webnovel

I am a survivor

Hwi Min-Ki adalah anak dari bos mafia kaya di Korea Selatan. Setelah selamat dari kecelakaan helikopter yang menewaskan orang tuanya ketika berumur enam belas tahun, ia memutuskan untuk melupakan masa lalu dan hidup dengan identitas baru. Oh Tae-Won adalah orang yang berhasil menariknya keluar dari mimpi buruk dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Laki-laki tua itu tidak hanya memberikan kesempatan hidup kedua untuknya sebagai Cho Joo-Won, namun juga membuatnya bisa melanjutkan hidup dengan baik. Dua belas tahun kemudian, sebagai kapten dari SEAL Angkatan Laut Korea Selatan, Cho Joo-Won berhasil membuktikan janjinya kepada Oh Tae-Won. Tapi, ia tidak pernah tahu kalau semuanya harus ditukar dengan nyawa laki-laki tua itu. Ternyata hidup itu seperti kertas putih dan setiap goresan hitam akan terus menempel meninggalkan bekas. Sekarang tujuan hidupnya hanya satu, melindungi cucu Oh Tae-Won. Awalnya ia berada di sisi Oh Yun-Hee karena ingin melindungi gadis itu dari pamannya, Hwi Yong-Jae. Namun perlahan tapi pasti, perasaan itu mulai muncul. Ia mulai menyukainya. Ia mulai bisa bernapas kembali karena Yun Hee. Ia mulai tidak sabar menunggu hari esok dan melihat gadis itu. Dua belas tahun lalu, ia berhasil lolos dan bersembunyi dari semuanya. Sekarang, ia harus menghadapinya sendiri karena ia mulai berharap. Harapannya adalah hidup bersama gadis itu untuk waktu yang lama. Tapi, kali ini ia tidak akan membiarkan takdir menukar hidup gadis itu dengan hidupnya.

lEm0n94 · Real
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

Agreement

"Aku akan menutup jahitannya sekarang," kata dokter yang berdiri di samping tempat tidur menghentikan gerakan tangannya dan mengambil gunting.

Cho Joo-Won duduk bersandar di tempat tidur dengan leher dimiringkan sedikit sementara dokter mengobati lukanya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pecahan botol itu tidak melukai lehernya terlalu dalam dan untungnya tidak sampai mengenai kepalanya, kalau tidak akibatnya akan sangat berbahaya.

Tadi dalam perjalanan ke rumah sakit di dalam mobil ambulans, Yun Hee terus duduk di samping Joo Won dengan tangan memegang handuk menekan lehernya sekuat tenaga. Joo Won ingin memberitahu gadis itu untuk menurunkan tangannya, namun setiap kali mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu atau tubuhnya bergerak sedikit, gadis itu akan menatapnya tajam. Kenapa tiba-tiba ia merasa seperti seseorang yang sudah melakukan sebuah kesalahan yang besar?

Sebagai pasukan khusus di militer ini bukan pertama kali ia terluka parah dan harus dilarikan ke rumah sakit, tapi ini menjadi pengalaman pertama baginya mendapatkan luka yang hanya membutuhkan jahitan kecil dan anestesi ringan. Joo Won tidak tahu apakah karena ia sedang cukup beruntung atau karena ia tidak tepat memperhitungkan gerakannya. Saat itu yang ada di kepalanya hanya secepat mungkin berada di tempat gadis itu untuk menghalangi botol kaca minuman yang dipegang oleh Park Hyung-Shik agar tidak melukai Yun Hee.

Namun ketika gadis itu berbalik dan menatapnya dengan wajah pucat, ia sadar kalau botol kaca itu sudah melukainya. Kemudian gadis itu mendekat dan meletakkan tangan di leher Joo Won yang membuatnya sedikit terkejut. Saat itu sentuhan sederhana Yun Hee berhasil membuatnya berdiri mematung untuk waktu yang lama.

Ketika kepalanya sedang mengulang kejadian di klub tadi, tiba-tiba tirai di depan terbuka dan orang yang sedang dipikirkannya berdiri disitu. Joo Won segera memeriksa Yun Hee dari atas sampai ke bawah untuk memastikan kalau tidak ada luka disana selain di lengan kirinya yang dibungkus perban. Ia kemudian berpindah ke wajah gadis itu yang tadi terlihat pucat dan sekarang sudah kembali normal. Lalu ia menghela napas lega, setidaknya meskipun terluka gadis itu terlihat baik-baik saja.

"Luka harus dibersihkan dan perban harus diganti setiap hari." kata dokter menutupi luka Joo Won dan menatap laki-laki itu sejenak kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Yun Hee berjalan mendekat dan mengamati perban yang menempel di leher itu. Dari yang ia dengar dokter berkata kalau luka di lehernya tidak serius dan akan sembuh dalam waktu beberapa minggu ke depan. Hanya saja mereka harus kembali ke rumah sakit satu minggu lagi untuk memastikan kalau jahitan sudah kering dan tidak ada infeksi.

Joo Won menegakkan tubuh dan tangannya menyentuh leher, lalu ia melirik perban di lengan Yun Hee. "Bagaimana dengan luka anda?"

Yun Hee tidak langsung menjawab. Laki-laki itu tidak memanggilnya direktur seperti yang lain, namun ia masih memanggilnya dengan panggilan yang cukup formal. Ia mengikuti arah pandang Joo Won dan membalas, "Hanya goresan kecil."

Saat itu suster masuk dan memberikan kantong plastik berisi obat yang diresepkan oleh dokter kepada mereka berdua. Suster menjelaskan sedikit tentang obat tersebut kemudian Yun Hee menerima kantong sambil mengangguk berterima kasih.

"Kau bisa berjalan?" tanya Yun Hee kepada Joo Won ketika suster sudah pergi.

Joo Won berdiri dari tempat tidur dan mengikuti Yun Hee yang sudah berbalik keluar menuju ke pintu rumah sakit. Setelah sampai di depan, gadis itu berhenti dan melirik jam di tangannya sejenak, "Aku lapar, sebaiknya kita cari sarapan dulu di dekat sini."

Tanpa menunggu jawaban Joo Won, Yun Hee berjalan ke arah trotoar kemudian melewati beberapa bangunan sebelum akhirnya masuk ke sebuah restoran dimsum yang kecil dan sempit di sebelah kanan. Yun Hee mendorong pintu dan langsung mengambil posisi duduk di meja untuk empat orang di dekat dinding. Mungkin karena waktu yang masih menunjukkan pukul enam pagi atau mungkin karena hari itu adalah hari kerja, restoran itu terlihat kosong tanpa pengunjung satu pun. Yun Hee segera mengambil kertas yang dilipat di samping meja dan menconteng beberapa makanan kemudian memanggil pelayan.

Dalam waktu beberapa menit makanan sudah memenuhi seluruh meja, Yun Hee dan Joo Won mulai menyantap sarapan mereka dalam diam. Sesekali Joo Won mengangkat wajah melihat Yun Hee yang sedang sibuk memasukkan makanan ke mulut dan membuatnya berpikir kalau gadis itu sepertinya lebih kuat dari perkiraannya.

Yun Hee bisa merasakan tatapan laki-laki itu, namun ia tidak peduli. Ia hanya ingin menghabiskan makanan di depannya ini secepat mungkin dan mulai berbicara dengannya. Membicarakan hal yang belum sempat mereka lakukan di klub dan rumah sakit.

"Namamu, Joo Won?" tanya Yun Hee sambil menyesap kopi dari gelas di tangannya.

Sekarang mereka sudah selesai sarapan dan semua piring di angkat dari meja meninggalkan dua gelas kopi hangat masing-masing di depan dua orang itu.

Joo Won mengangkat wajah menatap Yun Hee, "Ya. Namaku Cho Joo-Won."

Yun Hee menyesap kopinya lagi sebelum berkata, "Besok kau tidak perlu datang bekerja. Aku akan meminta asisten Ahn mentransfer gajimu dua bulan dan biaya pengobatan untuk lehermu."

Joo Won tidak berkata apa-apa, tapi ia bisa menebak maksud gadis itu.

"Di hari pertama kerja, kau sudah mendapatkan luka di leher dengan sepuluh jahitan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila kau bekerja untukku selama satu minggu." Yun Hee meletakkan gelas kopi di atas meja dan melipat kedua tangan di depan dada. "Yang aku butuhkan adalah seorang supir bukan pengawal."

Joo Won berpikir sejenak kemudian membalas, "Jadi, maksud anda tindakanku salah?"

Gadis itu menatap Joo Won lurus. "Aku paling tidak suka seseorang ikut campur dalam urusanku, apalagi hal itu berkaitan dengan nyawaku sendiri."

Joo Won menghela napas pelan, "Bukankah hal pertama yang harusnya anda lakukan adalah mengucapkan terima kasih? kepada seseorang yang sudah mengorbankan dirinya terluka karena menolong anda?"

Yun Hee menarik napas dalam dan bergumam tidak jelas, lalu berkata dengan suara datar, "Terima kasih." Lalu ia berdiri dari kursi, "Karena urusan kita sudah selesai, aku harap tidak melihatmu lagi setelah ini."

"Kalau aku menolak?" sela Joo Won cepat sebelum Yun Hee berbalik melangkah ke pintu.

Kali ini Yun Hee menatapnya lebih tajam dari sebelumnya, tatapan yang ia harap dapat membuat Joo Won menarik kembali kata-katanya tadi. Namun, anehnya ia tidak melihat ekspresi takut sama sekali di wajah itu. Sebaliknya malah Yun Hee yang merasa keberanian yang sejak tadi dikumpulkannya menguap tidak berbekas akibat tatapan serius Joo Won. Tatapan itu sepertinya berhasil menelan semua tekad dan tenaganya. Kenapa pula ia tiba-tiba merasa seperti ini? Satu-satunya orang yang bisa memberikannya tatapan menakutkan seperti itu hanya kakeknya.

Joo Won mengarahkan tangannya ke kursi meminta Yun Hee duduk kembali dan gadis itu menurut, "Aku ingin mengajukan penawaran yang lain." kata laki-laki itu. "Bagaimana kalau anda memberiku kesempatan kedua?"

Yun Hee mengangkat alis bingung, "Apa?"

"Tiga bulan. Kalau dalam waktu tiga bulan salah satu diantara kita terluka, aku akan mengundurkan diri."

Yun Hee mendengus pelan dan berkata dengan nada mencemooh, "Lalu apa yang membuatmu begitu yakin, setelah tiga bulan salah satu dari kita masih hidup?"

Joo Won berpikir sejenak, sepertinya meyakinkan gadis ini lebih sulit dari perkiraannya. "Sebenarnya aku adalah pacar Kim Ha-Na."

Yun Hee menyipitkan mata dan menyandarkan tubuh ke kursi sambil melipat kedua tangan di depan dada. Ia memutar ingatannya kembali ke tiga tahun lalu, kalau tidak salah ia pernah mendengar paman dan bibi Kim mengatakan kalau Kim Ha-Na memiliki pacar dan mereka akan segera menikah. Tapi, ia tidak pernah bertanya siapa laki-laki itu dan siapa namanya. Apakah orang itu adalah Cho Joo-Won?

"Aku bisa membantu anda menyingkirkan Park Hyung-Shik dan Park Jeong-Woo."

Jawaban laki-laki itu menarik perhatian Yun Hee, namun masih belum berhasil membuatnya yakin.

"Anda hanya perlu membiarkanku berada di samping anda selama tiga bulan."

Yun Hee menghelas napas berat, kenapa sepertinya masalah ini menjadi mulai rumit? Yun Hee terus menatap Joo Won dengan pandangan menyelidik. Sebenarnya ia masih ragu dengan laki-laki itu, tapi entah mengapa Yun Hee merasa kalau ia menolak Joo Won akan mencari alasan lain untuk membujuknya. Lagipula kalau dipikir-pikir, misalkan ternyata benar dia adalah pacar Kim Ha-Na, bukankah itu berarti ia tidak perlu mengorbankan dirinya untuk membuat Park Jeong-Woo berada di pihaknya? Secara tidak langsung ia bisa memanfaatkan Cho Joo-Won dan selama itu ia bisa fokus dengan hal lain.

Yun Hee mengangkat wajah dan menjawab, "Oke. Aku akan memberimu waktu tiga bulan." kata Yun Hee pasti. "Dan pastikan kita berdua masih tetap hidup selama tiga bulan itu."

Mata Joo Won melebar dan bibirnya tersenyum tipis. Tenang saja, ia tidak hanya akan membantu Yun Hee terkait dengan masalah Park Jeong-Woo dan Park Hyung-Shik. Tapi, ia juga akan memastikan semua nya berjalan sesuai dengan keinginan gadis itu selama tiga bulan ke depan. Sebelum ia menghilang dari tempat ini.

***

"Direktur Park, bagaimana pendapat anda terkait dengan rencana peluncuran produk baru di Yun Winery?"

Park Jeong-Woo tertawa pendek dan menjawab, "Aku percaya dengan keputusan direktur Oh."

"Ada kabar kalau para pemegang saham tidak setuju dengan keputusan direktur Oh. Bagaimana pendapat anda Direktur Park?"

Seperti yang sudah direncanakan oleh Asisten Ahn, semua wartawan berkumpul di pintu utama di kantor Yun Winery untuk melakukan wawancara singkat. Oh Yun-Hee melirik Park Jeong-Woo yang berdiri di sampingnya dan menjawab semua pertanyaan yang ditunjukkan kepadanya dengan tenang dan lancar. Sepertinya rencana Yun Hee memanfaatkan Park Hyung-Shik untuk membuat Park Jeong-Woo berada di pihaknya adalah keputusan yang tepat.

"Di dalam sebuah perusahaan pasti akan ada perbedaan pendapat. Tapi, aku mendukung semua yang akan dilakukan oleh direktur Oh." Park Jeong-Woo tersenyum dan melirik Yun Hee sekilas.

Karena masih tidak berhasil mendapatkan informasi dari Park Jeong-Woo, para wartawan memutar mic dan kamera ke arah Yun Hee kemudian mulai menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan.

"Direktur Oh, kenapa anda memutuskan untuk melakukan peluncuran produk baru?"

"Apakah anda bisa memberikan sedikit bocoran tentang produk ini?"

"Menurut anda apakah produk baru ini akan laku di pasaran?

Yun Hee tersenyum tipis dan menjawab pertanyaan dengan hati-hati. Sama seperti yang dilakukan oleh Park Jeong-Woo tadi, terkadang Yun Hee melemparkan tatapan ke arah Park Jeong-Woo untuk meminta tambahan pendapat dan laki-laki tua itu dengan senang hati membantunya. Sepertinya untuk sementara ia sudah berhasil mengendalikan Park Jeong-Woo, namun itu tidak berarti ia akan melepaskannya. Masih ada hal yang harus mereka berdua selesaikan setelah ini.

Tidak jauh dari situ, Joo Won berdiri bersandar di luar mobil dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Yun Hee dan direktur Park terlihat berhasil menguasai keadaan. Suasana terlihat semakin santai seiring dengan suara tawa dari wartawan yang menanggapi lelucon dari Park Jeong-Woo. Ponsel dan kamera terus diarahkan ke arah mereka bergantian diikuti dengan pertanyaan lain.

Joo Won memutar kepala sedikit ke belakang dan melihat mobil sedan hitam yang selalu mengikuti mereka masih ada disana. Tapi, kali ini dua orang berdiri di luar mobil dan salah satu dari mereka terlihat sedang menelepon seseorang. Dua orang itu mengenakan jas dan kacamata hitam dengan tubuh tinggi besar mirip seperti petinju profesional.

Orang yang menelepon tadi sekarang menutup teleponnya dan mereka berdua kembali masuk ke dalam mobil. Saat itu Joo Won mengalihkan tatapannya ke arah Yun Hee dan direktur Park. Selama beberapa saat ia terus mengamati kerumunan sampai akhirnya menemukan satu orang yang terlihat aneh menyelinap diantara para wartawan. Joo Won melangkah menaiki anak tangga paling bawah dan berusaha mendekat ke arah orang itu. Tapi, ketika ia hampir berhasil meraih orang tersebut, dari arah lain ia melihat beberapa orang menaiki tangga menuju ke pintu masuk dengan tangan memegang sesuatu.

Karena tidak memiliki pilihan lain Joo Won akhirnya memutuskan untuk berlari ke arah Yun Hee dan mendorongnya cepat masuk ke dalam. Tepat saat itu sebuah telur dilemparkan ke arah pintu masuk dari beberapa arah sehingga membuat kekacauan diantara orang-orang disana. Penjaga yang berdiri disitu langsung membentuk barisan dan direktur Park dibawa ke dalam.

Setelah pintu masuk ditutup Yun Hee menatap para wartawan yang masih berdesak-desakan dan berteriak di depan.

"Apa yang terjadi?" tanya Yun Hee kepada asisten Ahn yang sudah berada di sampingnya.

"Sepertinya seseorang mencoba berpura-pura berada di tengah wartawan untuk menyerang anda."

Tatapan Yun Hee langsung berpindah ke arah Park Jeong-Woo. Laki-laki tua itu melihatnya dengan ekspresi terkejut dan mengangkat kedua tangan ke depan. "Aku tidak tahu apa-apa. Aku sudah berjanji kepadamu akan mengikuti apa yang kau katakan."

Yun Hee mengalihkan pandangan ke arah pintu lagi.

"Sepertinya keadaan disini cukup berbahaya. Akan lebih baik kalau anda pulang ke rumah dan berada di pabrik untuk sementara." saran asisten Ahn, "Aku akan mengurus semua yang ada disini dan menyusul anda."

Yun Hee menganggukan kepala.

"Kalian bisa keluar dari pintu belakang, itu akan lebih cepat dan mudah." kata asisten Ahn kepada Joo Won.

Ketika mereka berjalan beberapa langkah, ponsel Yun Hee berbunyi. Ia melihat nama yang muncul di layar sebentar kemudian menjawab telepon, sebelum ia sempat mengatakan sesuatu suara dari ujung telepon sudah berhasil membuat langkah Yun Hee terhenti, "Yun Na.. Yun Na menghilang."