webnovel

Hikikomori x Populer..?!

Karakter ternistakan dan Author laknat. . . . . Vol 2 (Full Drama!) . . Hanya humor belaka, jangan ambil aksi ya. kalau lagi stress, baca ini aja :v.

Lunamori_Story_26 · Otras
Sin suficientes valoraciones
30 Chs

Saudara (Story Kakak_Adik)

*****

Karakter : Kakak, Adik 🌸🌸🌸

*****

Adik dan kakak. pasangan saudara biasa yang akan selalu ada dalam suatu keluarga. begitupun dengan kami berdua. kakak dan adik. kakak yang kini berada di sebelahku. aku melihat ke arah kakak yang tampak sedang asyik membaca buku pelajaran disana. aku melihat ke arah novel yang kubaca. kami berdua sangatlah berbeda dari segi manapun yang dibandingkan.

Kakak selalu menjadi yang terbaik untuk segala-galanya dalam hal apapun. dia selalu dipandangi tinggi oleh orang orang di sekitar. dan aku?. sebagai adik yang jauh lebih muda darinya sama sekali tidak mendapatkan itu. kakak yang selalu tampak luar biasa. kakak yang selalu tampak keren dan dingin dengan wajah datar dan jarang berbicara kecuali hal hal penting dan itu terlihat begitu luar biasa dibandingkan dengan diriku yang berbeda.

Dan aku benci kakak.

***

Aku melihat ke arah kakak yang sedang asyik duduk di atas kursi di kelasnya. semua orang melihat mereka dengan berbagai tatapan kagum dan tidak ada satupun yang meragukannya. aku melihat dengan tatapan datar dan sinis sebelum beranjak pergi dari sana. selalu saja kakak dan sosok kakak yang selalu mendapatkan pujian dari siapapun. aku benci mendapati kalau aku dan dia harus menjadi pasangan saudara dan harus bersekolah yang sama.

"Yo!, kau sudah membawa rokok?" seru salah seorang disana yang duduk seraya tersenyum ke arah ku. aku mengangguk dan mengeluarkan benda itu dari dalam saku celana ku yang tampak berantakan. melihat ke arah gang sempit dimana banyak anak anak lain yang membolos disana.

"tentu saja" seruku dan melemparkan benda itu ke arah teman teman nakal ku itu. aku dan kakak sangat berbeda. jika kakak itu berprestasi. maka aku adalah hal yang sebaliknya. aku nakal dan merupakan seorang remaja berandalan. semuanya begitu membenci diriku dan menganggap sisa sisa dari kakak. padahal tidak ada satupun yang tau apa alasan aku menjadi seperti itu. itu semua adalah karena aku ingin menjadi sesuatu. aku ingin dipuji akan sesuatu. dan aku tidak mau menjadi seperti kakak yang tampak membosankan.

Aku duduk di antara rerumputan itu melihat ke arah diriku yang tampak sangat berantakan. bajuku keluar dan rambut ku tidak terurus. aku segera menyesap rokok yang dibawa. dengan beberapa anak lain yang mulai tampak mengodaku. aku dan kakak memiliki satu satunya kesamaan. kami berdua sama sama tampan. jika kakak begitu tampan sebagai anak teladan. maka aku menjadi karakter bad boy.

aku langsung tidak peduli dan mengacuhkan nya melihat kearah kelas dimana kelas kakak sedang belajar dan melihat dirinya yang tampak jelas sedang dengan mudahnya menjawab pertanyaan guru dan mendapatkan tepuk tangan dari anak anak lainnya. aku meremas rokok milikku. lagi lagi. aku hanya ingin menjadi jati diriku yang lain. dimana tidak ada kakak yang ada di dunia ini. aku benci itu. dimana aku harus menjadi pribadi yang berbeda. dimana aku harus menjadi sesuatu yang berbeda agar bisa diakui.

Dan untuk kesekian kalinya aku sangat dan sangat membenci kakak.

***

"Apa apaan kau ini!" seru sebuah suara itu. aku melihat ke arah depan terdapat guru kepala sekolah disana. dia lagi lagi menangkap basah diriku. Hanya diriku. yang lainnya melarikan diri dan sisanya begitu saja menyalahkan ku. aku bisa tau bagaimana ia begitu malas ketika lagi lagi ia melihatku. setiap melihat ku pasti yang ia pikirkan adalah sebuah masalah dan sebuah beban kesulitan.

Dia melempar rokok di depanku dengan begitu saja. aku hanya diam menatap tajam ke arah guru itu. guru itu tampak jelas sangat kesal. ia berkali kali menghentakkan kakinya saat harus berurusan lagi dengan diriku setelah guru guru lain tidak sanggup lagi. guru yang sudah tua itu. ia menatapku dari balik kacamata rabun-nya itu. tampak jelas dimana aku hanya adalah sebuah masalah yang sangat menyusahkan.

"berapa kali kukatakan jangan merokok!. kau ingin menjadi masyarakat yang rusak!. sudah rusak saja sendiri sana!, jangan ajak anak anak lainnya!". heh?. padahal anak anak lain begitu saja mengikuti dirinya dan mereka kini kabur begitu saja dan dirinya yang hanya terus di nasehati seperti ini. aku melihat ke arah anak perempuan yang ada di sebelah ku itu. dia menatapku dengan gugup dan mengalihkan tatapannya saat aku didapati menatapnya tajam.

"aku tidak seperti itu" kataku dengan santai. aku memang membawa benda itu. tapi mereka yang begitu saja meraih dan dia sama sekali tidak memaksa. aku menunjuk dengan santai ke arah perempuan disebelah ku dengan gaya malas yang biasa aku gunakan.

"Perempuan nakal seperti dia yang mau saja melakukannya. lagipula dia yang sering berusaha mengodaku" seruku. persetan dengan kalian semua. aku juga sama sekali tidak peduli dengan siapapun. aku hanya mengatakan suatu kebenaran yang aku ketahui. aku tidak salah dan mungkin saja hanya cara penyampaian ku yang begitu tajam dan membuat kesalahpahaman.

gadis itu tampak kaget. padahal dia yang dulu begitu saja mendekati dan mengodaku dengan parfum murahan. dia kemudian terduduk dan pura pura menangis di sebelahku. aku menaikkan salah satu alis dengan malas. drama. gadis yang mendekatinya selalu penuh dengan akting untuk dirinya sendiri. mereka mendekati dirinya hanya untuk kepopuleran untuk sekadar bisa menguasai berandalan nakal. hanya sekedar itu. tidak ada rasa cinta dan semuanya hanya berputar tentang itu. dan lihatlah ia bahkan berpura-pura seperti ini karena putus asa.

"hik...hik dia bohong" ringis-nya membuat ku mengalihkan kedua mataku yang berwarna merah dengan malas ke arah kiri. dengan kedua tangan sedari tadi singgah di kedua saku celana panjang milikku.

"huh, dasar cewek matre. munafik pembohong. padahal jelas jelas kalau kau yang duluan mengoda. dasar cewek ular, kau itu menjijikan sekali" seruku dengan santainya. aku tau setiap kata yang ku ucapkan begitu pedas. tapi aku mengatakan segala kebenarannya.

Dia tampak menangis keras saat aku mengatakan hal itu. guru itu tampaknya lagi lagi melihat ke arah gadis itu dengan tatapan iba. dan lagi lagi kali ini ia terus menyalahkan diriku. membuat diriku selalu menjadi anak yang selalu bermasalah dan selalu salah.

"apa apaan kata-katamu itu?!. kau tau kalau dia adalah gadis!. seharusnya kau bisa belajar mengunakan kata kata yang baik!" serunya. kata kata?. ada banyak dari guru guru dan murid lain yang selalu menggunakan kata kata yang jauh lebih kotor dan tajam darinya itu. mereka tidak dipermasalahkan. dan hanya 'dirinya' yang selalu diperlakukan seperti itu. dan itu menyebalkan.

Aku menatap tajam dan datar ke arah guru yang berceloteh panjang tentang nilai moral padahal ia hanya menilai dari pandangannya saja. ia tidak tau apapun dan tidak mau tau. baginya dia yang selalu salah dan merupakan murid yang salah didik. lama lama aku jenuh juga, aku dengan kesal menendang meja kepala sekolah hingga berbunyi.

"ck, bisa diam gak sih?. pak tau kalau bapak hanya melihat dari satu sisi saja. dan aku jenuh mendengar bapak selalu berbicara hal moral padahal bapak sendiri selalu berkata kasar!" tukas ku. membuat dia terdiam. aku menjauhkan kakiku dan kemudian kembali pada posisi berdiri seperti biasanya. guru itu tampak kesal sekali saat aku dianggap tidak sopan dengan guru.

"kau tidak SOPAN!"

dan hei?. tidak sopan?. bapak tua itu sedari tadi mengoceh dan menyalahkan ku tanpa membiarkan aku sedikitpun mengeluarkan suara. tentu saja aku harus menyadarkannya dengan cara seperti ini dan jujur aku benci orang sok benar seperti dia. aku bisa melihat guru itu sangat marah. dan aku hanya dengan santai dan acuh tidak acuh. hanya karena ia orang lebih tua aku tidak ingin berbuat lebih jauh.

"Dimana orang tuamu sialan?!" . aku melihat ke arah bawah. orang tua?. tidak ada. orang tua semacam itu ia hanya memikirkan satu orang anaknya saja. yaitu kakak seorang. jadi aku ini sama sekali tidak punya keluarga.

"huh ga-"

***

Bruk

***

Aku melihat bagaimana saudara kandung yang sangat ia benci itu kini sedang membuka pintu ruangan dengan tergesa-gesa. aku menatapnya dengan jengkel. dia menatapku dan kepala sekolah itu lalu ia mendekat dan kini mengarahkan tangannya memerintah ku untuk segera menunduk dari sana dengan paksaan. aku mendecih kesal dan melihat dengan kesal.

"maaf atas semuanya-"

"apaan kau ini?!. ini masalahku!. pergilah dan belajar sana!" ketus ku. memotong ucapan kakak dengan ganas. bisa kulihat bagaimana kedua mata nya yang berwarna merah sama seperti ku. ia menatapku dengan tatapan datar yang membuat aku mencengkam.

"maaf atas semua yang dilakukan oleh adik saya" serunya dan ia ikut menunduk dihadapan guru itu. aku kesal sekali harus menunduk padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun. setelah itu ia menjauhkan tangannya dan aku bisa berdiri seperti semula. aku melihatnya dengan tatapan jengkel dan memilih mengalihkan pandangan-ku.

"nah seperti inilah!. kakakmu ini sungguh luar biasa. tidak bisakah kau meniru sifatnya ini?, wah bagus bagus" puji guru itu. aku malas melihatnya lagi. kemudian ia gantian menatapku tajam. bisa kudengar kalau ia kini sedang mengumpat ku dengan berbagai perkataan kasar dan rumor rumor buruk yang sama sekali tidak benar.

"aku tidak percaya kalau kalian ini adalah sepasang saudara, kau ini seperti sampah dari kakakmu" katanya sinis. aku melihat ke arah dia dengan kesal. aku benci saat ia mengatakan perkataan itu. dan aku benci saat diriku di sandingkan dengan saudara-ku.

"Ck!, dengar ya pak tua!. AKU TIDAK SUKA KAU MENGATAKAN ITU TEPAT DI DEPANKU SIALAN, dan aku tidak suka menjadi saudaranya!" aku kesal dan kehilangan ketenangan. bisa kulihat betapa ia terkejut melihat aku berteriak di hadapannya dengan kata kata tegas. aku melihat dengan kesal. dan kembali berpaling lagi dari sana.

"Apa..apaan kau dasar kurang ajar!" aku memutar kakiku ke arah pintu keluar. dan melangkah begitu saja dari sana tanpa mengatakan apapun. aku sudah bosan harus mendengar dan melihat wajah pak tua itu lagi. aku ingin segera keluar dan membolos lagi. tidak akan ada yang mengharapkan diriku ini.

SREK!, dan pintu tertutup.

***

"ck apaan manusia tua itu, kalau saja dia lebih muda, aku akan benar benar memukulinya"

Aku dengan kekesalan menumpuk pergi keluar dari sana. kemana saja. hingga ada sebuah suara tapak kaki yang terus mendekat dengan tempo pelan. aku tau siapa itu. aku adalah saudaranya. tentu saja aku tau apapun tingkah lakunya. aku memilih tidak mempedulikannya dan memilih mendengarkan musik dari headset yang kubawa dari rumah.

"kau... membuat masalah lagi?" suara datar khas kakak terdengar. aku hanya diam. hingga kakak menarik begitu saja headset itu hingga lagu itu berhenti.

"apa?" kataku ketus melihat dengan tatapan tajam ke arah sang kakak yang memiliki tinggi lebih pendek darinya itu. hanya itulah salah satu keunggulan ku dari kakakku dan sama sekali tidak berguna. itu tidak membuat ku merasa jauh lebih berharga dari kakakku. keberadaanya jauh lebih berharga dari padaku dan aku tidak lebih hanyalah saudaranya yang "gagal". begitulah.

"kau membuat masalah lagi?" tekan kakak menatapku dengan datar yang membuatnya tampak mematikan.

"hh...iya, lalu kenapa?"seruku berusaha mengalihkan tatapanku kemana saja. aku tidak suka melihat tatapannya yang biasanya selalu dingin dan tanpa emosi. dan tiba tiba akan membuatnya begitu ketakutan seperti ini. kakak itu benar benar sosok yang tidak bisa dia ketahui sama sekali , begitu misterius.

"..." kakak menghela nafas. bisa kulihat bagaimana ia begitu lelah berlari tadi. dari pakaiannya yang basah dan sepertinya ia begitu saja berlari ke arah ruangan sekolah saat mendapatkan kabarku. aku tau itu. dari rambutnya yang biasanya selalu rapi kini tampak sedikit berantakan dan ia meninggalkan jam-jam pelajaran yang tidak pernah ia tinggalkan. kakak menyukai segala hal berbau ilmu pengetahuan.

aku menoleh. mendecih kesal. mencoba tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. paling ia hanya melakukannya atas sekedar statusnya sebagai seorang kakak dari adik yang menyebalkan. ia pasti begitu lelah harus berurusan dengan adik seperti dirinya. dengan segala pikiran itu aku mengabaikan hal yang dibuat kakak tanpa mau tau apa alasan sebenarnya dibalik itu.

"kenapa kau kesana?" kataku lagi. dia menatapku dengan wajah datar. lalu ia membelai rambutnya yang basah ke atas karena keringatnya itu. ia menatap ke arah ku dengan tajam yang hanya menatapnya dengan tatapan malas mencoba agar tetap cuek.

"kau adikku, saudaraku" serunya lagi dengan singkat. aku mengubah raut wajahku saat mendengar alasan itu. aku benci saat menyadari kalau aku dan dia harus bersaudara. lebih baik kalau aku tidak lahir sekalian. aku benci alasan itu dan tatapan datar seperti itu. ia tidak bisa mengerti apapun tentang kakak. kakak menghela nafas. dan mendekat ia memberikan sesuatu padaku.

"ini?" aku melihat ke arah mainan yang sudah lama ku-idamkan beberapa hari ini. Kakak sudah tau. darimana?.

"Selamat ulang tahun" katanya dengan sebuah senyuman tipis hangat.

dia sedikit berjinjit dan mengelus surai rambutku yang lebih tinggi darinya itu. seperti seorang kakak terhadap adiknya. aku terkejut saat ia melakukan itu. aku bahkan sudah lupa sejak kapan kami berdua bersikap seperti kedua saudara kandung. aku selalu berusaha menghindar darinya dan selalu berpikir kalau kakak tidak akan mempedulikan aku. aku melihat ke arah mainan itu dan kakak yang mulai menjauh dari sana. kakak melihat ke arah jam dan tampak sedikit sedih saat melihat jarum jam yang sudah berlalu sekitar dua jam mata pelajaran. aku melihat lagi ke arah itu. bahkan ia sendiri tidak mengingat kapan ulang tahunnya.

Apa...kakak memperhatikannya?.

***

Aku melihat ke arah jendela kamar yang menunjukkan bulan purnama. detik jam terus berdetak berjalan mengitari angka angka di dalam jam bundar itu. aku berbalik melihat ke arah kakak yang tidur lelap di sebelahnya. aku terdiam melihat wajah itu. wajah yang selalu terlihat begitu lelah. aku tidak tau kalau kakak akan tau hari ulang tahunnya. Padahal ia tidak pernah sekalipun peduli dengan saudaranya itu.

Mengarahkan salah satu tangannya mengelus perlahan surai halus milik kakak. sama seperti miliknya. mata merah, wajah dan rambut ini begitu mirip dengannya. mereka benar benar adalah sepasang saudara kandung. aku melihat kakak yang sama sekali tidak terganggu. ia tidak pernah sadar kalau kakak begitu dekat dengannya. ia selalu fokus hanya kepada dirinya sendiri.

"..." aku diam saja. melihat dengan kedua mata yang perlahan menyipit ketika melihat wajah kakak yang terlihat begitu lelah dari yang selama ini ia ketahui. ia hanya tau kakak yang begitu hebat dan bisa segalanya. sehingga tidak sadar kalau kakak begitu lelah akan semua itu. aku merasa bersalah ketika mengingat kalau aku memang selalu berpikir hal negatif pada kakak. aku selalu berpikir tentang apa yang aku selalu pikirkan tanpa tau kebenaran. ia benar benar sama dengan orang orang lain yang menilai dirinya.

"...m.." bahkan mengatakan satu kata itu saja ia masih tidak mau. ia benar benar anak yang nakal seperti yang dikatakan oleh semua orang. dia dan kakak begitu berbeda dan di segala arah. dialah yang merupakan orang yang tidak berguna. dan keberadaannya tidak lebih hanya sekadar adik dari kakaknya. bahkan ketika ia tidak ada pun, kakak yang akan terus bersinar dengan segalanya yang ia miliki. dan dia tidak ada. dia tidak bisa memberikan apapun yang bisa berikan seperti kakak. dia itu pecundang.

***

Aku melihat dengan kedua mata menatap tidak percaya saat ayah dan ibu kini tengah berdiri didepan ku saat kakak sedang les dan aku pulang setelah membolos. biasanya ayah dan ibu tidak akan pernah memperhatikan ku. mereka hanya akan mengabaikan dirinya saja dan hanya peduli pada kakak seorang saja. dan sekarang mereka berdua sedang berdiri di depannya dan saling menatap. aku tau ini pastilah tidak mungkin. aku tidak sebodoh itu sehingga mengharapkan sesuatu yang jelas tidak pasti.

"kenapa?, tumben sekali kalian masih menganggapku sebagai 'anak'?" seruku cuek. aku menatap kedua wajah orang tuaku yang tampak muram.

"eh..kau tau kan kalau misalnya kita memiliki beberapa utang..karena kami membutuhkannya untuk kebutuhan sehari-hari. kau dan kakakmu" seru ayah dengan ragu. aku menaikkan salah satu alis dengan malas. tidak, itu sudah jelas adalah sebuah kebohongan. ayah hanya mempedulikan kakak saja.

"jadi...kami membutuhkan mu nak!" seru ibu kali ini ia mendekat dan memegang kedua bahuku yang bahkan tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

"..." aku diam saja. malas menjawab.

"kami membutuhkan mu!, kau tau kan kalau kami ini membutuhkan uang untuk kalian berdua?" bujuk ayah. tapi aku tidak termakan. aku hanya diam saja melipat kedua tangan dengan cuek di depan kedua orangtuaku sendiri. yang mungkin tidak pantas disebut sebagai orang tua yang hanya memperhatikan satu anaknya saja.

"ck, dasar anak tak tau diri!. kau tidak tau kalau kami itu sudah bertahan dengan sifat-mu yang buangan!" seru ayah kehilangan kesabarannya.

"ta..tapi suamiku" seru ibu berusaha meredakan amarah ayah.

"Sudahlah!, kalau begini terus tidak akan berhasil!. kau tau kalau kau itu adalah anak yang sama sekali tidak berguna!, dan sekarang kami membutuhkan bantuan mu!, kau seharusnya sangat bersyukur!, kami tidak membuang anak yang gagal seperti mu!". aku tau hal ini sakit. tapi aku sudah mengira akan mendengat perkataan ini dari orang yang jelas jelas mengutuk kehadiran ku. aku ini anak bandel dan merupakan produk gagal dari kakak.

"kau harus melakukannya!, setidaknya dengan begini kau akan jadi orang yang berguna!" seru ayah marah.

"nak dengarkan kata ayahmu" mohon ibu kepadaku. aku hanya memalingkan wajah tidak peduli. "huh, gak" seruku dengan nada singkat. jangan harap kalau aku akan sebaik hati itu. kalian saja tidak pernah memperhatikan kehadiran ku sejak awal. hanya karena aku adalah anak kalian maka kalian terpaksa merawat ku. aku sudah tau akan hal itu. pemilihan kasih sayang. ya aku sudah tau dan hanya kakak yang akan selalu disayangi!.

"dasar anak ini!" seru ayah yang sudah marah besar. ia hilang akal dan mengangkat tangannya ke arah ku. aku membuka mata sejenak, kesamping saat mendengar suara ibu yang berteriak histeris. aku melihat ke arah tangan ayah yang dengan cepat mengarah padaku dan suara angin yang begitu berdesir kencang saat itu.

***

PLAK!

***

Aku terdiam saat melihat sosok kecil yang kini sedang melindunginya. mengantikan tamparan menyakitkan yang seharusnya mendarat padaku. kakak yang berbadan lebih kecil dariku itu dia melindungi ku dan ia memeluk ku dengan tubuhnya sendiri. aku terdiam ketika melihat kedua matanya yang biasanya selalu datar tenang. kini ia menatap tajam ke arah orang tua kami dan dia .... sekarang ada dipihak-ku.

"kenapa?" rasanya bibirku kelu. aku bisa mendengar dia menjawab dengan nada pelan yang hanya bisa didengar olehku dan aku terdiam seketika.

"karena kita adalah saudara"

***

Aku teringat bagaimana dulu aku yang begitu jahat padanya. aku mendorong kakak begitu saja karena mendapatkan hadiah karena berhasil bermain piano dan dirinya tidak mendapatkan apapun meksipun ia sudah berlatih keras tapi ia tidak bisa sehebat kakak. aku menangis meraung-raung di luar rumah.

"huweee, aku juga mau..." rengek-ku.

kakak lewat saat itu dengan sebuah mainan di tangannya. ketika melihat sang adik menangis. ia berhenti dan dengan begitu saja memberikan mainan itu pada aku tanpa berkata apapun. aku yang waktu itu terbakar rasa cemburu merasa iri. dan langsung mendorong kakak hingga ia terjatuh dan mainan itu ikut rusak di sebelahnya.

"aku gak butuh bekas dari kakak!" seruku tidak terima. dan aku berbalik pergi dari sana meninggalkan kakak.

Besoknya aku terkejut saat melihat ada sebuah mainan itu di sebelah tempat tidurnya yang sudah diperbaiki dan sebuah surat kecil bertuliskan maaf disana. aku melihat ke arah kakak yang kini sedang tertidur di sebelahnya. ia tampak memperbaikinya terlalu malam sehingga terlihat begitu lelah.

***

Aku sekarang melihat bagaimana untuk kedua kalinya kakak melakukan hal untukku. kakak melindungi aku dan kedua orang tua kami tampak kaget saat kakak ada disini yang seharusnya kakak sekarang berada di les.

"ka..kau?. kakak!. bagaimana kau bisa ada disini ,bagaimana dengan lesmu!". bahkan ibu hanya mempedulikan les dan tidak mempedulikan kakak yang terkena tamparan dari ayahnya.

"kau ini!, ugh bagaimana ini!. jika misalnya kau tidak les!. kau harus belajar dengan rajin nak. demi kami!" seru ayah lagi. mereka berdua adalah orang tua yang begitu individual.

"apa yang mau kalian lakukan kepada adikku?" tanya kakak dengan nada yang ditekankan tanpa menjawab perkataan dari kedua orangtuanya itu.

***

Adik...kata kata yang begitu familiar.

***

"Apa yang mau kami lakukan?. itu bukan urusanmu!, kau harusnya belajar!. kau ingin membanggakan kami kan!"

kakak tampak menggertak-kan gigi keras. ia menatap dengan kedua mata menatap dingin kearah depan.

"kami itu bersaudara!, tentu saja ini adalah urusanku!" seru kakak berteriak. aku terdiam lagi. rasanya bibirku terasa kelu saat ayah mengatakan lagi lagi hal itu dengan begitu mudahnya.

"saudara?!. ya kalian itu memang lah saudara. tapi adikmu sama sekali tidak berguna!. dan sekarang seharusnya ia bangga bisa menjadi berguna!"

"aku tidak mau!" seruku. aku tidak harus selalu diam lagi. dengan kedua mata melotot marah aku melihat ayahku.

***

Srek!

***

"kau harus mengantikan ayah untuk membayar semua utang ini!. kau sering bertengkar kan?. kemampuan mu akan berguna untuk bisa bertahan dari orang orang kuat itu!" seru ayah. ia dengan begitu saja melemparkan surat surat dimana utang utang berada. aku terdiam saat melihat lembaran surat itu yang bertuliskan namanya.

Apa... mereka menjual-ku?.

kakak tampak sangat marah saat melihat surat surat itu. dan sekali lagi ia berdiri dan mengambil lembaran surat itu dalam diam. dan ia melemparkan nya begitu saja di depan wajah ayah dan ibu didepannya dengan wajah dingin yang tampak mengerikan.

"kau mau melakukan ini pada adikku?, tidak bisa. aku sebagai kakaknya tidak akan pernah membiarkan hal itu. dan kami berdua akan pergi dari sini" seru kakak final. ia meraih tangan ku yang masih terasa kaku. dengan segala hal yang terjadi begitu saja hari ini. jadi ini alasan ayah yang selalu menahan ku dirumah padahal ia sama sekali tidak menginginkan ku adalah karena ia ingin menggunakan diriku sebagai kambing hitam untuk masalahnya.

"apa yang mau kau lakukan saat remaja seperti ini?!, hidupmu akan melarat!" seru ayah berusaha menarik kembali kakak ke dalam keluarga mereka.

kakak menoleh pelan ke arah samping melihat dengan kedua mata berwarna merah yang semakin menyipit sinis dan satu tangannya mengenggam erat lenganku seolah tidak mengizinkan aku untuk pergi kemanapun.

"tidak perlu, aku tidak mau kalau adikku terus mengalami penghinaan seperti ini!, dan aku keluar dari sekolah" seru kakak dengan suara pelan. aku terdiam untuk yang kesekian kalinya. rasanya ini baru pertama kalinya aku merasa tidak dapat melakukan apapun. sisi kakak yang baru pertama kali ia lihat. kakak yang begitu keren dan begitu luar biasa. kakak yang menganggapnya sebagai seseorang yang berharga.

"tapi bagaimana kau akan bertahan hidup disana?!" seru ibu kali ini.

kali ini kakak menekan kata katanya seraya tangannya menarik tangan ku untuk menuju pintu keluar rumah itu. aku bisa melihat bagaimana sosok kakak yang begitu luar biasa. ia adalah seorang kakak. dan aku baru sadar bagaimana pesona kakak yang selama ini tidak pernah kusadari dan aku tau kalau aku menjadi kagum dengannya.

Dia adalah pahlawanku. yang merupakan kakak dan saudara kandung ku saat ini dan seseorang yang rasaku jauh dan jauh lebih keren dari siapapun juga. Dia tampak begitu bersinar saat ini dan melepaskan ku dengan begitu gagah dari semua hal yang begitu menyesakan ini. bersama dengannya. ia membawaku. sebagai kakaknya, tidak. sebagai sepasang saudara kandung.

"Karena aku adalah... 'KAKAKNYA'..."

***

Fin 🌸🌸🌸

***