Hampir menyentuh angka tiga saat gesture tubuh Meira menunjukan tanda-tanda kegelisahannya meski sepasang kelopak mata masih terpejam, dari ujung kaki hingga leher semuanya tertutup rapat oleh balutan selimut, tapi hawa dingin masih sangat terasa, mungkin karena ia tak pernah tinggal di dekat area pantai yang seringkali menyalurkan ekstrim—baginya—seperti ini. Meira lebih memilih berbalutkan udara AC bersuhu rendah di kamar apartemennya, tentu saja.
Sudah tak bisa menahan lebih lama, Meira keluar dari gulungan selimut, tangan-tangannya menyembul disertai gerakan punggung terangkat, ia beranjak duduk dan bergegas menghampiri kamar mandi guna menuntaskan hajat kecil yang sudah ditahannya cukup lama. Gara-gara suhu dingin berlebihan, Mey rajin bolak-balik kamar mandi, dan dress yang ia kenakan—jujur—membuatnya sangat tidak nyaman kalau begini terus. Mestinya ia menyenakan celana pendek serta kaus atau piyama saja agar lebih leluasa.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com