webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Night Club

Setelah mengantar Yun Hee dan Asisten Ahn ke kantor, Joo Won diminta pulang lebih awal. Saat ia hendak melajukan mobil keluar dari lapangan parkir, ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk. Di layar tertulis lokasi pertemuan di kawasan Hongdae, sebuah restoran cepat saji. Tanpa menunggu lama, Joo Won langsung menuju ke tempat tersebut dan memarkir mobilnya tidak jauh dari situ.

"Hyeong!"

Joo Won mendengar panggilan itu dan melihat seseorang berdiri dari kursi sambil melambaikan tangan ke arahnya. Tempat makan itu terlihat sepi, mungkin karena hari sudah sore menjelang malam.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Joo Won sambil menarik kursi dan duduk di depan Do Yeon.

"Seperti biasa, menjalani kehidupan tentara pada umumnya." Kemudian Do Yeon mencondongkan tubuh ke depan agar bisa melihat wajah Joo Won lebih jelas. "Tapi, Hyeong terlihat jauh lebih baik, sepertinya kau sangat menikmati waktu liburanmu."

"Dan kau terlihat sangat tidak baik," balas Joo Won sambil tersenyum. "Sepertinya kau mengalami waktu yang sulit di markas."

Do Yeon mendesah keras dan wajahnya berubah lesu, "Hyeong, cepat kembali. Hidup di markas tanpamu seperti makan nasi tanpa kimchi."

Joo Won mendengus dan melipat kedua tangan di depan dada, "Bukankah aku sudah memberimu persetujuan untuk menaikkan biaya sarapan, makan siang dan makan malam di markas?"

Do Yeon tersenyum lebar memamerkan giginya yang rapi dan putih, "Ya, aku sudah melakukannya." Kemudian mengangkat sebelah tangan dan meletakannya di dada, "Terima kasih Hyeong-nim, karenamu gizi kami semua terpenuhi dengan baik."

Joo Won menyipitkan matanya melihat tingkah konyol Do Yeon, "Jangan bilang, kau memanggilku hanya untuk mendengarkan cerita ini."

"Oh ya, aku sampai lupa." Do Yeon membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat, "Beberapa hari ini Chun Hee dan Jeon Su mengawasi vila itu dan mereka mengambil beberapa foto."

Joo Won memperhatikan foto-foto yang dijejerkan Do Yeon di atas meja. Ia bisa melihat foto vila yang diambil dari kejauhan di malam hari, di mana semua lampu dinyalakan membuat tempat itu terlihat terang. Di foto berikutnya, ia melihat Hwi Yong-Jae bersama dengan beberapa anak buahnya memasuki vila.

"Vila itu terlihat seperti tempat tinggal biasa, tidak ada hal yang aneh. Orang-orang yang masuk dan keluar terlihat baik-baik saja, tidak kekurangan apapun.

Joo Won terdiam sesaat, lalu ia berkata, "Sepertinya Hwi Yong-Jae sudah terang-terangan menunjukkan bahwa dia ada disana." Kemudian mengangkat wajah dan menatap Do Yeon, "Dia ingin memberiku kesempatan untuk datang kepadanya lebih dulu."

"Apakah kau akan kesana Hyeong?"

Joo Won menggelengkan kepala, "Belum saatnya. Ada hal lain yang harus aku urus lebih dulu." Katanya dengan tenang, "Beri aku laporan siapa saja yang datang ke sana."

Do Yeon mengangguk mengerti.

"Selain itu, aku ingin kau mencari seseorang." Joo Won menghembuskan napas pelan, "Kuharap orang itu mau membantu."

***

Yun Hee memasuki klub malam di daerah Hongdae. Sebelumnya, ia telah mengunjungi sepuluh tempat, tetapi tidak ada yang menarik baginya. Ketika ia melewati tempat ini dan melihat pengumuman yang ditempel di bagian depan, ia langsung memutuskan bahwa ini akan menjadi tempat terakhirnya.

Saat menuruni tangga dan masuk ke dalam, Yun Hee bisa mendengar musik disko diputar dengan sangat keras. Melihat keadaan di dalam yang ramai, Yun Hee mencari tempat duduk yang bisa melihat ke arah panggung dengan jelas. Ia menuruni tangga sekali lagi menuju ke lantai dasar dan berjalan ke meja bar di depan para bartender yang sedang sibuk membuat minuman.

"Satu Bloody Mary," Yun Hee mengangkat satu jari ke bartender sambil naik ke kursi tinggi. Ketika bartender laki-laki berambut pirang panjang meletakkan minumannya, Yun Hee bisa merasakan tatapan yang berbeda dan bisa menebak apa yang sedang dipikirkannya.

Seorang gadis muda mengenakan gaun hitam celah dengan tali spaghetti di pundak. Hal itu tentu saja dengan mudah mengundang nyamuk-nyamuk untuk mendekat. Gaun di atas lutut ini sangat pas di tubuhnya, karena dengan jelas memperlihatkan lekuk tubuh Yun Hee yang ramping. Singkat kata, gaun yang dikenakannya memancarkan aura seksi dari orang yang memakainya.

"Satu Margarita."

Suara laki-laki yang rendah dan maskulin terdengar olehnya. Menoleh ke samping, Yun Hee langsung terkejut ketika melihat siapa yang duduk di sana. "Kau.. Kau.. Bagaimana kau bisa ada disini?" tanyanya terbata-bata.

Joo Won membalas tatapan Yun Hee dengan tenang, "Apakah aku tidak boleh datang ke tempat ini?"

"Bukannya aku menyuruhmu pulang?"

"Kau hanya menyuruhku pulang lebih awal, bukan melarangku pergi ke tempat lain." Joo Won meneguk minuman kuning terang dari gelas di tangannya.

Yun Hee baru akan bertanya lagi, ketika suara pembawa acara yang berdiri di atas panggung terdengar dan menarik perhatian semua orang.

"Selamat malam semuanya. Akhirnya kita bisa bertemu lagi di sini, pada kamis malam yang kita nantikan bersama." kata laki-laki berkostum Genie sambil bertepuk tangan dengan keras kepada semua orang. "Wah.. Aku bisa melihat wajah familiar para Aladdin dan putri Jasmine yang tidak pernah absen mengikuti acara ini." Melambaikan tangan ke beberapa orang di lantai atas.

"Baiklah, karena aku bisa membaca mata kalian yang tidak sabar, maka acara malam ini "Tell me your wish" telah dimulai!!" Sorakan semua orang memenuhi klub malam, lebih keras daripada suara musik. "Seperti biasa, aku akan menjelaskan urutan permainan yang akan diikuti oleh para peserta." 

Laki-laki itu mengarahkan tangan ke tirai yang terbuka. Sebuah ruangan dengan dekorasi berwarna merah dan beberapa meja pingpong yang berbaris rapi telah disiapkan di tempat itu. "Pertama, perserta akan bermain Beer Pong." Mengangkat gelas bir besar di tangannya sambil menunjukkannya kepada orang-orang.

"Lalu, peserta yang menang akan lanjut ke permainan kedua," Tirai kuning yang berada di samping tirai sebelumnya dibuka. "Yaitu Drunk Jenga ditemani Soju ini." Beberapa meja dengan Jenga yang sudah disusun dengan sempurna terlihat siap untuk dimainkan.

"Kemudian, peserta yang berhasil akan bermain Flip Cup sambil meminum Vodka." Menunjuk tirai hijau di sebelah tirai kuning. "Dan terakhir, sebagai pertunjukkan utama hari ini. Kita akan melihat Dart Game dipasangkan dengan Absinthe secara langsung di panggung ini." Laki-laki Genie menunjuk ke tempatnya berdiri sekarang sebagai lokasi terakhir di mana semua orang dapat dengan jelas melihat dua calon pemenang terakhir bermain.

"Aku tahu.. Aku tahu.. Kalian penasaran dengan hadiah malam ini." Katanya sambil mengangkat satu tangan ke belakang telinga, seolah mendengarkan seseorang berbicara. "Untuk pemenang, akan membawa pulang uang senilai tiga juta Won. Dan.. Tentu saja hadiah lain yang ditunggu-tunggu adalah, semua orang yang di sini akan mengabulkan permintaan pemenang." Beberapa orang melompat kegirangan dan beberapa lainnya siap bermain sampai titik darah penghabisan.

"Namun, tentunya permintaan tersebut harus sesuai dengan aturan yang ada di klub malam ini. Tidak mengandung unsur SARA, tidak mengandung unsur pornografi, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Republik Korea." Sadar tidak bisa menahan semangat anak-anak muda ini, akhirnya Genie mengatakan kalimat terakhir sebelum acara dimulai. "Selamat bermain dan selamat bertemu kembali di tempat ini."

Yun Hee yang melihat semua orang sudah membentuk barisan panjang di depan tirai pertama, langsung turun dari kursi dan hendak berlari saat Joo Won menahan lengannya. "Kau mau ikut acara itu?"

Gadis itu menganggukkan kepala.

"Kau tidak lihat berapa banyak minuman yang harus dihabiskan setiap peserta di setiap permainan?" Joo Won menunjuk kumpulan gelas alkohol yang telah disiapkan di depan masing-masing tirai. "Melihat dari kemampuan toleransi alkoholmu, bahkan sebelum sampai di tirai ketiga, kau pasti sudah pingsan di tempat."

Mata Yun Hee menatap ke tirai, keinginannya masih begitu kuat meski ia sadar perkataan Joo Won sangat benar.

"Sudahlah." Joo Won menariknya kembali ke kursi, "Lebih baik duduk di sini dan melihat bagaimana acara ini berlangsung."

"Tapi.."

"Tujuan acara itu hanya untuk menarik orang datang kesini dan mereka yang ikut hanya ingin membuktikan bahwa mereka lebih kuat daripada alkohol." Jelas Joo Won sambil menatap Yun Hee yang berusaha memanjangkan kepala ke arah tirai. "Aku tahu tujuanmu berbeda dengan mereka, tetapi cara ini tidak tepat untukmu."

"Apanya yang tidak.." Yun Hee hendak membantah kata-kata Joo Won, ketika sebuah ide bagus muncul di kepalanya. "Jika cara ini tidak tepat untukku, bagaimana kalau kau yang bermain?" 

Joo Won langsung tersedak saat mendengar saran Yun Hee. Ketika ia menolah, gadis itu sudah menatapnya dengan ekspresi penuh harap. 

"Kau, Cho Joo-Won, memiliki kemampuan minum alkohol yang sangat baik. Kalau begitu, kenapa kau tidak membantuku?"

Joo Won ingin mengelak, tapi gadis itu berkata lagi. "Kau tahu persis kenapa aku datang ke sini. Jika bukan karena Yun Winery, karena apa lagi?" Yun Hee mulai mencoba membujuk Joo Won, "Kesempatan seperti ini sangat jarang sekali terjadi." 

Joo Won menghela nafas dan memijat area di antara alis, "Sepertinya seseorang masih berutang sebuah permintaan padaku. Namun, hari ini malah aku yang harus menuruti permintaan orang itu."

Yun Hee berdecak, "Kau sangat perhitungan sekali. Baiklah, mari kita hitung ini sebagai hutang kedua." Ia mendekatkan wajah ke arah Joo Won dan menggoyangkan bahu laki-laki itu, "Jadi, kau akan ikut, kan?"

Melihat ekspresi pasrah di wajah laki-laki itu, Yun Hee langsung menyeret Joo Won ke barisan tirai pertama. Ia terus menemani dan menyemangati Joo Won dari satu permainan ke permainan lain. Meski ia tahu Joo Won bisa minum alkohol dalam jumlah yang banyak, tapi Yun Hee tetap saja takjub dengan bagaimana laki-laki itu masih bisa berbicara dengan jelas dan berdiri tegak setelah meneguk semua jenis minuman ini. Dalam hati ia mengakui bahwa Joo Won memang hebat dan bisa diandalkan.

"Akhirnya.. Akhirnya.. Kita mendapatkan dua orang peserta terakhir, dimana salah satunya akan menjadi Aladdin satu malam." Meski sebagian besar penonton terlihat setengah mabuk, namun suara pembawa acara yang masih terdengar penuh semangat, membuat semua orang ikut membalas dengan teriakan yang melengking.

"Di panggung ini, sekarang kita bisa melihat papan anak panah yang berbentuk bulat dan berwarna hitam kuning. Setiap peserta akan meneguk segelas Absinthe terlebih dahulu sebelum mengangkat anak panah dari posisi mereka saat ini dan melemparkannya ke papan di atas panggung." Pembawa acara menjelaskan aturan permainan sambil melihat Joo Won dan satu laki-laki muda berkamata tebal yang berdiri di depannya.

"Setiap peserta akan melempar anak panah sebanyak tiga kali. Setelah itu, kita akan membandingkan total skor yang dikumpulkan oleh para peserta. Siapa pun yang berhasil mengumpulkan nilai tertinggi akan keluar sebagai pemenangnya." Melirik bergantian dua orang yang berdiri sedikit agak jauh di depannya untuk memastikan mereka mengerti.

"Pertama-tama kita akan keluarkan dulu minumannya." Gelas kecil diletakkan di atas meja di depan masing-masing peserta yang diisi dengan minuman berwarna hijau terang. "Aku akan memberikan sedikit informasi tentang minuman ini. Absinthe dianggap sebagai minuman terkuat di dunia, karena mengandung alkohol hingga enam puluh delapan persen. Bahkan di banyak negara, minuman ini pernah dilarang sebab memberikan efek berbahaya bagi peminumnya."

Pembawa acara itu tersenyum dan tatapannya seolah menguji keberanian dua orang di hadapannya. "Setelah mendengar penjelasan tentang minuman ini, apakah kalian masih ingin bermain atau mundur?"

Yun Hee melirik Joo Won dengan pandangan cemas dan jantungnya berdebar kencang, namun laki-laki itu hanya diam di tempat dan memperhatikan papan panah yang digantung di belakang pembawa acara.

"Aku tetap akan bermain." Kata Joo Won dengan pasti dan sama sekali tidak terlihat takut. Setelah mendengar jawaban laki-laki itu, semua orang di klub berseru kagum sekaligus berteriak memberikan dukungan.

"Akuu.. juga akan tetap bermain." Kata laki-laki berpenampilan culun yang berdiri di samping Joo Won dengan suara agak bergetar mengangkat satu tangan, seolah tidak mau kalah.

"Sangat menarik." Pembawa acara memuji keberanian dua laki-laki itu, meski matanya tertuju pada Joo Won. "Mari kita mulai permainan terakhir, sekaligus puncak penentuan pemenang yaitu Dart Games."

***