webnovel

He's My Son 02

Reyent Bintang Nugroho Digantara yang biasa di panggil Reyent. Bocah kecil yang lucu, gemasin dan pintar kini sudah beranjak dewasa. Tidak terasa waktu begitu cepat. Baru kemaren serasa merayakan ulang tahun yang ke 2 tahun. Kini usianya sudah menginjak 18 tahun. Dia terkenal menjadi laki-laki yang dingin sedingin batu kutup utara. Mahal senyum dan jutek. Terutama sama perempuan. Hatinya tidak bisa luluh dengan rayuan receh dari semua perempuan di kelasnya. Teman-teman perempuannya pada mengagumi dirinya. Ralat. pada ngefans sama Reyent. Semua serba bisa, jago balap motor maupun balap mobil, Teakwondo, DJ, dan Photographer. Semua itu bakat warisan dari Ayahnya. Ayahnya mendidiknya dengan tegas dari kecil. Reyent juga memiliki group band yang bernama "Hey Say! Jum". Setelah usianya menginjak yang ke 20 tahun, Ayahnya mengirimnya ke London. Untuk melanjutkan kuliahnya di negeri UK. Tepat di kampus bekas Ayahnya dulu. Di sana dia tinggal bersama Atenya yang bernama Relly dan Revy, adek Ayahnya. Kemudian dia bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya penasaran. Mereka pun berkenalan. "Hai, gue Reyent Bintang Nugroho Digantara, biasa di panggil Reyent." "Oh, aku Febby Distiya Pramudia, biasa di panggil Febby atau Disti." Akankah Distiya bisa mentaklukan hati Reyent yang dingin sedingin batu kutup utara?

Me_Rera_Rara · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

CHAPTER 16

USS Sentosa, Singapore

Di hari yang ke tiga di Singapore, Rey mengajak putra dan istrinya beserta rombongannya berkeliling di Universitas Studio Singapore Sentosa. Sebelum berangkat ke Sentosa. Rey sedang menunggu Kakaknya yang mau datang.  Katanya baru mendarat di Changi Airport. Ya, Bunga putri Sherly keponakan Rey, merengek minta menyusul setelah melihat video dari Refly. Dia iri ingin pergi juga. Begitu pun Twin dan Mawar. Akhirnya Ayah mereka cuti bekerja. Termasuk Sherly cuti dua hari.

Ketiga kakaknya Rey langsung menuju ke hotel Marina Bay Sands. Saat baru sampai, Bunga, Gevral, Gebral dan Mawar langsung ikut jalan-jalan. Tidak mau istirahat dulu.

Di sini lah mereka sedang menaiki wahana. Memasuki gua yang ada permainan tiga dimensi jika menggunakan kaca mata yang sudah di siapkan. Berkeliling menaiki kereta sembari melihat keindahan Sentosa. Mengambil gambar bersama minion. Reyent sangat bahagia, sedari tadi tertawa kegirangan. Sangat semangat, mau ini mau itu semua di jelajahi. Belum kerasa capeknya jadi masih bersemangat. Apa lagi banyak sepupunya pada datang. Mereka berlarian dan kejar-kejaran.

Kini mereka memasuki tempat perbelanjaan. Membeli oleh-oleh. Seperti coklat, ciki, boneka, patung singa, tas singa, dan baju minion. Reyent mengambil tiga boneka minion besar.

"Mimi minion ini nanti buat Jayden satu sama Vita satu. Oh ya buat dede Jennyse sama dede Denia juga ya Mimi!" Celoteh Reyent.

"Iya nanti di bagiin."

Semua di borong sampe trolinya penuh coklat, baju, tas dan boneka. Reyent masih berkeliling sampai dia menemukan es krim. Dia merengek meminta es krim. Mereka pun singgah di toko es krim untuk menyantap es krim yang katanya terkenal enak. Reyent minta yang paling banyak es krimnya.

Setelah menikmati es krim, kini mereka melanjutkan berkeliling. Masuk ke ruangan aquarium, yaitu S.E.A Aquarium. Melihat berbagai banyak ikan. Incaran Reyent adalah ikan hiu. Ikan favoritnya. Reyent terperangah saat melihat hiu besar yang berenang. Aquariumnya berdinding kaca. Seolah Reyent di dalam aquarium.

"Woww. The shark is very big. The shark cute. I want shark I want shark." Kata Reyent dengan girang. "Pipi sharknya galak tidak? Gigit tidak?"

"Pasti gigit dong," kata Rey.

"Reyent boleh ambil gambar sama Shark tidak Pipi?" Ucap Reyent sembari memasang puppy eyesnya. Oh ya Reyent sudah bisa ucap kata R. Meski belum begitu jelas. Stella selalu mengajarinya mengucap R. Lama kelamaan Reyent bisa.

"Boleh tapi tidak boleh di sentuh. Hanya di pinggir dinding saja ya!"

"Pipi nanti kalau pulang beli shark ya! Simpan di kolam renang. Biar renang bareng sama Reyent. Ya Pipi ya?" Kata Reyent menyuruh Rey beli Shark dan di simpan di kolam renang. Rey hanya mengangguk saja biar Reyent senang dan tidak merengek terus.

Reyent kegirangan saat Rey menyetujui permintaannya. Meminta ambil gambar sebanyak-banyaknya. Katanya mau di tempelin di dinding kamarnya. Pio pun memotretnya dengan kamera Canon. Mengambil gambar Reyent sendirian. Kadang bersama Lia. Bergantian sama Darmi, Ruslan, Relly, dan Refly. Juga dengan sepupu-sepupunya. Yang terakhir Reyent dengan Pipi-Miminya.

"So many fish! Tidak seperti di rumah. Fishnya sedikit." Kata Reyent bandingin aquarium miliknya.

Mereka menjelajahi di dalam aquarium sampai ujung. Mereka makan sembari melihat hiu atau ikan lainya. Di dalamnya ada dua orang yang menyelam. Reyent iri, dia mau ikut nyelam juga seperti dua orang yang menyelam di dalamnya. Dua orang itu menyelam karena buat menghibur para pengunjung. Mengecek ikannya jika ada yang mati. Sudah puas mengelilingi USS Sentosa.

Mereka sudah selesai makan, lalu meninggalkan tempat aquarium. Sebenarnya Reyent masih betah di dalam aquarium. Dia tidak mau keluar. Masih ingin di dalam bersama hiu. Tapi hari sudah mulai larut. Rey mengajaknya kembali ke hotel. Rey juga membeli boneka hiu yang besar. Baju bergambar hiu. Gantungan tas hiu, jam tangan hiu. Semua di koleksi.

Kini mereka sudah kembali ke hotel, seharian berkeliling memutari Sentosa.  Mereka berencana makan malam di hotel saja karena capek. Akan tetapi Pio memberi tau Rey bahwa Shila ngajakin dinner together. Sebelum kembali ke Jakarta. Rey pun tidak menolak, dia menerima ajakan Shila. Lalu, Rey menyuruh Pio mengajak mereka makan di restaurant bawah. Rey juga memesan makan kusus buat Reyent.  Rey meminta maaf karena tidak bisa ikut makan bareng karena ada pertemuan dengan teman lamanya. Rey tidak bilang sama Bayu kakaknya jika ingin bertemu Dendra sama Shila. Takut Kakaknya marah karena Dendra hampir membunub Rey.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Waktu Singapura. Rey dan Stella menuju di mana restaurant yang sudah di pesan sama Shila.

Shila dan Dendra sudah menunggu. Shila terperangah saat melihat Rey dan Stella melangkah kearahnya. Rey menggenggam tangan Stella. Mereka pasangan yang serasi, terlihat romantis. Stella mengenakan long dress polos berwarna putih. Sedangkan Rey mengenakan kemeja putih lengan panjang, jasnya pun berwarna putih.

"Hai Rey, Stella. Kita berjumpa lagi!" Ucap Shila menyambut kedatangan Rey dan Stella.

Stella tersenyum manis. "Hai juga," balas Stella.

Rey hanya berdehem. Wajahnya dingin karena harus berhadapan dengan Dendra musuhnya.

Pelayan datang memberi buku menu untuk mereka. Menu makan malam mereka adalah Korean food atau BBQ. Setelah sudah memilih menu dan pelayan pun mencatatnya. Kini mereka berbincang basa basi sembari menunggu pesanannya datang.

"Kapan kembali ke Jakarta Rey?"

"Mungkin besok atau lusa."

"Kenapa cuma sebentar sih di sini?"

"Putra gue sekolah. Dan sudah membolos beberapa hari. Gue tidak mau putra gue ketinggalan pelajaran." Ucap Rey dingin.

"Oh, I see!"

"Sampai kapan lo tinggal di negeri ini?" Tanya Rey balik bertanya.

"Tidak tau. Selamanya mungkin di sini. Dan kita buat anak di sini ya kan Hon!" Kata Shila. Dendra tersenyum sembari mencium pipi Shila.

Rey merasa jijik melihatnya.

Pelayan pun datang mengantar pesanan mereka. Semua menu BBQ sudah tersaji di meja mereka. Rey juga memesan soju. minuman orang Korea. Rey melarang Stella ikut minum, ia memesan air putih sama jus alpukat. Rey mulai membakar prawn, sotong, fish ball, dan masroom untuk Stella makan. Sedari tadi Shila memperhatikan terus. Ia mengingat di masa lalu saat Rey memanjakan dirinya. Saat ini ia telah melihat Rey sedang memanjakan gadis lain. Gadis itu adalah istrinya.

Rey memberi beef Stella yang sudah di bakar. Namun, Stella tidak mau, ia tidak suka. Menyisihkannya ke pinggir piringnya.

"Kenapa tidak di makan?" Tanya Rey yang memperhatikan Stella sibuk menyingkirkan beef.

"Aku tidak suka beef!" Kata Stella terdengar begitu manja di pendengaran Shila.

Lalu, Rey membakar prawn, fish ball mushroom dan yang lainnya. Makanan itu kesukaan Stella. Mereka makan dengan tenang. Kecuali Shila yang banyak tanya. Jika Shila tanya, Rey jawab. Jika tidak Rey diam saja, fokus dengan makanannya. Sedari tadi Shila memperhatikan Rey yang sibuk membakar prawn dan mushroom untuk Stella.

Acara makan malam pun selesai, berganti menyantap makanan penutup.

Mereka berbincang-bincang sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Rey dan Stella pamit undur diri dan bilang terima kasih atas undangan makan malamnya. Sebelum pergi Shila memberi undangan sama Rey. Undangan pernikahan Dendra dengan Shila. Rey mengagguk tidak pasti mau datang atau tidak?

Lantas Rey dan Stella meninggalkan restaurant Korea. Kembali ke hotel Marina. Sampai di hotel, Stella masuk kamar Darmi. Melihat Reyent masih tidur apa belum. Ternyata Reyent belum tidur, dia masih main game. Alasannya kenapa Reyent tidak tidur karena menunggu Stella pulang. Stella memarahi Reyent karena main game terus. Apa lagi tidak memake kaca matanya yang kusus buat main iPad dan hanphone.

Reyent mencebikkan bibirnya karena mau menangis. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. Dia mengambek, menghampiri Darmi yang terbaring di ranjang. Lantas tangisnya pecah sembari memeluk Darmi.

"TATI. Reyent di marah Mimi." kata Reyent sembari terisak, tangannya mengucek kedua matanya.

"Reyent nakal. Ini sudah malam Reyent main game terus, hem!"

"Nggak mau bobo sama Mimi. Bobo sama Tati sama Eyang," ujar Reyent.

"Sekarang diam waktunya bobo. Sudah malam tidak boleh nangis."

Darmi menyanyikan lagu pengantar tidur. Akan tetapi Reyent tak kunjung tidur juga. Tidak bisa tidur. Pindah di sofa sambil nonton TV. Tetap saja tidak bisa tidur. Dari sofa pindah lagi di lantai yang beralas karpet. Sampai waktu pukul dua malam, Reyent tidak kunjung tidur. Stella kembali masuk kamar Darmi. Ingin menjemput Reyent.

Stella tidak tega membiarkan Darmi yang harus menjaga Reyent. Apa lagi Darmi sudah tua harus banyak istirahat. Stella tidak mau penyakit Darmi kambuh lagi. Kini Stella menggendong Reyent yang sudah mulai mengantuk. Lalu, kembali ke kamarnya. Stella memberinya susu botol. Reyent mengenyutnya. Tidak lama Reyent sudah terlelap. Dotnya masih di enyut dan di gegetnya. Reyent tidur di tengah, di antara Rey dan Stella. Terlelap dalam pelukan Pipi-Miminya.

***

Peru. Andara, Jakarta.

Dua bulan kemudian...

Stella sedang duduk di balkon, ia mengajari putranya membaca book story dalam bahasa inggris. Rey lah yang menyuruh. Tadinya Reyent sedang bermain dengan Jayden di suruh pulang. Sebenarnya dia sedikit kesal karena mainnya di ganggu. Reyent hanya cemberut. Takut sama Rey jika tidak menurut. Kini dia mulai membaca buku ceritanya. Stella menyimaknya. Jika Reyent tidak tahu, Stella menyuruhnya ketik di iPadnya. Aplikasi translate England English.

Stella menahan bagian bawah perutnya yang sakit. Entah sudah beberapa hari ini sering sakit. Dari bulan lalu, ia sudah merasakan sakit. Stella kira sakit karena datang bulan. Ternyata tidak. Ini lebih terasa sakit, masih mending saat datang bulan. Stella mengirim pesan sama Rey,  menanyakan pulang jam berapa?

Rey bilang akan segera pulang setelah urusannya selesai. Wajah Stella terlihat pucat. Tangannya meremas perutnya. Reyent menyadari gerak gerik Miminya.

"Mimi sakit ya! Ayo Reyent antar Mimi ke kamar. Biar Mimi istirahat." Kata Reyent. Dia takut jika Miminya sakit.

Tersenyum. Stella mengangguk dan mengusap kepala Reyent. Lalu,  membereskan buku-bukunya. Pindah ke kamar.

Stella terbaring sembari memeluk guling untuk mengganjal perutnya yang sakit. Reyent duduk di sampingnya dengan buku-buku di pangkuannya. Belajar sambil menjaga Miminya yang sakit. Dia ingat apa kata Pipinya jika Stella sakit tidak ada Rey di rumah Reyent harus menjaga Miminya. Sekarang Reyent buktiin sama Rey. Dia menjaga Miminya sambil belajar. Stella terlelap. Tak Lama Reyent pun ikut terlelap karena lelah mungkin. Dia ketiduran masih dengan bukunya di tangan dan di pangkuannya. Kepalanya bersandar di kepala ranjang.

Pintu terbuka, Rey masuk dan tersenyum melihat istri dan putranya terlelap. Apa lagi melihat tidurnya Reyent. Rey membereskan buku-bukunya menyusunnya di nakas. Lalu, membenarkan tidur tidur Reyent. Stella terjaga, ia mengerjap melihat suaminya sudah pulang.

"Kamu sudah pulang!"

"Aku mengganggu ya! Aku mandi dulu." Kata Rey.

Stella mengangguk, beranjak dan melangkah ke ruang work in close menyiapkan baju buat Rey. Ia kembali terbaring sembari memeluk putranya. Pintu kamar mandi terbuka, Rey keluar dengan handuk terlilit di pinggangnya. Dia berganti baju yang sudah di siapkan Stella. Setelah berganti pakaian, dia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kini sudah terlihat segar.

Kemudian Rey melangkah keluar, ikut terbaring di ranjang. Dia merengkuh tubuh Stella kepelukannya. Menyusupkan wajahnya di ceruk lehernya.

"Kamu sudah makan Rey?"

"Jawab pertanyaanku dulu. Apa kamu sakit babe? Wajah mu sangat pucat!" Tanya Rey sembari mempererat pelukannya.

"Perut ku sakit banget Rey. Bukan di perutnya, tapi bawah pusel sini sakit banget dari minggu lalu. Cuma aku tahan karena aku kira sakit seperti datang bulan."

"Kenapa baru bilang sekarang, hem?!" Kata Rey sembari meremas dada Stella.

"Sakit banget Rey kalau di pegang sini!" Cicit Stella. Rey menyentuhnya, sedikit keras dan panas.

"Kita ke rumah sakit sekarang. Ayo bersiap. Reyent biar Lia yang jaga!"

Menurut. Stella beranjak melangkah ke kamar mandi untuk cuci muka biar tidak terlihat pucat. Ia berganti pakain dan mengambil jaket untuk Rey.

Stella memanggil Lia menyuruhnya menjaga Reyent di kamarnya.

"Lia saya mau ke dokter,  jika Reyent bangun menanyakan saya bilang saja saya pergi ke dokter. Nanti dia bangun langsung mandiin dan kasih dia makan!"

"Iya Mba Stella."

Stella masuk ke mobil, Rey melajukan mobilnya dengan pelan. Stella merasakan bagian perutnya terasa nyeri. Rey menggenggam dan mengusap punggung tangannya.

"Sabar ya babe! sebentar lagi sampai." Stella mengangguk.

Kini mobil BMW Rey sudah sampai di depan rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Rey memberikan kunci mobilnya sama satpam biar di parkirkan. Lalu, melangkah ke resepsionis untuk mendaftar nama Stella. Setelah mendaftar mereka di suruh menunggu di ruang tunggu. Karena dokternya sedang memeriksa pasien di ruangannya.

Sepuluh menit kemudian dokter sudah kembali dan nama Stella di panggil. Stella masuk dengan di dampingi Rey.

"Permisi dokter!" Sapa Stella.

"Iya, silahkan. Dengan Nyonya Stella Digantara?"

"Iya itu nama saya dokter."

Dokter yang bernama Ciko tersenyum.

"Jadi apa keluhan Anda Nyonya?"

Stella mulai menceritakannya apa keluhannya. Ia bilang sering merasakan sakit di bagian bawah puselnya. Ia bilang sudah lama merasakan sakit seperti ini. Ketika ia ke Singapore sebenarnya Stella sudah merasa sakit di perutnya. Ia kira itu karena mau datang bulan. Ternyata tidak. Lalu apa?

Rey sangat penasaran.

Dokter Ciko menyimaknya dan mengangguk. "Silahkan Nyonya terbaring di brangkar. Saya akan memeriksa Anda Nyonya."

Stella pun terbaring,  Rey menjaganya dan menggenggam tangannya.

"Aku takut Rey!" Rengeknya.

Tersenyum. Rey mengusap pipi mulusnya dan berkata, "jangan takut aku di sini sayang. Percaya deh semua akan baik-baik saja." Kata Rey menenangkan istrinya.

Dokter Ciko mulai memeriksa, menepuk dan menekan perut Stella dengan pelan. Saat menekan bagian bawah puselnya dokter menemukan benjolan. Saat di tekan dokter terasa sidikit keras. Rey ikut menekannya.

"Au sakit Rey!" Rengek Stella menahan tangisnya.

"Maaf sayang." Kata Rey menyesal. "Benjolan apa itu dokter?"

"Maaf Tuan. Istri Anda terkena penyakit Tumor rahim."

"APA? Tumor rahim?!" Ucap Rey begitu syok dan terkejut.

"Iya Tuan."

"Rosen sekarang dokter, saya mau lihat seperti apa itu!" Pinta Rey dengan tak sabar.

Lantas dokter pun meronsen perut Stella. Setelah menemukan benjolannya dokter menjelaskan sama Rey. Tumor rahim ini sangat berbahaya, jika tidak di tangani benjolannya akan semakin membesar. Untung saja benjolan milik Stella masih kecil, masih ada kesempatan dan belum terlambat.

"Apa bisa di operasi besok dokter? Di angkat benjolannya!"

"Tentu saja bisa Tuan. Dengan senang hati saya akan menangani istri Anda." Kata dokter dengan senyum ramahnya agar Rey dan Stella tidak begitu kawatir.

"Jika sudah di angkat apa bisa numbuh lagi dokter?" Tanya Rey. Dia sangat kawatir. Takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Dia benar-benar ingin memastikannya. Rey merengkuh Stella yang sesenggukan.

"Semoga saja tidak Tuan. Saya akan berusaha menyembuhkan Nyonya Stella."

"Bagai mana jika saya mengundang dokter specialis dari Singapore apa dokter keberatan?"

"Tentu saja tidak Tuan. Justru saya senang jika Tuan mengundang dokter dari Singapore. Boleh kasih nomer telponnya Tuan?"

Rey mengangguk dan memberi kartu nama dokter Liew Chen. Dokter bedah specialis di Singapure. Semoga saja dokter Liew tidak sibuk dan bisa datang ke Jakarta.

"Baik lah Tuan. Saya akan mempersiapkan operasinya besok. Dan ini surat ijinnya tolong di tanda tangani!"

Rey pun menanda tangani surat permohonannya. Operasi Stella akan di lakukan besok pada pukul 10:45 pagi.

Dokter berpesan sama Stella, setelah makan pagi tidak boleh makan lagi. Cukup makan roti sama minum air putih. Setelah itu tidak boleh makan lagi sampai jam sepuluh. Setelah operasi Stella baru di ijinkan minum dan makan. Kini Rey dan Stella pamit undur diri.

Di perjalanan air mata Stella berlinangan. Rey juga diam fokus menyetir kedepan. Tidak menyangka istrinya akan terkena penyakit Tumor rahim. Kenapa harus Stella? Istrinya?

Rey menggenggam tangan Stella. Berusaha menenangkannya agar Stella tidak sedih. "Jangan sedih. Sabar ya babe! Kita berdo'a saja supaya operasinya lancar besok!"

Stella mengangguk. Air matanya semakin berlinangan. Apa lagi setelah mendengar ucapan dokter bahwa Stella tidak bisa hamil lagi.

Mobil Rey memasuki pelantaran rumahnya. Di depan pintu Reyent sudah menunggunya. Dia mencebikkan bibirnya sampai pipinya mengembung. Tangannya di lipat di dadanya.

"Mimi sama Pipi dari mana? Kenapa tidak bilang sama Reyent?" Tanya Reyent sembari cemberut.

Tersenyum. Rey meraih putranya. Di gendong dan di cium pipi gembulnya.

"Eh eh, Reyent tidak boleh merengek. Tadi kenapa Mimi bobo?"

"Karena Mimi sakit, terus Reyent suruh Mimi bobo biar tidak sakit. Reyent jagain Mimi waktu bobo Pipi. Kan kata Pipi Reyent harus jagain Mimi kalau Pipi kerja."

"Good boy. Ini baru jagoan Pipi-Mimi. Tadi Pipi sama Mimi abis dari dokter. Kan Mimi sakit!"

"He'em biar Mimi sembuh tidak sakit lagi. Kasihan Mimi kalau sakit Reyent sedih. Terus tidak ada yang mengantar Reyent pergi ke sekolah."

Rey kembali tersenyum dan berkata, "nah mulai sekarang Reyent tidak boleh merengek atau rewel terus ya! Kan Reyent sudah besar!"

Reyent mengangguk. "He'em Reyent tidak rewel lagi."

Mereka sudah di kamar, Stella terbaring miring. "Reyent sini peluk Mimi!" Kata Stella. Malam ini ia tidur ingin meluk putranya sampai pagi. Karena mulai besok ia tidak bisa memeluk putranya. Rey pun ikut memeluk erat istri dan putranya. Di ciuminnya wajah istrinya yang basah karena air mata.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Rey masih sibuk dengan laptopnya. Reyent sudah tidur di pelukan Stella. Ia juga sudah terlelap. Sedari tadi Rey sibuk dengan laptopnya, mencari tahu tentang penyakit Tumor Rahim. Rey berharap Stella sembuh dari Tumor Rahim. Walau kata dokter Stella tidak bisa hamil lagi, Rey tidak peduli. Asalkan istrinya sembuh. Dengan adanya Reyent itu sudah cukup. Dia sudah bangga memiliki jagoan seperti Reyent. Sampai waktu pukul empat pagi, Rey belum bisa tidur. Masih memikirkan nasib istrinya.

Kenapa cobaan selalu datang menimpa istrinya?

BERSAMBUNG.

Terima kasih sudah mau membaca

Saranghae. 😍😘

It's Me Rera