webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Hwi Yong-Jae's first attempt

Im Seung-Hoon menoleh ke Yun Hee yang berdiri dengan mata terpejam di sampingnya. "Sepertinya kau banyak minum." Kemudian mengangkat tangan ke arah gadis itu.

Yun Hee yang merasakan sesuatu menyentuh keningnya, langsung membuka mata dan mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dengan laki-laki itu. "Kenapa kau datang kesini?"

Setelah meninggalkan paviliun, mereka berjalan menuju rumahnya. Tapi Yun Hee tiba-tiba berhenti dan memutuskan untuk berbicara dengan Im Seung-Hoon di sini, di pinggir jalan di atas kebun anggur. Alasannya jelas agar Im Seung-Hoon mengerti bahwa Yun Hee tidak berniat untuk mengobrol lama dengannya, jadi ia memilih lokasi yang membuat mereka berdua tidak nyaman.

"Aku mengkhawatirkanmu." Kata Im Seung-Hoon dengan nada sedikit cemas, "Kau tidak membalas pesanku dan tidak menjawab teleponku."

"Oh." Kata Yun Hee pendek, masih tidak melihat ke arah Im Seung-Hoon, "Apakah ada sesuatu yang penting?"

Seung Hoon mengerti kalau kondisi Yun Hee sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Tapi mendengar nada sinis gadis itu, ia merasa kecewa. "Lain kali. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, tapi sepertinya tidak malam ini."

Tidak ingin berdebat dengan laki-laki itu, Yun Hee bergumam singkat, "Oke."

Merasa Yun Hee tidak mempedulikannya, Seung Hoon memegang kedua lengan gadis itu agar menghadap kepadanya. "Aku merindukanmu," menatap lurus ke mata Yun Hee.

Meski tidak ada respon, setidaknya Yun Hee tidak berusaha melepaskan diri atau menjauh darinya seperti tadi. "Aku suka mendengar suara bersemangatmu ketika menjelaskan tentang anggur dari buku yang kau baca di perpustakaan. Aku juga suka melihatmu sibuk menghabiskan waktu di kebun anggur keluargaku sepanjang hari." Im Seung-Hoon mengenang masa lalunya dengan Yun Hee, "Dan aku berharap bisa menghabiskan sore bersamamu lagi melihat matahari terbenam sambil menikmati roti tuna."

"Sunbae.."

"Aku yakin bukan hanya aku saja yang merasakan hal ini. Waktu dan kenangan yang kita habiskan bersama selama bertahun-tahun. Perasaan itu tidak akan hilang dengan mudah, bukan?"

Yun Hee tidak menjawab pertanyaan Im Seung-Hoon, mereka hanya saling bertatapan. Namun, dalam hatinya ia berharap laki-laki itu sudah mengetahui jawabannya. Karena, bagi Yun Hee diam juga merupakan jawaban.

Tidak jauh dari situ, Joo Won yang berdiri di belakang tembok mendengar percakapan mereka. Setelah mendengar pertanyaan tadi, ia akhirnya memutukan untuk meninggalkan dua orang itu disana.

Saat memasuki kamar tidurnya, Joo Won berbaring di tempat tidur dengan satu tangan terangkat menyentuh dada. Kenapa sepertinya ada sesuatu yang mengganjal disitu?

Karena perasaannya masih belum membaik, ia memejamkan mata. Joo Won tahu tidak seharusnya seperti ini. Tujuannya berada disini hanya untuk menangkap Hwi Yong-Jae, setelah itu ia akan pergi. Oleh karena itu, ia tidak boleh membiarkan dirinya terbawa suasana dan mencampuri urusan pribadi Yun Hee.

Joo Won mengangkat tangannya yang lain dan meletakkannya di dahi. Malam ini, ia harus menenangkan dirinya dulu.

***

Keesokan paginya, saat Yun Hee dan Yun Na hendak masuk ke dalam mobil yang telah menunggunya di pintu depan, Ye Min-Hyuk datang dan menghampirinya. Yun Hee dan laki-laki itu lalu berjalan menjauh beberapa langkah dari mobil, membiarkan Yun Na dan Joo Won menatap mereka berdua dari kejauhan.

Meskipun Yun Na dan Joo Won tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang dibicarkan Yun Hee dan Min Hyuk, tetapi dari gerakan bibir laki-laki itu dan betapa bersemangatnya dia berbicara, mereka bisa menebak situasi apa yang sedang terjadi di sana.

"Aku tidak pernah menyangka melihat tuan muda Ye datang ke sini sepagi ini." Kata Yun Hee mengejek sambil melirik jam tangannya untuk memastikan kalau memang masih cukup pagi.

Ye Min-Hyuk memandang Yun Hee dengan wajah berseri-seri dan berkata, "Tentu saja aku tidak boleh melewatkan menjadi orang pertama yang memberi selamat padamu."

Yun Hee mengangkat alis.

"Selamat, akhirnya kau berangkat ke Paris."

Alis Yun Hee berkerut.

"Ah.. tidak perlu memasang wajah bingung seperti itu," Min Hyuk menggoyangkan satu jarinya ke arah Yun Hee. "Aku sudah bisa menebak kalau tidak mungkin kau membiarkan Seung Hoon Sunbae pergi ke sana sendirian."

Yun Hee memiringkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Katanya datar, "Lalu siapa bilang aku akan ke Paris?"

Senyum di bibir Min Hyuk tiba-tiba menghilang, "Jadi kau tidak tahu sama sekali?"

"Apa?"

"Seung Hoon Sunbae tidak memberitahumu?" tanya Min Hyuk dan Yun Hee hanya mengangkat bahu. "Seung Hoon Sunbae akan pergi ke Paris." Katanya dengan nada suara yang dramatis.

Yun Hee tidak habis pikir, ternyata Ye Min-Hyuk sengaja datang ke sini hanya untuk masalah sepele seperti ini. "Lalu apa hubungannya denganku?"

Min Hyuk melotot tidak percaya. "Apakah kau akan membiarkan Seung Hoon Sunbae pergi begitu saja?"

"Sunbae sudah dewasa, dia bebas menentukan pilihan hidupnya. Semua itu tidak ada hubungannya denganku."

"Oh Yun-Hee!" Min Hyuk tiba-tiba berseru dengan nada tinggi. "Apakah kau harus seperti ini?"

Yun Hee menghela nafas dalam hati, ia tidak menyangka pagi ini akan bertengkar dengan Min Hyuk karena masalah Im Seung-Hoon. Sesuatu yang baginya sangat.. sangat.. tidak penting.

"Apakah kau lupa bagaimana Seung Hoon Sunbae memperlakukan kita dengan sangat baik di Itali? Berapa banyak kebaikan yang telah dilakukannya? Pengorbanan apa saja yang telah dia lakukan untukmu?"

Menyadari bahwa pembahasan ini tidak akan segera berakhir, Yun Hee terpaksa menyela perkataan Min Hyuk, "Bisakah kita membicarakannya lain kali?" melirik jam di tangannya, "Aku sedang buru-buru."

Sekarang malahan giliran Min Hyuk yang menghela nafas berat dan menundukkan kepala, terlihat agak frustasi. "Aku tahu, seharusnya aku tidak ikut campur dalam urusan kalian berdua. Tapi, aku ingin kau tahu bahwa Seung Hoon Sunbae punya alasan kenapa dia terlambat datang ke sini," suara Min Hyuk terdengar lebih tenang. "Dan aku tidak ingin kau menyesal ketika tahu apa yang sudah ia korbankan hanya untuk bertemu denganmu."

Merasa tidak ada gunanya memaksa Yun Hee sekarang, Min Hyuk kemudian melanjutkan, "Karena kau sangat sibuk, aku akan pergi sekarang." Berbalik lalu berhenti, kepalanya sedikit menoleh ke belakang ke arah Yun Hee, "Bukankah seharusnya kau mendengarkan penjelasannya dulu sebelum membuat keputusan?"

Setelah menunggu beberapa saat dan Yun Hee tidak memberikan respon, akhirnya Min Hyuk benar-benar meninggalkannya di sana. 

Yun Hee baru sadar kalau ia sudah berdiri mematung agak lama ketika Yun Na menggoyangkan tangannya. "Aku akan terlambat jika kita tidak berangkat sekarang," katanya pada Yun Hee.

Sebelum berbalik, Yun Hee menatap sekali lagi punggung Min Hyuk sampai laki-laki itu masuk ke mobil yang diparkir agak jauh di depan.

***

Joo Won menatap Yun Hee dari kaca spion yang tergantung di depan mobil yang mengarah ke kursi penumpang di belakang. Sejak masuk ke dalam mobil hingga kini, Yun Hee hanya diam sambil menatap jalan di luar melalui jendela di sampingnya.

Bahkan ketika mobil berhenti untuk menurunkan Yun Na di sekolah, gadis itu hanya melambaikan tangan dari dalam mobil. Dan ketika mobil melaju lagi menuju ke kantor Yun Winery di Seoul, Joo Won bisa melihat pikiran Yun Hee yang sedang kosong.

Joo Won baru akan mengatakan sesuatu untuk memecah keheningan, tapi suara dering ponsel Yun Hee terdengar lebih dulu. Dari cara Yun Hee menjawab dan berbicara di telepon, Joo Won bisa menebak kalau panggilan itu dari Asisten Ahn.

Setelah beberapa saat, Yun Hee memutuskan sambungan telepon dan menyuruh Joo Won untuk memutar balik arah mobil ke restoran Jepang yang berlokasi di Gangnam.

"Kita tidak pergi ke kantor hari ini?" tanya Joo Won setelah memutar kemudi ke arah lain.

"Setelah kita bertemu dengan Direktur Park."

Dan ketika Yun Hee menggunakan kata "kita" ternyata itu berarti lebih dari satu orang. Sesampainya di lokasi yang disebutkan gadis itu tadi, Yun Hee meminta Joo Won turun dari mobil dan masuk ke restoran. Seorang pelayan menyambut mereka di pintu masuk. Yun Hee menyebut nama Park Hyung-Shik dan mereka langsung dibawa ke dalam dan berhenti di salah satu ruangan.

Saat pintu dibuka, Yun Hee cukup kaget melihat tidak hanya Park Hyung-Shik yang ada di sana tapi juga Hwi Yong-Jae. Karena tidak punya pilihan, Yun Hee memutukan untuk masuk ke ruangan dan mengambil posisi duduk di depan Park Hyung-Shik. Sementara Joo Won berdiri agak jauh di belakang kursi Yun Hee.

"Direktur Oh!" panggil Park Hyung-Shik dengan wajah bersinar. "Kami sudah menunggumu lama, apakah jalan begitu macet?" tanyanya dengan santai sambil tertawa keras.

Yun Hee memegang gelas berisi teh panas di meja dan meneguknya, tidak berniat menjawab pertanyaan pamannya.

"Direktur Oh, apakah kau ingat dengan beliau?" Park Hyung-Shik mengarahkan tangannya ke laki-laki separuh baya yang duduk di sebelah kirinya.

Yun Hee melirik laki-laki yang sedang menatapnya dengan senyum tipis. Tapi, sayangnya senyuman itu terlihat menyeramkan di mata Yun Hee. "Bukankah dia, Hwi Yong-Jae, temanmu?" kata Yun Hee menekankan kata-kata terakhirnya dan menoleh ke arah Park Hyung-Shik.

Entah karena pamannya bodoh atau terlalu bersemangat, sepertinya laki-laki itu tidak menangkap sinyal Yun Hee dengan benar, karena pamannya terus bercerita tentang betapa hebatnya Hwi Yong-Jae. Hingga kemudian, satu kata terakhir yang keluar dari mulut Park Hyung-Shik membuat Yun Hee menatapnya serius.

"Beliau ingin menjadi investor di Yun Winery dan aku setuju." Kata Park Hyung-Shik antusias seperti seseorang yang sedang kejatuhan durian dari pohon.

"Atas ijin siapa?" tanya Yun Hee sambil menatap datar ke arah Park Hyung-Shik. "Sepertinya Direktur Park lupa siapa pemegang saham terbesar di Yun Winery sekarang."

Sontak ketika mendengar itu, wajah Park Hyung-Shik langsung berubah. Namun sebelum laki-laki itu sempat bereaksi, suara Hwi Yong-Jae memecahkan ketegangan di antara mereka.

"Karena anda orang yang sibuk, saya akan langsung saja." Hwi Yong-Jae memulai pembicaraan yang diarahkan pada Yun Hee. "Aku ingin berinvestasi di Yun Winery."

Mencoba mengendalikan raut wajahnya, Yun Hee membalas tatapan Hwi Yong-Jae. "Jika boleh tahu, apa alasan anda memilih Yun Winery?"

Hwi Yong-Jae tertawa ringan, "Saya tahu ini mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi saya sangat menyukai produk Yun Winery." Kemudian laki-laki itu mengambil sumpit dan menjepit salah satu sashimi berwarna merah yang disajikan di atas piring panjang berbentuk kapal di tengah meja. "Selain itu, sesama warga Republik Korea, bukankah mendukung produk dalam negeri sendiri adalah hal yang benar?"

Yun Hee mengalihkan pandangannya ke bawah dan senyum mengejek muncul di wajahnya, "Artinya karena solidaritas?" Ia mengangkat pandangannya lagi ke Hwi Yong-Jae.

"Tidak ada salahnya, bukan? Apalagi setelah saya merasakan sendiri kualitas minuman yang bisa kita produksi ternyata lebih baik dari negara lain." Gadis itu hanya menatapnya tanpa memberikan tanggapan. Melihat hal itu Hwi Yong-Jae melanjutkan, "Saya dapat membantu anda memperluas sayap bisnis Yun Winery sampai dengan benua Eropa bahkan Amerika, tidak hanya di kawasan Asia Timur saja. Saya akan mendukung apa pun yang anda butuhkan."

Yun Hee mengangkat sebelah alisnya mendengar kata-kata yang sangat indah itu di telinganya, "Begitukah? Sepertinya pamanku sudah banyak bercerita tentang rencana perusahaan kami kepada anda." Melirik ke arah Park Hyung-Shik yang agak salah tingkah.

Hwi Yong-Jae tertawa keras mendengar sindirian Yun Hee, "Tidak ada salahnya berbagi informasi dengan seseorang yang akan menjadi bagian dari keluarga Yun Winery, bukan?"

Yun Hee tersenyum, "Sepertinya anda yakin sekali aku akan menyetujui tawaran itu."

"Tentu saja, hanya orang bodoh yang akan menolak tawaran seperti ini."

Berbeda dengan pemikiran Hwi Yong-Jae, Yun Hee justru merasa hanya orang bodoh yang mau menerima tawaran seperti itu dari orang asing tanpa meminta imbalan apapun. Di dunia ini tidak ada yang gratis, semakin banyak kau memberi, semakin banyak imbalan yang kau harapkan. Apalagi dalam dunia binis, imbalan yang harus kau berikan bisa-bisa nyawamu sendiri.

"Ngomong-ngomong, apa pekerjaan anda, Hwi Yong-Jae ssi?"

Laki-laki itu berdeham, "Anda bisa menganggap saya sebagai pengusaha minuman ekspor-impor."

"Apakah anda memiliki ijin secara legal?"

Hwi Yong-Jae diam sesaat tidak langsung menjawab, "Jika itu yang anda butuhkan, semuanya bisa diatur."

"Kalau begitu," Yun Hee membetulkan posisi duduknya dan menurunkan tatapannya dari Hwi Yong-Jae, "Aku tidak bisa bekerja dengan seseorang yang tidak jelas asal-usulnya."

"Yun Hee ah~" panggil Park Hyung-Shik pelan, namun saat melihat gadis itu menatapnya tajam, ia mengubah panggilannya. "Direktur Oh.."

"Hwi Yong-Jae ssi, jika aku boleh memberi saran, seseorang harus sadar kapan harus naik ke kapal dan kapan harus berdiam di tempat." Yun Hee mengarahkan kepalanya ke piring di depan mereka yang berbentuk kapal dengan berbagai macam sashimi di atasnya. "Demikian pula, seseorang harus menyadari bahwa tidak ada pintu yang terbuka untuk masuk ke dalam kapal, meskipun dia sudah menggunakan tali untuk sampai ke atas."

Berdiri dari kursi, Yun Hee menatap Park Hyung-Shik dan Hwi Yong-Jae untuk terakhir kalinya, "Kurasa hanya itu yang bisa kukatakan. Jika tidak ada hal lain lagi, aku undur diri." Membungkukkan badannya sekali dan berjalan menuju pintu, diikuti oleh Joo Won di belakangnya. 

Saat Yun Hee keluar dari ruangan, Asisten Ahn sudah menunggu dan berjalan di sampingnya. "Saya sudah mendapatkan informasi terkait keluarga Hwi Yong-Jae. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Hwi Ah-Ra dan suaminya bernama Mo Yong-Sik, mereka berdua memiliki seorang anak laki-laki bernama Hwi Min-Ki."

Mendengar nama itu disebutkan setelah sekian lama, wajah Joo Won berubah pucat.

"Namun, semua orang meninggal dalam kecelakaan helikopter dua belas tahun yang lalu."

Yun Hee tiba-tiba menghentikan langkahnya. Informasi yang dikatakan Asisten Ahn mungkin terdengar biasa saja di telinga orang lain, tetapi bagi Yun Hee itu sudah cukup membuatnya merinding.

"Apakah ada informasi terkait Hwi Min-Ki?" 

Asisten Ahn tidak mengerti maksud dari pertanyaan Yun Hee. Hingga kemudian gadis itu berbalik dan menatapnya dengan serius, "Apa ada kemungkinan Hwi Min-Ki masih hidup?"

Seluruh tubuh Joo Won menjadi tegang, jantungnya berdegup kencang. Tangan di samping tubuhnya sedikit gemetar.

"Coba cari lebih banyak informasi tentang Hwi Min-Ki dan kecelakaan helikopter dua belas tahun yang lalu." Dengan nada khawatir, Yun Hee melanjutkan, "Selidiki sekali lagi, dan kabari aku secepatnya." 

***