Beberapa menit kemudian lea memberhentikan mobilnya
"turun!" teriak lea pada Kevin
Sejak tadi Kevin memejamkan matanya karna ketakutan.
Nite bar? Gumam Kevin saat membuka kembali matanya
"kenapa kita kesini?" Tanya Kevin sambil keluar mengikuti lea yang memasuki nite bar
"hei lea.. jawab aku" Tanya Kevin lirih, badannya masih gemetaran karna laju mobil yang dikemudikan lea begitu kencang, aku seperti mengalami de javu, kak alice dan lea sama-sama gadis yang aneh dalam hal mengemudikan kendaraan. Mereka selalu mengemudi melewati batas.. untung jantungku tidak copot.
"hei lea apa kau mau minum-minum di siang bolong seperti ini? apa ada sesuatu yang terjadi? Aku dengar kau baru saja tiba kemarin" sapa Kevin namun gadis di hadapannya itu tidak menghiraukannya dan asik mengambil botol demi botol wine dan juga minuman keras lain kesukaannya.
"apa kau hanya akan berdiri disitu saja? Cepat tuangkan untukku" teriak lea pada Kevin.
"eh tapi.. bos pasti akan memarahiku jika tau kau.." kata Kevin ragu.
"ck.. baiklah jika kamu tidak mau menuangkannya aku sendiri yang akan menuangkannya" lea mengambil sebotol wine dan menuangkan ke gelas dan meminumnya dengan Kevin yang duduk di hadapannya.
Tegukan demi tegukan lea habiskan tanpa bicara membuat Kevin semakin cemas, terlihat pipi menggemaskan gadis cantik itu mulai memerah, aura gadis itu semakin dingin dan menyeramkan membuat Kevin ingin segera kabur.
"hei Kevin aku mendengar suara minuman dan gelas apa kau minum disiang bolong seperti ini?" teriak dean dengan nada keras sambil menuruni tangga.
"apa kamu tidak takut lagi dengan kemarahan bosss" perkataan dean semakin melemas saat dia menyadari Kevin dengan seseorang dihadapannya dan gadis itu adalah…
"lea?" Tanya dean kaget. Kevin hanya menyeringai gugup ke arah dean dan tatapan matanya seakan mengatakan (dean selamatkan aku)
Ekspresi dean juga menjadi gugup takut jika lea menyadari keahadirannya, dean terdiam beberapa saat tapi lea tidak menoleh ke arahnya
Untung lea tidak menyadariku.. Kevin aku pergi dulu ada yang harus ku kerjakan.. bye~~~ suara dean pelan dan terlihat senang, dia mulai melangkah sedikit demi sedikit meninggalkan nite bar.
Sialan dean! Jangan tinggalkan aku sendiri disini rengek Kevin dalam hati
"ada apa?" suara lea memecahkan keheningan ruangan itu.
"eh hehe tidak apa-apa.." Kevin masih duduk manis di hadapan gadis cantik itu seperti seorang murid yang berhadapan dengan kepala sekolah yang killer. Dari sekian banyak wanita yang di kenal dean dan Kevin lea adalah gadis satu-satunya dengan kejahilan dan juga ketangkasan yang kuat. Pernah suatu waktu Kevin menangis karna kejahilan lea, yaitu mengurung Kevin diruangannya bersama dengan buaya dan ular karna Kevin tidak ingin keluar dari ruangannya itu.
"apa kau tidak merindukanku tikus tanah? Apa kau juga memiliki gadis cantik sebagai wanitamu sekarang?" Tanya lea dengan nada jenuh dan kesal, terlihat alcohol mulai berdampak pada tubuh ramping lea.
"eh? Lea hentikan kamu sudah menghabiskan satu botol wine dan juga wisky" kata Kevin dengan nada panic namun tetap dalam posisi duduk tegap tidak berani bergerak
"hahaha lalu kenapa? Apa kau juga akan meninggalkanku?~ aku baru pergi beberapa tahun namun kalian sudah mulai mengacuhkanku" ucap lea yang mulai tidak karuan
"lea.. ayolah kau sudah mabuk"
"tidak.. aku tidak mabuk aku baik-baik saja" jawab lea sambil terus menuangkan minuman ke gelasnya yang kosong.
Pasti telah terjadi sesuatu di rumah bos pagi ini, apa mungkin lea bertemu dengan alice? Aku harus menelfon kakak kalau begitu.
"aku akan mengambilkan minuman lagi untukmu dan juga jaket" lirik Kevin karna lea masih dengan baju olahraganya yang sexy membuat Kevin tidak nyaman. Kevin dengan segera meninggalkan lea sendiri dan menelfon alice
"halo" jawab alice dari balik panggilan Kevin
"halo kak, apa terjadi sesuatu pagi ini? tadi aku baru sampai gerbang rumah bos tapi lea membawa ku pergi lagi"
Oh jadi lea bersama Kevin sekarang syukurlah..
"halo kak! Apa kamu mendengarku?" Tanya Kevin sambil memperhatikan lea di sudut sana.
"eh.. iya tadi mereka bertanding di ring tinju, dan mereka tidak seperti sedang bermain biasa melainkan betarung dan lea pergi begitu saja setelah memukul leon terus menerus" jawab alice sedikit cemas
"oh begitu.. lalu bagaimana keadaan bos?" memang tidak ada yang bisa mengalahkan wanita yang sedang marah.. bbrrr menyeramkan pikir Kevin sambil membayangkan bosnya yang dipukuli lea
"dia sedikit lebam, sekarang dr. ryan sedang mengobatinya di kamar" jawab alice sedikit bingung
"Kevin! Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya alice lagi
"eh.. tidak ada apa-apa kak kamu tidak perlu cemas" maaf kak aku tidak bisa menceritakannya padamu.
"oya kak aku sudah mendapatkan data sekolah les seni kemarin dan benar saja ada datamu disana, kira-kira beberapa tahun lalu kamu mendaftar sebagai salah satu murid seni lukis disana kak"
"benarkah? Berarti benar dugaanku, trimakasih Kevin" alice semakin tidak sabar untuk mendatangi tempat itu lagi dan mencari tau
"tidak perlu berterimakasih kak, oya kak aku harus segera kembali pada lea.. nanti aku kabari lagi"
"oke baiklah, tolong jaga lea.." panggilan itu berahir.
"siapa?" Tanya leon yang sedang terbaring di tempat tidur dan mengusap sedikit bibirnya yang berdarah
"Kevin.. dia memberitahuku kalau lea sedang berada bersamanya" alice menghampiri leon dengan senyumnya yang cemas
"apa sakit?" tangan gadis itu memegang memar di pipi leon dengan lembut
"ya sedikit, tapi jika kamu menciumnya kurasa lebabnya akan sembuh" leon tersenyum sambil melirik alice.
"hais! Jangan bercanda" alice memukul pelan pipi leon yang lebam
"aduh" seringai leon
"leon.. sebenarnya apa yang terjadi tadi padamu dan lea?" Tanya alice dengan raut wajahnya yang sedih, melihat alice yang sedih leon merasa bersalah
"jangan khawatir.. dia hanya sedikit marah padaku" pria tampan itu berkata sambil tersenyum dan mengelus rambut alice lembut.
"kenapa ?"
"tidak apa-apa" yakin leon pada alice. Mata coklat jernih lelaki itu membuat alice mempercayai leon tanpa bertanya lagi
"baiklah kalau begitu"
Knock knock knock..
"tuan aku membawa kompresan dan obat luar untuk luka anda" ucap pak li
"masuklah pak li" jawab alice. Lelaki tua itu masuk dengan penuh kesopanan
"biar aku saja yang memberikan obatnya" sambung alice
"baik nona…"
"oya pak li, dimana paman?" aku baru ingat, karna terlalu panik dengan keadaan leon aku langsung saja meninggalkannya
"tuan sudah pergi karna ada rapat yang harus dia hadiri" jawab pak li
"oh begitu.. baiklah"
"jika begitu saya permisi dulu, saya akan menyiapkan makan siang untuk kalian"
"trimakasih pak li" jawab leon dengan suara khasnya yang maskulin tapi ada sedikit kesakitan karna bibirnya sedikit berdarah akibat pukulan lea tadi.
"oke aku akan menaruh obat luar ini, tahan ya walau sedikit perih" alice mulai mengoleskan obat itu di tepi bibir leon. wajah gadis itu sedikit lebih dekat dengan bibir leon membuatnya melihat dengan jelas betapa sexy san juga menggodanya bibir pria tampan itu.
Jantung alice sedikit berdetak lebih cepat, dia buru-buru mengoleskan obat itu
"aw.." teriak leon
"eh apa itu sakit?"
"ya.. kau menekannya dengan keras, apa salahku?" canda leon sedikit manja
"hehehe maaf.." jika aku tidak mengoleskan dengan cepat ntah apa yang akan kulakukan dengan melihat bibirmu yang sexy itu leon. aish! Apa yang aku pikirkan! Sadarlah alice.
"ini.. pegang ini" alice memberikan kompresan untuk luka lebam leon.
Ddrrtt..ddrrt… telephone leon bordering.
"dari dean" alice memberikan handphone pada leon
"halo" jawab leon
"halo bos… sekarang aku sedang mengikuti lelaki yang menembak tuan jo waktu itu, dari gps yang kita pasa ditangannya waktu itu dia menunjukkan tanda pergerakan" jelas dean
"oke.. terus ikuti dia"
"baik bos" panggilan berahir.
"dean sedang mengikuti si penembak direktur jo sekarang" jelas leon pada alice yang sedari tadi penasaran dengan percakapannya.
"oh begitu! Apa aku boleh menyusulnya!" alice terlihat bersemangat dia dari perkataan leon tadi dia dapat menyimpulkan pasti penembak itu akan menemui dalang dibalik kematian kedua orangtua alice.
"tidak" jawab leon tegas dengan suara dalamnya yang dingin. Raut wajah leon menjadi seris
"kenapa?"
"terlalu berbahaya…" sambungnya lagi.
"tapi… tapi.." alice mulai murung dan seperti ingin menangis, dia tidak bisa melawan kemauan leon dan juga keinginannya begitu kuat.
"oh.. kemarilah, jangan menagis" leon mendekap alice yang terlihat sedih, tapi dia harus mengatakan itu dengan tegas, dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan gadisnya ini.
"oke aku akan mengabulkan apapun keinginanmu asalkan kamu tidak menyusul dean, bagaimana?" leon mencoba menghibur alice
"benarkah?!"
"iya.."
"bagaimana jika aku pergi ke sekolah seni yang tadinya aku ingin datangi?" Tanya alice lirih. Dia memang masih pensaran dengan tempat itu namun karna leon terluka alice tadi mengurungkan niatnya.
"apa!?"
"kenapa? Bukankah kamu sudah berjanji?" jawaban alice lirih.
Sh*t! Kenapa aku harus berjanji tadi gumam leon marah, dia mulai menyesali janjinya
"oke.. asalkan kamu pergi dengan pak li"
"aku bisa pergi sendiri… leon kamu harus percaya padaku.. aku tidak akan menyusul dean"
"iya aku percaya.. tapi kamu semalaman tidak tidur alice, aku takut jika kamu kelelahan saat berkendara" cubit leon gemas ke pipi gadisnya itu.
"ow.. baiklah tidak masalah.. kamu harus beristirahat sekarang.." alice membaringkan kembali tubuh leon di ranjang itu dan mencium kening lelaki tampan itu.
"aku pergi dulu, nanti akan ku kabar"
"baiklah"
--- dilain tempat---
"bos apa kau memanggilku?" Tanya pria penembak paman jo tempo hari. Di hadapannya duduk seorang pria di kursinya yang megah, ruangan itu terlihat gelap hanya sinar lampu pijar yang meneranginya dengan samar dan membuat pria itu terlihat setengah badannya saja, wajahnya tak terlihat oleh gelapnya ruangan itu.
"apa kau berhasil menjalankan tugasmu?" Tanya pria misterius itu
"ya bos.." jawab penembak itu dengan sedikit ragu dan memegang tangan kanannya terus menerus. Tanpa disadari pria misterius itu mengamati gerak gerik anak buahnya yang mencurigakan itu.
dukung novel ini terus ya pembaca... share, vote, like dan juga komentarnya. ^^