webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Malam festival akhir tahun

Di wilayah barat negeri Whitackrest. Tempat kediaman suku Zeath berada. Sebuah festival akhir tahun diadakan dengan sangat meriah. Lampion warna-warni bergelantungan di pepohonan pinggir jalan. Dan pasar malam sangat berbeda untuk malam ini.

Dimana para pedagang jauh lebih aktraktif dari pada biasanya. Beberapa dari mereka ada yang menampilkan pertunjukan yang berhasil menarik minat pembeli.

Seperti di salah satu tenda penjual pedang. pedagang itu dengan murah hati menampilkan aksi tari pedang nya yang berhasil menarik minat pengunjung.

Pemuda itu dengan gesit memutarkan pedangnya kebelakang, mengayunkan nya ke depan dan melemparkannya ke udara.

Pedang itupun berputar, sedikit melibas sinar perak rembulan yang memantul diujung nya dan mendarat sempurna di tanah dengan ujung pedang yang menancap ke bumi.

Sangat sempurna!

Seluruh pengunjung memberi tepukan yang meriah untuk pertunjukannya. Termasuk Cecile yang juga menikmati pertunjukan tersebut dari kejauhan. Kedua tangannya yang lentik bertemu untuk memberi tepukan, dengan mata yang terus menatap pada pedang itu.

Pertunjukan itu sangat mempesona nyaris merebut kesadarannya untuk sesaat.

Puk!

Seseorang memukul pundaknya. Cecile tersentak dan menoleh pada gadis yang baru saja datang di sampingnya.

"Apa yang kau lihat?"

Itu adalah Anne sepupu perempuannya yang berharga. Berkat perjuangannya lah ia berhasil keluar malam ini.

"Ah, kau sudah selesai membeli jajanan?" Cecile melihat beberapa kantong jajanan di tangan Anne.

"Ya, kau mau beberapa?" Anne mengangkat kantong jajanannya pada Cecile menawarkan.

"Nanti saja, ayo kesana dulu!"

Segera Cecile menarik pergelangan tangan Anne dan menyeret gadis itu ke tenda tempat ia melihat tarian pedang tadi.

Anne yang diseret hanya menurut saja kemana gadis itu membawanya.

Sampai disana, orang-orang baru saja bubar. Hanya tinggal beberapa saja dari mereka yang berniat untuk membeli pedang.

"Untuk apa kita kemari?" Anne bertanya.

"Sebentar saja!"

"Jangan lama! Pertunjukan perahu serabut kelapa sebentar lagi akan dimulai. aku ingin melihatnya"

"Em!" Cecile mengangguk dan melangkah pergi ke stan penjualan pedang itu.

Seorang pemuda yang melakukan aksi pedang tadi. Sekarang tengah sibuk melayani beberapa pembeli. Ia memiliki senyum yang ramah.

Cecile dapat melihat kontur wajahnya yang nyaris sempurna. Garis alisnya yang tebal, jembatan hidungnya yang menawan, sepasang mata biru seperti kristal dan rahang wajahnya yang kokoh.

Pria itu sungguh memiliki wajah yang sangat menawan.

Jika tadi Cecile terpesona dengan aksi pedang nya. Sekarang ia malah terpesona dengan ketampanan pemuda itu.

Pemuda itu baru saja menyelesaikan jual beli dengan pembeli yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya dan tanpa sengaja mata mereka bertemu.

Menyadari itu Cecile segera menundukkan kepalanya. Tangannya dengan canggung menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

Setelah para pembeli bubar, segera lapak itu mulai sepi. Mengangkat kembali wajahnya, Cecile melihat pemuda itu seperti hendak menutup stan penjualannya.

"Permisi?" Cecile melangkah lebih dekat ke sana dan memberanikan diri untuk berbicara.

"Ah kau juga ingin membeli?"Tanya pemuda itu.

"Ah tidak, itu---" Cecile menjawab dengan malu-malu.

"Lalu apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pemuda itu lagi. Mengangkat salah satu alisnya, matanya menatap lurus kearah gadis didepannya.

"Permainan pedang mu tadi cukup bagus, aku sangat terkesan"

Sesaat pemuda itu melongo menanggapi pujiannya yang sangat langsung. Ia bingung untuk merespon seperti apa. Baru saja separuh mulutnya terbuka untuk mengatakan sesuatu.

Tapi mendadak Anne datang menarik lengan Cecile untuk mengajaknya pergi.

Melihat itu, pemuda itu kembali mengatupkan mulutnya.

"Ayo kita pergi, acaranya akan dimulai" Anne terus memaksa Cecile untuk bergegas pergi.

Cecile separuh linglung, melirik sekali ke pemuda itu dan Anne. Masih ada yang ingin dibicarakan nya dengan pemuda itu tapi Anne terus mendesaknya pergi.

"Em baiklah, ayo!" Cecile pun mengiyakan.

Sebelum pergi, Cecile sekilas menoleh pada pemuda itu dan mereka saling bertukar senyum.

Dengan begitu mereka pergi ke danau dimana puncak festival yang paling indah dan yang paling ditunggu ada disana.

Dimana mereka akan mengambil beberapa perahu kecil yang terbuat dari sabut kelapa. Disana mereka akan menaruh lilin dan secarik kertas mimpi yang sudah mereka tulis diatasnya. Dengan begitu perahu dari sabut kelapa itu di hanyutkan ke danau. Membawa ribuan mimpi orang-orang.

"Bagaimana dagangannya?"

Setelah dua gadis itu. Salah seorang pria berkulit gelap mendatangi pemuda itu.

"Menghasilkan banyak keping perak"

Jawabnya sembari mengangkat sekantong keping perak yang sangat banyak.

Melihat itu, pemuda berkulit coklat gelap tersenyum sangat puas.

"Yang mulia!" Kata pria berkulit coklat gelap itu dengan hormat.

"Terimakasih untuk bantuannya"

___

Cecile dan Anne sudah mendekati area sekitar danau. Mereka dengan gesit membelah keramaian untuk bergegas ke tepi.

Danau itu sudah sangat indah oleh ribuan cahaya lilin diatasnya. Banyak orang yang sudah melayarkan perahu mimpi mereka.

Beberapa pasangan saling berangkulan hangat untuk menyaksikan panorama itu.

Beberapa keluarga berkumpul untuk menyaksikan keindahannya.

Malam yang terang oleh rembulan, semakin gemilang dengan titik-titik cahaya lilin di danau. Cahaya kuning itu memantul sangat menawan di danau. Refleksi yang menyejukkan banyak mata.

"Butuh perahu sabut kelapa?" Tawar seorang kakek. Malam ini ia menghasilkan banyak perahu sabut kelapa yang sangat laris terjual.

"Berikan dua untuk kami" Seru Anne semangat. Gadis itu baru saja jatuh cinta beberapa hari yang lalu. Ada mitos yang sangat tersohor dimalam festival akhir tahun.

Konon katanya jika kau menulis seseorang yang kau sukai di perahu kecil mimpi mu dan melayarkan nya ke danau. Maka orang itu akan membalas cinta mu.

"Kau mempercayai mitos itu?" Cecile juga menuliskan kertas mimpinya. Tapi itu hanya untuk kesenangan semata.

"Sangat!" Jawab Anne sembari menerima dua perahu sabut kelapa yang sudah siap dengan lilin diatasnya. Anne pun mengeluarkan beberapa keping perak untuk membayar. Lalu ia menarik Cecile untuk lebih dekat ke tepi danau.

"Ambil satu untuk mu" Anne memberi salah satu perahu sabut kelapa nya untuk Cecile dan ia bergegas meletakkan kertas mimpinya diatas perahu satunya.

Dengan begitu Anne berjongkok ke tepi dan meletakkan perahu sabut kelapanya di atas danau. Dan perahu kecil dari sabut kelapa itupun berlayar membawa nama pria yang dicintainya.

Anne menatap pelayaran kecil itu penuh harap. Mengharapkan mitos itu benar dan cintanya terbalaskan.

Cecile juga baru saja meletakkan perahu nya.

Melihat itu Anne dengan tak sabar bertanya.

"Apa yang kau tulis?" Anne sangat penasaran dengan apa yang dimimpikan sepupu perempuannya yang sepertinya sama sekali tidak memiliki mimpi apapun. Sejauh ini hidupnya seperti daun kering yang menurut saja kemana angin berhembus meniup nya pergi.

"Bukan sesuatu yang serius" Jawab Cecile begitu saja dan berkedik bahu.

"Apa itu?" Mata hitam bulat Anne berbinar, masih mengungkapkan rasa penasarannya.

"Hanya untuk bersenang-senang" Jawab Cecile santai.

"Iyaa, apa itu?" Tekan Anne merasa tak sabar.

"Aku ingin bertemu dengan manusia serigala"

"Apa?" Mata Anne terbeliak lebar dengan bibir separuh terbuka. Masih waras kah sepupu perempuannya ini?

"Kenapa kau bereaksi berlebihan seperti itu. Ini hanya untuk bersenang-senang" Cecile menjelaskan dirinya. Dan perlahan bola matanya yang coklat keemasan, mendadak berkaca-kaca.

"Lagipula aku sama sekali tidak punya sesuatu yang serius untuk ku mimpikan" Berhenti sesaat, menarik nafas berat dan menghembuskan nya ia melanjutkan.

"Bukankah seharusnya begitu?"

Tidak seperti Anne, sebagai putri dari kepala suku ia memiliki kehidupan yang begitu banyak di atur. Semua untuk menjaga kehormatan nama ayahnya. Karena itu ia terlalu takut untuk memimpikan sesuatu.

Bagaimana jika ayahnya berkata tidak pada mimpinya? Ia takut membentuk harapan yang nantinya kandas begitu saja. Karena ia dapat membayangkan betapa sakitnya itu.

Anne mengerti dengan perasaan Cecile. Mereka tumbuh bersama sejak kecil tentu ia memahami betapa monotonnya hidupnya yang selalu diatur sejak kecil.

"Tapi kenapa mendadak manusia serigala? dari mana kau mendengar lelucon itu?"

___