webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Wilayah suku Akez dan pria itu....

Setelah tiga hari tiga malam perjalanan, Cecile akhirnya tiba di wilayah Utara suku Akez. Ia tak dapat membayangkan bagaimana reaksi ayahnya dengan pelariannya ini.

Tapi ia sangat yakin betapa marah dan kecewanya ayahnya padanya.

Dan untuk Anne, ia berharap ayahnya tidak mencurigai sepupu perempuannya itu yang telah membantunya. Tapi kemungkinan itu sulit, ayahnya pasti mencurigai Anna saat ini. Semoga saja Anne bisa mengatasi semuanya dengan baik.

Kereta kuda itupun berhenti tepat di sebuah penginapan. Cecile pun turun setelah menyelesaikan biaya perjalanannya yang panjang pada si kusir.

Saat ini tengah malam. Hawa dingin sekitar nyaris menusuk hingga ke tulang.

Cecile mengenakan gaun putih polos yang ringan, tentu itu tidak cukup untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya angin malam.

Segera Cecile melangkah ke penginapan atau ia dapat masuk angin jika terlalu lama diluar.

Penginapan itu terdiri dari dua lantai. Tampak hidup dengan beberapa lentera tergantung didepannya. Dari bangunan nya yang sederhana dan sangat biasa, jelas ini bukan untuk kaum elite.

Tapi setidaknya itu sesuai dengan kondisinya saat ini. Penginapan kelas atas akan menghabiskan banyak koin perak bahkan emas, sedangkan koin perak yang tersisa di kantongnya tidaklah banyak. Jadi penginapan ini sudah lebih dari cukup untuk saat ini.

"Selamat malam! ada yang bisa kami bantu"

Seorang resepsionis cantik menyambut nya dengan murah hati, tangannya mengatup anggun didepan dada dan kepalanya sedikit membungkuk sopa kala mengulas senyum. Cecile membalas senyumnya dengan sopan. Dilihat dari warna kulit, itu adalah kuning Langsat khas suku Pataw. Ini adalah pertama kalinya Cecile melihat seseorang dengan warna kulit seperti itu.

Karena minimnya sosialisasi dengan dunia luar, ia tidak pernah bertemu dengan ragam suku lainnya kecuali Sukunya sendiri. Tapi ia ingat, hanya ayahnya Edwin yang pernah ia jumpai. Pria itu berkulit sawo matang yang merupakan khas suku Pataw juga.

"Malam! Bisakah saya memesan kamar untuk semalam?"

"Ah, sebentar!"

Wanita itu sedikit membungkuk untuk mengambil sesuatu di dalam laci meja. Setelahnya ia meletakkan sebuah kunci.

"Harga untuk satu malam penginapan hanya 50 keping perak. Penginapan kami hanya memfasilitasi sebuah kamar dan tidak untuk konsumsi atau lainnya. Selamat beristirahat!"

Katanya dengan sopan. Mengambil kunci itu Cecile menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Terimakasih"

"Biarkan staf kami yang mengantar anda"

"Em!"

"Seseorang..."

"Ya?" Seorang staf pria datang.

Setelah mendengarkan penuturan si resepsionis ia pun mengantarkan Cecile pergi ke kamarnya.

Itu berada di lantai atas, karena lantai bawah sudah penuh. Sepertinya banyak yang menginap di tempat ini walau tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai tapi harganya cukup ekonomis.

"Ini adalah kamar anda nona, selamat istirahat!"

Kata staf pria itu, selangkah mundur kebelakang ia membungkuk dengan sopan.

"Terimakasih!"

Dan staf itupun pergi.

Membuka pintu, ia melihat sebuah kamar kecil dengan satu kasur didalamnya. Itu sangat jauh jika dibandingkan dengan kamarnya yang luas dengan almari dan kasur yang besar.

Kamar ini sangat kecil dengan dekorasi yang sangat sederhana. Tapi setidaknya itu lebih dari cukup untuknya beristirahat dengan damai.

Setelah meletakkan tas disalah satu sudut kamar. Ia mendengar suara gemuruh dari tirai jendela.

Disana angin menderu masuk, menampar tirai putih jendela dengan keras. Sepertinya ini akan menjadi malam yang sangat dingin.

Tepat ketika ia hendak melangkah untuk menuntup jendela, tiba-tiba sesosok muncul menerobos jendelanya.

Tanpa sengaja menghantam tubuhnya hingga ia terbanting jatuh. Cecile sontak ingin menjerit tapi seseorang itu dengan cepat membekap mulutnya.

"Shh..diamlah!" Kata seseorang yang menindihnya. Itu adalah seorang pria dengan kulit putih khas suku Zeath.

Dibawah peraduan cahaya lilin, itu mengungkapkan kontur wajahnya yang sangat tampan.

Cecile dapat melihat bola mata birunya yang seperti kristal, itu tampak hidup dan berkilau. Sepasang alisnya yang tebal dan jembatan hidungnya yang sempurna, itu seperti tak lagi asing dalam ingatannya.

Menyadari kedekatan antar pria dan wanita itu adalah hal yang negatif, Cecile memperoleh kembali kesadarannya. Setelah terhipnotis beberapa saat dengan wajah pria itu yang entah bagaimana sangat menyihir.

Melihat mulutnya yang masih di bekap. Cecile tanpa ragu menggigit tangan yang membekap mulutnya dengan keras.

"Argh.."

Refleks tangan pria itu terlepas dari mulutnya. Dengan begitu Cecile dapat dengan bebas berbicara.

"Siapa kau? kenapa kau dengan tidak sopan nya masuk ke kamar ku" Mengibaskan tangannya keudara beberapa kali, pria itu tidak lagi mengeluh sakit.

Bukannya bangun ia malah semakin menindihnya. Bola mata birunya yang berkilau, itu kemudian berkilat tajam mengekspresikan sesuatu yang nakal.

"Nona itu salahmu karena membiarkan jendela kamarmu terbuka, seseorang dapat dengan bebas masuk. Jadi, salahkan kecerobohan mu sendiri!"

"Kau..."

Tepat ketika Cecile bersiap untuk mengangkat lututnya yang terjepit untuk menendang pria itu. Tapi pria itu mendadak bangun. Sambil berdiri ia mengangkat Cecile pergi dalam pelukannya.

Dengan marah Cecile memukul tubuh pria itu, meronta-ronta dan memintanya untuk menurunkannya.

"Kau bajingan! Cepat turunkan aku.."

"Ah, gadis kenapa kau begitu kasar aku hanya membantu mu untuk berdiri" Katanya dengan tampang tertindas.

Padahal pria itu sudah jelas sedang menggodanya. Tapi masih saja tidak ingin mengakuinya?

Anne mungkin benar, itu sangat berbahaya bagi gadis rumahan seperti nya yang tidak begitu mengenal dunia luar memutuskan untuk melarikan diri. Cecile tidak tau harus menyesali keputusannya sekarang atau tidak.

"Kalau begitu cepat sekarang lepaskan aku dan kau segera keluar dari kamar ku"

"Nona.. sepertinya untuk sekarang aku tidak bisa..."

"Apa katamu, ahhh..."

Mendadak pria itu membawanya kekasur. Karena Cecile yang tidak bekerja sama, Mereka pun jatuh dan saling berguling hingga terbalut dalam selimut putih tebal membuat keduanya terperangkap seperti kepompong.

"Kau- apa-apaan yang kau lak-" Pria itu dengan cepat menundukkan kepalanya untuk menekan bibir gadis dibawahnya agar berhenti berbicara.

Karena tangannya yang terperangkap dalam selimut ia tidak dapat dengan leluasa melakukannya. Karena itu ia menggunakan dahi kepalanya untuk menutup mulut gadis itu.

Cecile tersentak dan jelas ingin memberontak tapi pria itu berkata dengan tegas dan tidak lagi bermain-main seperti tadi.

"Ada beberapa orang lagi yang akan melompat kemakar mu. Untuk membuat mereka pergi, aku mohon kerjasama mu"

Pria itu memang tidak bohong. Segera sekelompok pria melompat kedalam kamarnya. Mereka mengenakan jubah berbulu bewarna putih dan sebagiannya lagi hitam. Itu tidak terlihat seperti bulu domba, tapi dalam situasi seperti ini ia tidak dapat memperhatikan sekelompok pria itu dengan jelas. Cecile tidak mampu melihat ekspresi pria itu karena kepalanya menunduk dan menekan bibirnya. Tapi kali ini karena rasa takutnya, ia memutuskan untuk kerjasama dengan pria itu.

"Si-siapa kalian? kenapa menerobos kekamar seseorang tanpa permisi, sangat tidak sopan!" Kata Cecile dengan suara yang terdengar sedikit marah.

Di samping itu ia merasa sedikit canggung dengan posisinya seperti ini.

"Maaf nona sepertinya kami akan menggeledah kamar anda" Kata salah seorang dari mereka. Merajut alisnya Cecile berkata dengan marah. "Tidak bisa! Ini sangat menganggu privasi. Keluar atau aku akan berteriak" Ancamnya, sebenarnya dalam hati ia merasa takut. Dia hanyalah seorang gadis kecil bagaimana mungkin dapat dibandingkan dengan sekelompok pria.

Tapi mengingat ada pria asing yang tengah bersamanya ini, entah kenapa ia tidak begitu mengkhawatirkan nya. "Nona kalau begitu apakah anda melihat seseorang melompat masuk kekamar mu?" Pertanyaan itu datang dari orang yang sama yang mengatakan ingin menggeledah kamarnya. Cecile menebak, pria itulah pemimpin kelompok itu.

"Tidak!"

"Itu tidak mungkin, penciuman kita tidak mungkin salah" Sela salah seorang lainnya.

"seseorang itu---" Akhirnya pria yang Cecile kira sebagai pemimpin regu, sepertinya mulai curiga. Pria itu menatap kepada pria yang terperangkap bersamanya dalam selimut. Entah bagaimana Cecile dengan refleks mengatakan dengan lantang.

"Ini adalah suamiku, ia sangat lelah dan tertidur. Kalian tidak diizinkan mengganggu nya"

"Ah, apakah mungkin kita sedang dipermainkan?"

"Sepertinya begitu, mungkin saja kita dikelabui"

"Yang mulia sangat lihai..."

Akhirnya kelompok itu saling berdiskusi satu sama lain. Cecile sama sekali tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan. Cecile hanya berharap mereka segera pergi dan ia dapat segera keluar dari situasi canggung ini.

"Maaf nona menganggu istirahat malam anda, kalau begitu kami permisi"

Dan sekelompok pria berjubah bulu hitam dan putih itupun kembali melompat keluar dari jendela. Padahal kamar ini berada di lantai dua tapi mereka sepertinya sangat terlatih melakukan nya. Sebenarnya siapa mereka?

Setelah kepergian sekelompok pria aneh itu, akhirnya Cecile dapat bernafas dengan lega. Pria itu tak lagi menekan dahinya di bibirnya. Tapi kali ini wajahnya terangkat sempurna, dengan senyuman menggoda ia berkata.

"Nona ternyata anda sangat pandai bermain!"

Kali ini Cecile terdiam. Akhirnya ia menangkap sesuatu dari ingatannya. Menatap sekali lagi pada kontur wajah yang begitu tampan dan mata biru kristal nya yang menakjubkan. Cecile kembali melayang pada malam festival akhir tahun dan tarian pedang. Seketika ia tersentak kaget. Pria itu...

Pria itu adalah yang memainkan tarian pedang di malam festival akhir tahun. Ah, Cecile tidak akan pernah mengira bahwa ia masih menyimpan wajah itu dalam ingatannya dan mereka dapat dipertemukan kembali dalam situasi yang tak terduga seperti ini.

"Gadis kenapa kau diam? apakah kau baru menyadari betapa tampannya aku sampai begitu terpukau seperti ini?"

"Kita pernah bertemu sebelumnya" Cecile tak lagi menanggapi kata-katanya tadi yang terdengar sedikit narsistik.

"Apa katamu?"

"Kau adalah pria yang membawa tarian pedang pada malam festival akhir tahun itu kan?"

___