webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Confession to a friend

"Kenapa kau menyukai laut?" Tanya Yun Na sambil menghadap ke jendela mobil saat mereka dalam perjalanan menuju sekolah.

"Karena aku merasa seperti berada di rumah."

Wajah kecil dengan kuncir kuda itu menoleh ke arah Joo Won, "Aku juga menyukai laut karena itu. Kakekku juga." Suara Yun Na yang ceria dan bersemangat terdengar.

Yun Hee yang berada di kursi belakang, ikut menoleh ke samping dan melihat air laut yang biru berkilau karena pantulan sinar matahari bagaikan seribu berlian. Saat itu adalah waktu terbaik untuk menikmati pemandangan di hadapannya, namun hal lain yang lebih menarik perhatian Yun Hee adalah percakapan antara dua orang di depannya.

Pandangannya beralih ke Joo Won dan Yun Na, yang tampak asyik mengobrol dan penuh ekspresi. Yun Hee memperhatikan seberapa baik interaksi mereka, yang terlihat saling melengkapi. Kemudian matanya berhenti di wajah Joo Won, kemiripan antara kakeknya dengan Cho Joo-Won semakin mencolok, hingga menimbulkan rasa pedih di hatinya.

***

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku makan kepiting biru." Kata Yun Hee, memulai obrolan setelah mereka mengantar Yun Na ke sekolah. Rasa penasaran terhadap Joo Won masih ada, sehingga ia ingin memastikan seberapa besar kemiripan laki-laki itu dengan kakeknya.

Joo Won yang berada di kursi pengemudi melirik ke kaca spion dan melihat Yun Hee yang sedang sibuk dengan iPad di tangannya. Meski tidak melihat ke arahnya, Joo Won tahu kalau gadis itu sedang berbicara dengannya, "Di musim ini, kepiting biru bisa dengan mudah ditemukan di daerah Gyeryong."

Yun Hee bergeming, ia mengangkat wajah dan membiarkan Cho Joo-Won melihatnya kali ini. "Benarkah? Karena aku tidak ada acara malam ini, bagaimana kalau kita pergi kesana?"

"Tidak masalah, aku cukup familiar dan tahu beberapa tempat yang bagus di sana."

Markas Besar Angkatan Laut Republik Korea berada di Gyeryong. Kakeknya pernah ditempatkan di sana dan Yun Hee pernah mengunjunginya beberapa kali. Area itu tidak dibuka untuk umum atau menjadi tujuan wisata, sehingga masih asing bagi sebagian besar orang.

Jadi, bila seseorang mengatakan kalau dia cukup paham dengan area Gyeryong, berarti hanya ada dua kemungkinan. Entah dia memang kebetulan tinggal disana, atau orang tersebut memiliki hubungan dekat dengan Angkatan Laut Republik Korea.

Jadi, Joo Won termasuk dalam kelompok yang mana?

***

Yun Hee bertanya pada Asisten Ahn tentang jadwalnya hari ini dan setelah mendengar penjelasan laki-laki paruh baya itu, Yun Hee berkata. "Tunda rapat malam ini menjadi besok pagi."

"Apakah ada sesuatu yang penting?" Balas Asisten Ahnn sambil membuka map hitam di atas meja di hadapan Yun Hee untuk meminta tanda tangannya, "Tidak biasanya anda membatalkan rapat." 

Wajah Yun Hee tidak menunjukkan emosi ketika menjawab, "Ada sesuatu yang sudah lama membuatku penasaran, aku ingin segera mendapatkan jawabannya."

Tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadi Yun Hee lebih jauh, Asisten Ahn menganggukkan kepala mengerti. "Baiklah, saya akan mengatur ulang rapat malam ini."

Setelah itu ponsel Yun Hee berdering. Park Jeong-Woo mengirimkan pesan untuk mengajaknya makan siang, tapi Yun Hee sudah bisa menebak maksud laki-laki itu, sepertinya Park Hyung-Shik ingin memanfaatkan ayahnya untuk membujuk Yun Hee mengenai Hwi Yong-Jae. Memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut, ia kembali fokus dengan hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.

"Ini adalah data penjualan terbaru untuk anggur putih," Asisten Ahn menjelaskan laporan yang sedang dibaca Yun Hee. "Ada label baru yang diberikan pada anggur kita, karena acara di salah satu klub malam, mereka menyebutnya "Salm Wine".

Yun Hee terlihat fokus pada pekerjaannya, namun telinganya masih tetap mendengarkan penjelasan Asisten Ahn.

"Istilah itu digunakan ketika seseorang meninggalkan kehidupan saat ini untuk memulai hidup yang baru."

Pikiran Yun Hee sejenak melayang pada kejadian di klub malam, ia mengerti kenapa orang-orang menggunakan label itu sebagai perumpamaan perasaan Joo Won kepadanya.

"Anggur putih Yun Winery cukup mendapatkan perhatian di media sosial, dengan banyak artikel yang membahas tentang rasa dan aroma unik anggur tersebut. Selain itu, pencarian dengan kata kunci Yun Winery di internet sekarang sudah berada di tiga besar dan terus naik."

"Bagaimana dengan investor?"

Yun Hee mengangkat wajah dan menatap Asisten Ahn yang menggelengkan kepala. Ia menutup laporan yang dibacanya dan pandangan Yun Hee berubah menerawang. Sepertinya ada sesuatu yang besar terjadi di belakang mereka, "Cari tahu."

Tanpa perlu berkata panjang lebar, Yun Hee yakin Asisten Ahn sudah mengerti maksudnya. Laki-laki tua itu kemudian membungkuk dan berbalik meninggalkan ruangan, segera melaksanakan perintah Yun Hee.

Laki-laki itu, Hwi Yong-Jae.

Yun Hee yakin memiliki motif tersembunyi mendekati Park Hyung-Shik dan dirinya, yang mau tidak mau membuat Yun Hee mulai bertanya-tanya apa alasan sebenarnya laki-laki itu mendekati mereka.

Mungkinkah semua ini ada hubungannya dengan kakeknya?

***

Joo Won meraih amplop coklat yang terletak di atas meja di depannya, tapi Do Yeon menghentikannya dan menatap dengan serius. "Apa hubungan Hyeong dengan orang ini?"

Laki-laki yang ditanya tidak langsung menjawab, keduanya hanya diam dan saling berpandangan diiringi samar-samar suara musik dari kafe. "Apa yang ingin kau tanyakan?"

Selama mengenal Joo Won, mungkin ini pertama kalinya Do Yeon menatap laki-laki itu dengan sorot mata ragu dan bimbang, seolah tidak yakin apakah orang yang ada di hadapannya adalah Cho Joo-Won atau orang lain. "Mungkin ini kedengarannya tidak masuk akal, tapi apakah Hwi Min-Ki adalah Cho Joo-Won?"

Kali ini Joo Won juga tidak langsung merespon, ada jeda yang cukup panjang dan wajahnya seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Sebenarnya, ia sudah mengantisipasi kejadian ini sejak pertama kali Joo Won meminta bantuan Do Yeon, kalau suatu hari nanti rekannya itu akan menyadari hubungannya dengan Hwi Yong-Jae. Namun, Joo Won tidak punya pilihan lain, terutama karena ia membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya untuk menjadi informannya dan orang itu adalah laki-laki yang duduk di hadapannya sekarang.

"Kau ingin mendengar ceritanya?"

Saat Joo Won menceritakan kisah hidupnya kepada Do Yeon, laki-laki itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Namun, perlahan wajahnya berubah pucat seperti berusaha membedakan antara realita dan dongeng.

Joo Won mulai menjelaskan tentang kecelakaan helikopter yang merenggut nyawa orang tuanya dan mengungkap kebenaran di balik kematian Oh Tae-Won. Meski semua tampak jelas di ingatannya, tapi saat menceritakan kepada Do Yeon sekarang, perasaan Joo Won tidak seberat dulu. Ia mampu berbicara dengan tenang, mengesampingkan perasaan marah dan dendam yang selama ini menggerogotinya.

"Aku harus menemukan orang ini lebih cepat dari Hwi Yong-Jae." Menjelaskan keinginan dan tujuannya kepada Do Yeon, berharap laki-laki itu dapat memahami betapa penting masalah ini baginya.

"Bukankah dengan identitas dan pekerjaanmu saat ini, Hwi Yong-Jae tidak mungkin bisa mendekati Hyeong?" Do Yeon masih berusaha pulih dari keterkejutannya mendengar kisah Joo Won. Ah.. Mulai sekarang, haruskah ia memanggilnya, Hwi Min-Ki?

"Aku tidak ingin hidup bersembunyi seperti seorang pengecut seumur hidup dan membiarkan orang lain mengorbankan hidup mereka untukku."

"Benarkah hanya itu alasannya?" Do Yeon menyipitkan mata menatap Joo Won dengan curiga, "Jangan bilang, Hyeong tinggal di rumah Laksaman Oh selama beberapa minggu terakhir ini?"

Do Yeon sudah terlalu mengenal Joo Won, sehingga ia bisa memperkirakan pasti ada alasan lain dibalik keputusan laki-laki itu. "Dan jangan bilang, Hyeong menggunakan identitas sebagai orang lain disana?"

Ketika tidak ada jawaban, berarti juga adalah jawaban, Do Yeon sudah bisa menebak kelanjutannya. "Hyeong paham betapa berbahayanya hal ini, bukan?" Do Yeon menarik nafas panjang, "Jika Hwi Yong-Jae mengetahui kelemahan kita, maka akan sulit untuk menghentikannya. Bukankah itu yang selalu Hyeong ingatkan kepada kami?"

"Tapi, aku belum pernah mengatakan ketika kau memiliki seseorang yang ingin kau lindungi, kelemahan itu akan berubah menjadi kekuatan? Melihat ke belakang, pada akhirnya aku mengerti kenapa orang tuaku dan Wolf bertindak seperti itu," tebak Joo Won.

Namun, Do Yeon masih tidak puas dengan penjelasan Joo Won, hanya saja ia memilih untuk tidak berdebat lebih jauh. "Hyeong akan berhenti sampai Hwi Yong-Jae ditangkap, setelah itu kembali ke markas untuk melanjutkan hidupmu, rencananya seperti itu bukan?"

Meski suara Do Yeon terdengar seperti pertanyaan, tapi penekanan yang diberikannya membuat Joo Won merasa lebih seperti mendengar sebuah kesepakatan. "Jangan bilang kalau Hyeong akan mengaku pada cucu Laksamana Oh bahwa kau adalah Cho Min-Ki, orang yang menyebabkan kematian kakeknya."

"Aku tidak punya pilihan."

"Tentu saja ada! Tapi, Hyeong memilih jalan yang lebih sulit." Do Yeon menekankan, "Apakah Hyeong sadar setelah mengakui semuanya, mereka akan menjadi orang pertama yang melaporkanmu ke polisi?"

"Aku tahu."

Mendengar suara pasrah Joo Won membuat Do Yeon semakin tidak terima. "Dan Hyeong masih ingin melanjutkan rencana ini?"

"Do Yeon ah~ ini mungkin terdengar egois, tapi aku rela menukar apa pun untuk bisa terus bersama dengan orang yang aku sayangi." Kata Joo Won penuh makna.

"Apakah dia juga merasakan hal yang sama?" Tanya Do Yeon langsung, "Oh Yun-Hee. Bukankah dia alasan Hyeong bersikap seperti ini?"

Do Yeon bisa melihat kebingungan di wajah Joo Won kepadanya, lalu ia mulai menjelaskan. "Saat menyelidiki Hwi Yong-Jae, mau tidak mau aku juga mencari tahu tentang Yun Winery. Sehingga, tidak mungkin untuk tidak mencari informasi tentang Oh Yun-Hee."

Do Yeon kemudian menatap Joo Won lurus-lurus dan berbicara dengan nada yang lebih tenang. "Im Seung-Hoon, apakah Hyeong pernah mendengar nama itu?" Melihat reaksinya, Do Yeon bisa menebak kalau Joo Won sudah mengenalnya. "Apakah Hyeong tahu hubungan mereka berdua? Dan yang lebih penting, apakah Hyeong tahu alasan laki-laki itu datang kesini?"

***

Yun Hee kembali ke ruang kerja diikuti oleh Asisten Ahn di belakang. Mereka sedang membahas rapat yang baru saja selesai ketika Yun Hee menyadari ada orang lain di ruangan itu. Ia dan Asisten Ahn kemudian berhenti di tempat dan menatap laki-laki muda yang tersenyum ramah kepada mereka. Im Seung-Hoon berdiri di dekat jendela kaca besar dengan sabar menunggunya, melihat hal itu Yun Hee menoleh ke Asisten Ahn dan memintanya untuk mengurus beberapa pekerjaan sebelum meninggalkan ruangan.

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Yun Hee sambil berjalan menuju mejanya.

"Kelihatannya kau sibuk sekali." Im Seung-Hoon melangkah mendekati Yun Hee masih dengan senyum di bibirnya.

Yun Hee melirik jam kecil di atas meja yang menunjukkan pukul lima sore. Kemudian ia membuka map untuk memeriksa laporan tanpa mempedulikan Im Seung-Hoon.

"Karena aku sudah menunggu lama, bagaimana kalau kamu menemaniku makan malam?"

Yun Hee masih belum mengangkat wajah, tangannya sibuk membuka map lain tanpa menjawab pertanyaan itu. Merasa tidak berhasil menarik perhatian Yun Hee, ia berdiri tepat di depan mejanya dan berkata, "Kali ini aku ingin mengatakan sesuatu yang penting." Suara rendah dan lembut itu seolah mencoba membujuk Yun Hee. "Dan mungkin untuk yang terakhir kalinya."

***

Ponsel Joo Won berbunyi menandakan pesan masuk. Melihat sekelilingnya, ia baru menyadari langit sudah berubah gelap dan lampu di sepanjang jalan telah dinyalakan. Setelah bertemu Do Yeon, ia menghabiskan sepanjang hari hanya dengan melamun di dalam mobil. Semua pertanyaan penuh keraguan itu muncul silih berganti di kepala Joo Won. Apakah tindakannya tepat? Haruskah ia menjauh dari Yun Hee? Atau ia akan menyesali keputusannya lagi kali ini?

Joo Won membaca pesan dari Yun Hee yang memberitahunya bahwa mereka tidak bisa makan malam bersama hari ini karena dia tiba-tiba ada urusan penting yang harus diselesaikan. Salah satu pertanyaan yang ada di kepalanya kembali muncul, kalau Joo Won mengungkap kebenaran tentang kematian kakeknya kepada Yun Hee, bagaimana reaksi gadis itu?

Ia baru akan membalas pesan Yun Hee ketika matanya menangkap sosok familiar yang keluar dari pintu utama. Mendorong tubuh ke depan, Joo Won melihat Yun Hee bersama dengan seorang laki-laki muda berjalan melewatinya sambil mengobrol dan tertawa, lalu mereka berdua masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu di pinggir jalan.

Matanya terus menatap ke arah taksi yang ditumpangi Yun Hee dan Im Seung-Hoon hingga menghilang di antara kerumunan mobil lain yang berlalu lalang. Joo Won menghempaskan tubuh ke kursi dan memejamkan mata, kata-kata Do Yeon kembali terngiang di telinganya. Menghela napas panjang, senyum pahit muncul di bibir Joo Won.

Apakah dia juga menyukaimu?

***