webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Kau berani memukul seorang pangeran?

"Itu kau Arthur"

Cecile tidak tau apa yang terjadi. Ia merasakan seluruh tubuhnya nyaris seperti kapas. Terkulai lemah dan sama sekali tidak memiliki tenaga. Kepalanya terasa sedikit pusing. Setelah terbangun dari mimpi masa lalunya bersama sang ibu, apa yang dilihatnya pertama kali adalah Arthur, ekspresi wajah nya yang panik dan kacau!

'Sebenarnya apa yang sudah terjadi padaku?'

Rasanya ia hanya tertidur sebentar dan terbuai oleh mimpi sesaat, tapi kenapa pria ini menyambut kesadaran nya seperti menyambut seseorang yang baru saja bangkit dari kematian?

"Ah, aku pikir aku sudah kehilangan mu" Cecile merasakan seseorang merengkuh tubuhnya. Tangan kekar yang mendorong kepalanya lembut, untuk bersandar pada dada bidang nya. Sekujur tubuhnya di dominasi oleh lengan kokoh pria yang mendekapnya hangat.

"Arthur!" Cecile terkesiap. Kesadaran nya sudah sepenuhnya pulih. Ia dapat merasakan detak jantung pria itu yang bergemuruh. Deru nafas hangat nya yang berhembus di atas kepalanya. Dan aroma kayu cendana dari tubuhnya yang sangat menenangkan. Sudah lama sejak terakhir kali ia mencium aroma itu

"Bagaimana perasaan mu sekarang?" Arthur membelai lembut rambut panjang nya yang basah. Cecile akhirnya menyadari bahwa separuh tubuhnya terendam di dalam air danau yang hangat.

"Jauh lebih baik"

Arthur meletakkan dagu nya dengan lembut di atas kepala Cecile sembari tersenyum penuh syukur. la nyaris merasakan dunia nya berhenti berputar ketika ia berpikir akan kehilangan gadis itu. Tapi kini gadis itu berada dalam dekapan nya. Ia dapat merasakan detak jantung serta deru nafas nya dan semua itu sungguh nyata. Gadis dalam dekapan nya ini masih hidup, masih bernafas, masih berada di sini bersama nya untuk saling berbagi oksigen sekitar.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Cecile mendongak keatas, untuk melihat raut wajah pria itu. Ia dapat melihat eskpresi ketakutan yang bercampur kelegaan mendominasi wajah nya yang tampan.

"Kekuatan mawar dalam tubuh mu kembali bereaksi "

"Oh!" Cecile belum sepenuhnya mengerti tentang apa itu kekuatan mawar.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika itu bereaksi dalam tubuh mu? Apakah kau tau jika aku terlambat sedikit saja tadi, mungkin kau akan-" Arthur tak kuasa melanjutkan kata-katanya lagi.

Cecile cukup sensitive untuk menangkap getaran rasa takut dalam suara Arthur. Ia sadar, pria itu sangat mengkhawatirkan dirinya. "Aku tertidur dan sama sekali tidak merasakan apapun" Bahkan ia sampai terlupa dengan dingin yang nyaris membekukan tubuhnya pada saat mereka masih di tempat penuh es itu.

Melepas pelukan nya, Arthur perlahan menarik tubuh Cecile dari air, kemudian mengangkat nya. Cecile refleks mengalungkan kedua tangan nya di leher pria itu.

Arthur berjalan ke sebuah pohon besar yang rindang. Seiring langkah pria itu membawanya, Cecile dapat dengan jelas mendengar deru nafasnya yang terdengar sedikit lelah. Memperhatikan wajahnya dengan jarak yang lebih dekat, ada titik-titik keringat di pelipisnya. Hingga ketika tatapan nya jatuh ke bibirnya, ia menemukan bercak darah di sana.

"Kau menggigit bibir mu?" Cecile mengulurkan tangannya keatas, menyentuh bibir bawah pria itu. Mengusap bercak darah di sana dengan lembut.

Arthur terkesiap. Ketika jemari lentik itu menyapu bibirnya lembut, seperti ada esensi aneh yang di terimanya. "Tidak"

Sesampai di depan pohon besar itu, Arthur perlahan menurunkan Cecile kebawah, menyandarkan nya pada pohon besar yang rindang.

"Lalu kenapa ada darah di bibir mu?"

Arthur mengangkat salah satu pergelangan tangan nya yang terluka. Masih ada sisa darah di sana yang belum sepenuhnya berhenti mengalir.

Cecile yang melihat itu terus terkejut. "Bagaimana bisa pergelangan tangan mu terluka?"

Cecile menarik pergelangan tangan Arthur yang terluka itu, lalu memperhatikan nya lekat-lekat.

"Aku sengaja melukai tangan ku, untuk memberikan darah ku untuk mu" Jelas Arthur, melihat Cecile yang begitu memperhatikan luka nya. Entah kenapa ada rasa hangat yang menelusup kedalam hatinya.

"Untuk ku?"

"Setiap kali kekuatan mawar dalam tubuh mu bereaksi, itu akan membutuhkan darah dari bangsa ku untuk mengendalikan nya. Jika tidak, kekuatan itu akan melahap habis darah dalam tubuh mu dan kau bisa saja mati karena kehabisan darah"

Cecile tercengang. Ia tak akan mengira, keputusan nya untuk membantu gadis berambut merah yang ia temui di hutan saat itu dalam urusan percintaan. Akan membawanya dalam situasi serumit ini.

"Sekarang akhirnya kau sadar, keputusan konyol yang kau buat nyaris hampir menjerat mu dalam kematian!"

"Terimakasih" Cecile menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum tulus kearah Arthur.

"Aku sungguh tak tau harus membalas kebaikan mu seperti apa" Padahal mereka hanya beberapa kali bertemu. Bahkan hubungan sebatas teman saja tidak ada diantara mereka.

Cecile menyobek lengan baju nya yang tipis, lalu digunakan untuk membalut luka Arthur. Gerakan nya cukup pelan, lembut dan wajah cantik nya terlihat sangat serius. Arthur merasa di manjakan dengan pemandangan itu.

"Bagaimana dengan mengabdikan seluruh hidup mu pada ku?"

"Apa?'' Cecile baru saja selesai membalut luka pria itu dan mengikat nya dengan rapi. Tapi pernyataan pria itu membuat nya sungguh terguncang.

"Tidak, aku hanya bercanda!"

"Kau!" Cecile dengan kesal memukul lengan Arthur, tapi pria itu dengan sigap menahan pergelangan tangan nya. "Kau berani memukul seorang pangeran?"

Cecile terkesiap. Melihat eskpresi serius pria itu, membuat nyalinya menciut. Ia tak seharusnya melakukan hal konyol seperti itu setelah mengetahui identitas pria itu yang merupakan seorang pangeran. Memukul seorang pangeran dari bangsa manusia serigala, kau ingin bunuh diri? Rasanya ia ingin menangisi kebodohan nya.

"Hukum memukul anggota kerajaan di bangsa ku, adalah potong tangan. Kau mau kehilangan tangan mu?"

"A-aku, "Bulu mata Cecile bergetar ketakutan. Ia memasang tampang yang ingin menangis dan memohon seakan berkata, 'Aku sungguh menyesal, maafkan aku!' Ia pun menundukkan wajahnya, menghindari tatapan tajam pria itu padanya.

Arthur meraih dagu Cecile dan mengangkatnya. Membuat wajahnya yang tertunduk, menghadap kearah nya. Ia dapat memperhatikan dengan jelas ketakutan pada wajah cantiknya.

"Aku hanya bercanda!" Katanya kemudian.

"Bwahaa..haa" Ia tak sanggup untuk tidak tertawa, menyaksikan tampilan gadis itu saat ini yang baginya terlihat sangat lucu.

Cecile masih tidak bergeming. Bercanda katanya?

"Kenapa kau menanggapinya begitu serius?" Kata Arthur di sela-sela tawa keras nya.

"Bercandaan mu tidak lucu sama sekali" Ketus Cecile.

"Ayolah, jangan kesal begitu! Aku kan sudah bilang, aku hanya bercanda" Tidak tau kenapa, ia merasa sangat senang setiap kali mengusik gadis cantik yang ada di hadapan nya ini.

Matahari bersinar sangat terik, angin bertiup menyejukkan. Menggoyangkan pepohonan di sekitar mereka, Arthur perlahan menguap, ia merasa mengantuk.

"Kau ingin tidur?" Cecile tau pria itu terlihat sangat kelelahan.

"Ya!" Arthur sungguh sangat ingin berbaring dan tidur dengan pulas.

"Tidurlah disini!" Cecile menepuk pangkuan nya.

Arthur sama sekali tidak menolak tawaran itu. Ia pun perlahan menidurkan kepalanya di atas pangkuan gadis itu. Meluruskan tubuhnya senyaman mungkin, ia memejamkan kedua matanya.

Angin bertiup lirih. Ia pun perlahan tertidur.

"Aku tau kau sangat kelelahan" Kata Cecile sambil mengusap pucuk kepala pria itu dengan lembut.

"Aku senang kita bertemu lagi" Jari-jemarinya mnenelusuri permukaan wajah pria itu, yang sudah tertidur pulas di pangkuan nya.

"Dan aku yakin "Lirihnya sambil memperhatikan lekuk wajah tampan di bawahnya. "Ada sesuatu di balik takdir yang indah ini"

Hanya saja sesuatu itu belum datang menghampiri mereka. Apapun itu, Cecile berharap itu adalah hal yang baik.

___