanpa berpikir.

Yun Hee mengerutkan alis, "Maksudku bukan disini. Bukankah seharusnya kau sekarang berada di Paris? Kapan kau kembali ke Korea? Aku tidak mendengar kabar tentang kepulanganmu sama sekali."

Park Hyung-Shik mencoba mencerna kata-kata gadis itu. Kepalanya masih terasa berat dan tubuhnya masih sulit berdiri dengan tegak. Ia ingin berbicara tapi lidahnya berubah kaku sehingga tidak ada suara yang keluar.

"Beberapa hari lalu aku bertemu dengan keluarga Kim Ha-Na."

Yun Hee bisa melihat perubahan ekspresi di wajah Park Hyung-Shik ketika ia menyebut nama itu.

"Ayah dan ibunya masih terlihat sedih. Sepertinya kenyataan kalau anak mereka satu-satunya sudah tidak ada lagi masih sulit untuk diterima. Mereka bahkan menangis ketika melihatku." Yun Hee berbicara dengan nada simpati, "Kau tentu masih ingat kan dengan gadis itu bukan? gadis berumur delapan belas tahun yang bekerja di pabrik Yun winery tiga tahun yang lalu. Seingatku kau cukup dekat dengan Kim Ha-Na bahkan kau orang terakhir yang bersama dengannya hari itu."

Pandangan Park Hyung-Shik sudah mulai jelas dan matanya melebar, tapi Yun Hee masih belum ingin menyelesaikan kata-katanya. "Selain itu paman dan bibi Kim juga ingin aku menyampaikan sesuatu kepadamu."

Suara Park Hyung-Shik mulai bergetar, "Apa yang mereka katakan?"

Yun Hee mendekatkan tubuhnya dan berbisik, "Mereka bilang, bila suatu hari bertemu denganmu mereka akan langsung membunuhmu di tempat dan memastikan tidak ada orang yang tahu."

Seluruh tubuh Park Hyung-Shik berubah dingin dan kepalanya mulai berputar.

"Jadi, bagaimana kalau kita pergi menemui mereka sekarang? Aku yakin paman dan bibi Kim akan senang bertemu denganmu."

Park Hyung-Shik mulai panik dan Yun Hee tidak bisa menutupi senyum puas di wajahnya. Ketika semakin tersudut, tanpa berpikir panjang Park Hyung-Shik mengambil gelas kaca dari troli yang didorong oleh pelayan dan melemparkannya ke arah Yun Hee.

Karena sudah bisa memperkirakan hal itu Yun Hee melangkah ke samping namun membiarkan pecahan gelas melukai sedikit lengannya sampai darah mulai menetes membasahi karpet.

"Cepat panggil polisi dan tutup pintu keluar, jangan biarkan siapa pun pergi dari tempat ini." Serunya ke arah pelayan laki-laki yang terlihat ketakutan dengan tangan menutupi mulutnya. "Sekarang !!" kali ini suara Yun Hee lebih seperti teriakan.

Pelayan itu kemudian berbalik dan segera berlari tanpa melihat ke belakang.

Yun Hee mengangkat wajah dan matanya memeriksa kamera pengawas yang terpasang di beberapa sudut yang masih dalam keadaan menyala.

Bagus. Setidaknya ia tidak terluka dengan sia-sia.

Ketika melihat darah di lengan Yun Hee terus keluar, Park Hyung-Shik bersiap untuk melarikan diri namun kemudian terjatuh di lantai ketika menabrak troli yang ditinggalkan pelayan tadi di dekatnya.

Yun Hee mulai melangkah mendekat ke arah Park Hyung-Shik, tapi sebelum ia sampai laki-laki itu ternyata memegang sebuah botol kaca yang diarahkan ke wajahnya dan kali ini Yun Hee tidak bisa menghindar. Ia memejamkan mata dan bersiap menerima pukulan, sampai akhirnya tubuhnya diputar dan seseorang memeluknya dari belakang dengan kuat. Sedetik kemudian suara botol kaca yang pecah berkeping-keping jatuh berhamburan di karpet.

"Kau tidak apa-apa?" suara rendah itu terdengar persis di samping telinga Yun Hee diikuti dengan napas pendek.

Ia membuka mata dan memutar kepala ke belakang melihat wajah Joo Won yang hanya beberapa senti darinya. Setelah menyadari apa yang terjadi, Yun Hee menegakkan tubuh dan berbalik.

Hal pertama yang dilihat olehnya adalah kerah kemeja putih laki-laki itu yang berubah warna. Mengetahui darimana asal warna merah itu, Yun Hee segera mengangkat tangan dan menekan leher Joo Won dengan kuat. Ekpresi di wajah Yun Hee yang sejak tadi tenang sekarang berubah menjadi ketakutan.

Setelah beberapa saat suara Min Hyuk terdengar di sampingnya dan membuat Yun Hee tersadar. Tanpa mengalihkan tatapan dari leher Joo Won, Yun Hee berkata dengan suara serius. "Panggil ambulans. Cepat !! "