webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

First Meeting

"Direktur Oh.. Direktur Oh.." suara rendah itu membuat Yun Hee terjaga. Ia mengangkat kepalanya dari tumpukkan kertas di atas meja dan menatap laki-laki berusia empat puluhan yang berpakaian rapi di depannya. "Jam berapa sekarang?" gumamnya dengan suara serak.

Sinar matahari menembus kaca jendela yang berderet di bagian tengah ruangan, membuat suasana di ruang kerja itu terkesan hangat dan nyaman.

Asisten Ahn menatap jam di tangan kirinya. "Jam tujuh lewat lima belas menit. Anda harus bersiap untuk berangkat sekarang."

Yun Hee menegakkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil mendesah pelan. Ia memijit bagian diantara mata sambil mengumpulkan kesadarannya kembali.

"Apakah aku perlu menyiapkan kopi lebih dulu?" tanya asisten Ahn ketika melihat Yun Hee masih belum bergerak.

"Tidak perlu. Bajuku?" balas Yun Hee berdiri dari kursinya.

Selama satu bulan terakhir setelah kakeknya meninggal, Yun Hee secara tidak langsung mengisi posisi sebagai direktur utama di Yun Winery. Karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat dan dokumen yang harus diperiksa, ia hampir tidak pernah memiliki waktu untuk bersantai atau bahkan beristirahat dengan tenang.

Sebagian besar pekerjaan itu sebenarnya berkaitan dengan hal administratif. Ketika kakeknya masih hidup, mereka berdua memiliki peran masing-masing di perusahaan. Oh Tae-Won akan fokus menangani semua hal yang berkaitan dengan bisnis dan pemegang saham. Sedangkan, Yun Hee akan sibuk dengan percobaan jenis anggur baru dan menguji sampel di laboratorium. Namun, hanya dalam waktu semalam semua tanggung jawab Oh Tae-Won langsung berpindah kepadanya dan ia harus melakukan pekerjaan yang melelahkan itu seorang diri mulai dari sekarang.

Yun Hee mengambil baju dari kantong cokelat yang dipegang asisten Ahn. Ia masuk ke ruang ganti dan keluar memakai blazer serta celana hitam panjang yang terlihat formal. Hari ini ia akan menghadiri rapat pertama dengan para pemegang saham secara langsung di kantor pusat Yun Winery di Seoul. Sejak awal ia jarang berkunjung ke kantor pusat, karena ia lebih suka menghabiskan waktu di pabrik. Tapi, sepertinya mulai sekarang ia harus membiasakan diri untuk menghabiskan lebih banyak waktu disana.

Asisten Ahn berjalan mengikuti Yun Hee di belakang sambil menjelaskan agenda hari ini. Mereka hampir sampai di pintu keluar ketika tiba-tiba Yun Hee menghentikan langkahnya dan menatap orang yang berdiri di dekat mobil. Mengikuti arah pandang Yun Hee, asisten Ahn berkata, "Ini adalah supir yang baru."

Setelah mendengar asisten Ahn memperkenalkannya, laki-laki muda itu berjalan ke arah Yun Hee dan membungkukkan badan sedikit. "Selamat pagi, aku adalah supir anda yang baru. Namaku Cho Joo-Won."

"Mulai dari hari ini, dia yang akan bertanggung jawab mengantar dan menjemput anda berkaitan dengan pekerjaan ataupun pribadi." Jelas asisten Ahn terkait dengan tugas Joo Won.

Yun Hee menatap laki-laki tinggi yang memakai jas hitam dan kemeja putih di depannya dengan pandangan menyelidik. Pakaian itu terlihat cocok ditubuhnya yang terlihat sehat dan agak berotot. Satu-satunya hal yang menggangu hanya tatapan intens dari kedua mata itu yang mengarah ke Yun Hee dan membuatnya tidak nyaman.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang, Direktur Oh?" sela asisten Ahn ketika Yun Hee tidak berkata apa-apa.

Mereka sedang berada di dalam mobil dan melewati jembatan gantung di atas laut yang menghubungkan kota Paju dan Seoul, ketika asisten Ahn memberikan laporan. "Direktur Park baru tiba kemarin malam."

"Dia kembali sendirian?"

"Ya. Direktur Park termasuk di dalam daftar hadir untuk rapat pemegang saham hari ini." Asisten Ahn membaca informasi di layar ponselnya.

Yun Hee mengalihkan tatapan dari iPad di tangannya ke luar jendela, "Dia kembali lebih cepat dari perkiraanku. Informasi yang aku minta, apakah kau sudah mendapatkannya?"

Asisten Ahn menekan ponselnya beberapa kali, "Ya. Aku baru saja mengirimkannya ke email anda."

Tiga detik kemudian ponsel Yun Hee berbunyi dan senyum tersungging di bibirnya membaca pesan yang baru saja dikirimkan asisten Ahn. "Jadi, anaknya juga kembali? Park Hyung-Shik."

"Ya. Istri dan anaknya sudah kembali lebih dulu ke Korea dua minggu yang lalu. Tapi, tidak ada berita sama sekali tentang kepulangan mereka." Kata asisten Ahn bingung, "Sepertinya mereka sengaja merahasiakannya."

Senyum Yun Hee bertambah lebar, "Tentu saja. Meskipun kejadian tersebut tiga tahun lalu, tapi wajah Park Hyung-Shik sudah diketahui publik sebagai seorang psikopat."

"Apa rencana anda, direktur Oh?"

Direktur Park adalah adik laki-laki dari nenek Yun Hee dan salah satu pemegang saham terbesar kedua setelah kakeknya. Namun, hubungan mereka tidak dekat dan Yun Hee tidak pernah menyukai laki-laki tua itu. Setelah pemukulan yang dilakukan Park Hyung-Shik kepada salah seorang pegawai dan korupsi yang dilakukan oleh Park Jeong-Woo di Yun Winery, mereka sekeluarga dikirim ke Paris oleh kakek Yun Hee untuk waktu yang cukup lama. Yun Hee pikir selama hidupnya ia tidak akan pernah bertemu keluarga itu lagi, tapi sepertinya nasib berkata lain.

"Dia sering pergi ke klub Sun?" tanya Yun Hee menatap layar iPadnya.

"Ya. Dia mengujunginya setiap malam. Beberapa hari lalu, Park Hyung-Shik membuat sebuah keributan disana dan melukai beberapa orang."

Mobil sudah masuk ke area parkir di bawah gedung dan sekelilingnya berubah gelap. "Tidak masalah, aku akan mengatasinya nanti. Sekarang, aku harus menghadapi Park Jeong-Woo lebih dulu."

Mobil berhenti di samping ruangan berlampu dengan beberapa petugas berjaga disitu. Pintu penumpang dibuka dari luar dan Yun Hee turun dari mobil. Petugas lain membuka akses pintu masuk dan menekan tombol lift mempersilahkan Yun Hee serta asisten Ahn melangkah ke dalam gedung. Joo Won berdiri di samping mobil membungkukkan badan sedikit sampai bayangan dua orang itu menghilang.

***

"Itu semua informasi tentang Park Hyung-Shik."

"Ok." kata Joo Won dengan ponsel menempel di telinganya.

"Tapi, untuk apa kau membutuhkan informasi itu? Bukankah kau sedang cuti? Atau jangan-jangan kau sedang dalam misi rahasia?" suara tinggi laki-laki di ujung telepon membuat Joo Won mengerutkan alis.

"Bagaimana kabar di markas?" tanya Joo Won mengalihkan pembicaraan.

"Baik-baik saja. Jadi kapan kau akan kembali?" Laki-laki itu balik bertanya.

Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara, "Tiga bulan. Aku akan kembali dalam waktu tiga bulan."

Terdengar balasan singkat dari Do Yeon yang kemudian dilanjutkan dengan obrolan lain. Saat itu mata Joo Won mengarah ke kaca spion dan mobil sedan berwarna hitam terparkir tidak jauh di belakangnya. Meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas ada berapa orang di dalam situ, tapi yang pasti satu orang duduk di balik kemudi dan satu orang duduk di kursi penumpang di depan. Sejak tadi ia sudah melihat mobil itu mengikuti mereka dari rumah sampai ke sini, namun ia ingin memastikan sesuatu sebelum memutuskan apa yang harus dilakukannya.

Melihat tidak ada gerakan sama sekali, sepertinya orang tersebut bukan mengejarnya. Kemungkinan besar mereka sedang mengawasi Yun Hee dan berusaha mendekati gadis itu.

"Do Yeon a~ aku ingin memintamu mengecek sesuatu." sela Joo Won memotong kata-kata laki-laki itu. "Aku akan mengirimkanmu sebuah plat nomor, segera kabari aku kalau ada informasi."

"Ok, kapten."

Setelah mendengar jawaban dari Do Yeon, ia segera mematikan koneksi telepon dan mengirim pesan singkat. Lalu matanya terus mengawasi mobil dari kaca spionnya.

Beberapa jam sudah berlalu namun masih tidak ada gerakan dari mobil tersebut. Ketika Joo Won baru saja memutuskan untuk turun dan keluar dari mobil, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan nama asisten Ahn muncul di layar ponselnya.

"Halo?"

"Joo Won ssi~, apakah kau masih di tempat parkir?" tanya asisten Ahn langsung.

"Ya."

"Ada dokumen direktur Oh yang tertinggal di mobil, apakah kau bisa membawanya ke atas ke ruang rapat sekarang?" kali ini suara asisten Ahn terdengar agak buru-buru.

Joo Won memutar tubuh ke belakang dan melihat sebuah dokumen berwarna kuning di kursi penumpang. "Baiklah."

"Aku akan menelepon petugas dibawah agar membiarkanmu masuk." kata asisten Ahn sebelum menutup telepon.

Joo Won membawa dokumen tebal dengan sampul berwarna kuning di tangannya dan turun dari mobil melangkah ke arah petugas yang berjaga di dekat pintu. Seperti yang dikatakan oleh asisten Ahn tadi, petugas tersebut membiarkannya masuk melewati pintu kaca dan berjalan ke arah pintu lift yang membawa mereka ke lantai atas.

Suara berdeting terdengar ketika mereka sudah sampai di lantai dua puluh tiga. Petugas membiarkan Joo Won keluar dan berjalan ke ruangan di sebelah kiri. Semakin mendekat ia melihat seorang wanita tua duduk di belakang meja resepsionis. Sama seperti petugas tadi, resepsionis di depan sudah diberitahukan tentang kedatangannya. Dan dari meja depan, ia diberikan arahan menuju ke ruang rapat yang ada di ujung lorong setelah berbelok ke kanan.

Joo Won berhenti di samping ruangan dengan pintu yang terbuka sedikit. Ia mendengar suara tawa yang cukup keras dari dalam diikuti dengan suara berisik dari beberapa orang yang berbicara bersamaan. Ia membaca tulisan yang ditempelkan di depan pintu dan tangannya terangkat, namun langsung turun kembali ketika ia mendengar jelas suara-suara itu.

"Direktur Oh, kita tidak mungkin melakukan peluncuran produk baru minggu depan." kata seseorang dari sebelah kiri Yun Hee.

"Iya. Kita membutuhkan waktu untuk menyiapkan semuanya." tambah seseorang dari sebelah kanan.

"Direktur Oh, kau harus mempertimbangkan keputusanmu sekali lagi."

Satu jam berada di ruangan ini sudah berhasil membuat kepala Yun Hee sakit. Ternyata IQ orang-orang ini lebih rendah dari perkiraannya. Apakah mereka pikir ia akan setuju bila semua orang menyerangnya seperti ini? Itu hanya akan terjadi di dalam mimpi. Meskipun tidak ada seorangpun yang setuju dengan keputusannya, ia akan tetap melakukannya.

Park Jeong-Woo berdiri dari kursi dan berusaha menenangkan yang lain, melihat hal tersebut semua orang memelankan suaranya dan membiarkan laki-laki berusia lima puluhan itu berbicara. "Direktur Oh, apakah boleh saya mengatakan sesuatu?"

Yun Hee mengangkat sebelah tangannya mempersilahkan. Tapi, tatapannya terlihat tidak peduli.

"Menurut saya, kita harus menunda peluncuran untuk produk baru. Terlalu banyak resiko dan mungkin kerugian apabila kita tetap melakukan hal itu."

Yun Hee menegakkan tubuh dan menatap Park Jeong-Woo dengan serius, "Direktur Park." panggilnya sengaja memberikan kesan jauh. "Kita memiliki tim perencanaan dan strategi bisnis yang handal di Yun Winery. Dan dari hasil analisa tim tersebut tidak akan ada masalah bila kita tetap melakukan peluncuran produk baru dalam waktu dekat. Jadi, berdasarkan apa direktur Park berkata seperti itu?"

Laki-laki tua itu diam sesaat, kelihatan bingung membalas pertanyaan Yun Hee. "Haha.. Meskipun begitu kita juga harus mempertimbangkan hal lain. Misalnya, baru saja satu bulan berlalu sejak kepergian direktur Oh Tae-Won. Menurutku kita tidak perlu terburu-buru."

"Maksudmu, kau meragukan kemampuanku?" tanya Yun Hee langsung, membuat semua orang disitu terdiam dan saling berpandangan. "Atau mungkin kau menginginkan posisi ini?"

"Yun Hee a~" panggil direktur Park yang membuat wajahnya langsung kaku.

Ia hanya menatap tajam ke arah Park Jeong-Woo sejenak, "Direktur Park. Kita sedang melakukan rapat para pemegang saham Yun Winery sekarang, aku harap kau bisa menghormatiku sebagai direktur utama disini."

Laki-laki itu terlihat salah tingkah, namun tidak berbicara lagi.

"Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, rapat hari ini sampai disini. Terima kasih untuk kehadirannya."

Yun Hee berdiri dan melangkah lebar keluar dari ruangan. Tepat ketika pintu terbuka, matanya berhenti di laki-laki yang memegang dokumen yang berdiri didepan pintu. Ketika laki-laki itu mundur dan berpindah ke samping, Yun Hee berjalan melewatinya dengan cepat.

"Aku akan menghubungimu lagi nanti ketika direktur sudah selesai." Asisten Ahn mengambil dokumen dari tangan Joo Won kemudian meninggalkannya disitu.

Masih belum bergerak dari posisinya, Joo Won mengalihkan tatapan ke beberapa orang yang masih berada di ruang rapat yang terlihat sedang berdiskusi serius tentang sesuatu. Dan diantara mereka adalah direktur Park.

Ia menatap laki-laki tua bertubuh besar dan gemuk itu cukup lama sampai akhirnya memutuskan untuk pergi. Sepertinya selama tiga bulan kedepan, ia bukan hanya harus melindungi Yun Hee. Tapi, ia juga harus membuat gadis itu menang melawan orang-orang tidak berguna tadi.