webnovel

CHAPTER 7

   Christal memasuki lobie kantornya seperti minggu-minggu sebelumnya. Waktu terasa begitu cepat dari apa yang dia bayangkan. Tak terasa sudah hampir sebulan Christal bekerja di perusahan Mr. Ice itu.

Berbicara soal Mr. Ice, mengingatkan Christal kembali kepada kejadia tempo hari yang membuatnya sakit dan tidak dapat bekerja selama dua hari.

Setelah kejadian itu, tidak ada hal sepecial yang terjadi antara Christal dan Keylone. Mereka bersikap profesional dalam bekerjan, dan setelahnya tidak saling peduli tentang urusan pribadi.

Dan untuk Christal, memang mungkin dia merasa geli hati saat Lany menceritakan bahwa CEO icenya itu adalah seorang homosexsual.

Mungkin jika boleh Christal ingin tertawa skeras-kerasnya, pria sesempurna Key memiliki sebuah kekurangan yang mampu mematahkan hati para wanita.

Christal membuyarkan lamunannya, dia berjalan seperti seperti biasanya. Selalu menampakan binar kebahagian di wajahnya. Hanya sekedar manipulasi, padahal dia menyimpan ribuan luka yang masih sangat perlu untuk di sembuhkan.

Christal disapa baik oleh pegawai kantor, sifatnya yang murah senyum dan friendly membuat banyak orang yang menyukainya. Ditambah dia adalah seorang General Manager yang mempunyai posisi penting di perusahan, otomatis dia adalah atasan para karyawan itu juga.

"Nona Christal."

Panggilan seseorang membuat Christal menoleh ke arah meja resepsionis. Resepsionis itu terseyum dan mengkode Christal untuk mendatangi meja resepsionis itu.

"Ya ada apa?" tanya Christal.

"Ada sebuah kiriman untuk anda." ucap resepsionis itu ramah.

Christal mengerutkan dahinya, "Kiriman? Dari siapa?"

"Maaf nona Christal, tetapi tidak terdapat nama pengirimnya."

Christal mengangguk, lalu mengambil kota perpaduan warna pink dan putih dengan hiasan pita di bagian penutupnya. Warna kesukaanya.

Christal berjalan dengan langkah cepat memasuki ruang kerjanya, agar dia bisa segera membuka kota berwarna sangat grily itu.

Christal menduduki kursi GMnya, tepat setelah itu pula pintunya di ketuk pelan.

"Masuk." ucap Christal.

Pintu GMnya terbuka perlahan, seorang pegawai wanita yang tidak dia ketahui namanya memasuki ruangannya.

"Mrs. Christal, anda dipanggil Mr. Keylone untuk segera menghadiri rapat." ucap pegawai itu.

Christal menepuk keningnya lembut, lalu menyuruh pegawai wanita itu keluar.

"Ahh ya, bagaimana aku bisa lupa jika sekarangan ada rapat." gumam Christal.

Christal menatap kotak berwarna manis itu, lalu menyimpannya di dalam laci meja kerjanya. Keinginannya untuk membuka kota itu menjadi tertunda, dia beranjak membawa berkas-berkas yang di perlukan untuk bahan presentasinya saat meeting nanti.

~ ♡ ~

Mereka duduk dengan rapi di dalam ruang meeting, menunggu kedatangan atasan mereka untuk memulai rapar rutin perusahan.

Suara langkah kaki serta pintu yang perlahan di buka. Memecah keheningan di ruangan itu. CEO bersetelan formal yang beraura dingin itu berjalan dengan gagahnya, serta pesona ketampanannya yang entah kenapa selalu dan akan sangat mampu membius seluruh mata.

Semua orang serempak berdiri menyambut kedatangan atasan tertingginya itu, mereka semua menatap pimpinan mereka dengan tatapan sebaik mungkin. Termasuk Christal, yang meneguk savilanya berkali-kali saat melihat aura dingin itu terpancar.

Entah kenapa dia terlihat semakin menyeramkan saat seperti ini, batin Christal.

Mereka semua serempak duduk saat pimpinan mereka sudah nyaman dengan posisinya.

"Silahkan mulai rapatnya." suara bariton itu membuat Christal gemetar, karena kali ini dia yang akan membawakan presentasi membahas tentang proyek baru yang akan mereka tangani di kota-kota tertentu.

Christal berdiri di samping layar monitor yang menampilkan visual kawasan Amerika Serikat serta Asia Tenggara. Tangannya memegang alat yang berbentuk seperti pensil yang berteknologi itu ke layar monitor. Menarik garis-garis di titik utama hingga titik akhir.  Ia menunjukkan grafik-grafik, serta analisis yang berhasil dia pikirkan.

"Aku setuju dengan analisis anda Mrs. Christal. Kurasa LA memiliki potensi yang lebih besar dari pada kota NYC untuk pembangun apartemen. Dan juga asia tenggara adalah tempat yang tepat untuk menjadi tempat utama mendirikan hotel, karena beberapa daerahnya berpenompang pada sektor pariwisata." ujar Keylone menanggapi analisis Christal.

"Anda benar, sir. Dan perlu diingat bahwa kita tidak dapat menjadi pemilik mayoritas, karena negara-negara di Asia tenggara melarang warga asing atas kepemilikan tanah serta bangunannya. Oleh karena itu kita harus memilih dengan sangat jeli dalam mencari rekan bisnis yang tepat untuk pembangunan proyek kita." saut Christal.

Mereka semua mengangguk paham, meeting terus bergulir selama beberapa menit. Menanyakan pendapat para rekan bisnis untuk mendapatkan keputusan terbaik demi proyek baru peluasan pembangunan di kota-kota yang cukup strategis.

"Keputusan sudah di ambil, jadi untuk rencana awal kita akan memperluas pembanguna dengan mendirikan apartemen di kota LA, setelah proyek kota LA selesai maka akan di lanjutkan dengan menanamkan saham di kawasan Asia Tenggara, yang tepat pastinya akan kita tentukan setelah proyek pertama selesai. Hari ini rapat kita selesai, kalian semua bisa kembali ke tempat masing-masing. Dan pastinya kalian sudah mengerti buka apa saja tugas kalian?" ujar Keylone lugas. Dia memang tipekal orang yang tidak suka berbasa-basi.

"Yes sir." ucap mereka serempak.

"Baik rapat yang bagus, dan terimakasih atas waktu kalian." ujar Keylone lalu bangkit dari posisinya yang di ikuti oleh para pegawainya.

Keylone terseyum formal lalu mereka bertepuk tangan singkat. Untuk merayakan sedikit, awal dari proyek baru mereka.

~ ♡ ~

Keylone merasa perasaannya jauh lebih baik saat perjalanan bisnis ke negeri paman sam itu. Dia bisa menikmati suasana serta pemandangan baru saat berkunjung ke negara-negara lain, membuat pikirannya tenang sejenak, terlepas dari kesibukannya di Italy.

Posisinya sebagai seorang CEO di perusahan property besar yang ada di negeri pizza itu membuatnya di hormati oleh pengusaha serta rekan bisnisnya dari manca negara.

Hiburan yang mereka tawarkan dalam pembicaraan sebuah kesepakatan selalu mengistimewakannya. Mulai dari penjemputan, makanan, traveling singkat serta wanita yang siap membakar hasrat dan gairahnya.Oh, mungkin dari setiap keistimewaan yang di berikan padanya bagian terakhir adalah yang selalu dia tolak.

Key melirik ke arah luar jendela jet pribadinya, dia tidak tau posisi tepatnya dia berada dimana. Yang bisa dia lihat hanyala lampu-lampu kota berwarna warni dengan awan serta langit hitam yang mengelilinginya. Terlihat seperti bintang kerlap-kerlip dari atas sana.

Keylone mengambil ponsel pintarnya, dia akan menelpon GMnya untuk melihat berkas-berkas yang dia suruh kerjakan. Dia ingin memastikan GMnya itu membuat laporan dengan benar meskipun Christal memang tak pernah melakukan kesalah saat berkerja. Tapi tidak ada salahnya untuk memastikan bukan?

Dering pertama vidio call itu sudah terhubung, Key bisa melihat raut lelah dari wajah GMnya itu, tapi Key memilih diam tak berkomentar. Christal mengerti alasan CEO Icenya itu menghubunginya lewat vidio call.

Christal menggeser laptobnya ke arah layar ponsel yang ada di genggamannya. Lalu menjelesakan sedikit rincian yang telah dia buat. Tampak Key mendengarkan dengan sangat teliti takut-takut jika rincian yang di buat Christal terdapat kesalahan.

"Rincian yang kau buat sudah benar, tapi coba kau pelajari lagi tabel pertama itu. Terlihat seperti ada yang ganjil, benahi sebaik mungkin. Jika sudah bandingakanlah dengan penawaran yang mereka ajukan. Bandingkan kelebiahan serta kekurangannya. Jika memang kita harus membayar uang muka atau apa pun yang mereka minta jangan turuti semuanya, berikan sesedikit mungkin." tutur Keylone.

Christal mengajukan pertanyaan tentang beberapa hal yang tidak dia mengerti. Lalu menjabarkan analisis yang ada di dalam otaknya.

"Baiklah, aku akan menghubungi mu lagi sekita pukul 10 malam waktu di sana, untuk memastikan perbaikan yang aku minta. Aku ingin kau mengirim laporan-laporan itu besok pagi melalui FAQ mengingat pada jadwal aku akan sampai besok sekitar pukul 8 pagi. Aku ingin FAQ itu aku terima secepat mungkin. Paham?" ucap Keylone, lebih terdengar sebuah perrintah dari pada permintaan.

"Saya mengeri, sir," ucap Christal setelah itu sambungan telepon pun di tutup secaa sepihak oleh Key tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Menyebalkan.

~ ♡ ~

Dave memasuki apartemen Christal menggunakan sandi angka yang di ketahui. Hari ini dia ingin memberi kejuta kecil kepada Christal.

Dave tau, bahwa akhir-akhir ini susana hati Christal memang sedang dalam kondisi tidak baik. Menjadi teman sekaligus sikiaternya membuat Dave sangat memahami kondisi mood Christal yang gampang berubah-ubah.

Mungkin memasakan makanan favorit Christal bisa membuat keadaannya jauh lebih baik. Steak dagi atau pasta mungkin adalah menu yang akan Dave masakan untuk Christal.

Dave menaruh kantung belanjannya di atas pantry lalu melirik sejenak arlojinya yang menunjukkan pukul 7 sore lebih 5 menit.

Masih ada satu jam sebelum Christal pulang bekerja, batin Dave.

Dave memilih langsung saja mengolah bahan yang tadi sudah dia beli, namun sebelumnya dia sudah mengenakan appron agar tak mengotori bajunya.

44 menit kemudian....

Dave hampir menyelesaikan masakannya, hanya tinggal memberi sentuhan terakhir maka steak daging yang akan dia buat akan terasa lezat tidak kalah dengan restoran bintang lima di luar sana.

Namun sebelum Dave berhasil meyelesaikan masakannya, Dave mendengar pintu apartemen Christal di buka. Pasti Christal, siapa lagi kalau bukan dia?

"Dave? Kau di sini?" tanya Christal excaited sambil berlari ke arah Dave yang masih sibuk berkutad dengan piringnya.

"Hai, Christal. Kau pulang? Tapi mengapa cepat sekali? Kau menggagalkan kejutan ku."

"Ouw, maafkan aku. Mungkin aku harus kembali dan menunggu mu sampai menyelesaikan kejutannya?." ucap Christal dengan nada bersalah.

Dave tergelak pelan, mendengar penuturan polos Christal, "Tidak juga harus seperti itu Chrisy, lebih baik sekarang bersihkan dirimu dan setelah itu kita bisa makan malam bersama. Mengerti?"

"Ohh, jadi kejutannya adalah kau membuatkan aku makan malam? Yippy, Dave memasak untuku, pasti rasanya lezat."

"Baiklah, cepatlah mandi. Aku menunggu mu di meja makan."

"Bagaimana jika di ruang tamu, sambil menikmati hot chocolate or greentea latte?"

Dave terseyum sekilas, "Baiklah kau mau aku buatkan yang mana? Chocolate or greentea?"

"Really? Baiklah jika kau memaksa aku mau hot greente latte, gula satu sendok teh dengan cream diatasnya." ucap Christal seperti memesan minuman di cafe. Dave tertawa singkat di ikuti Christal yang juga ikut tertawa.

~ ♡ ~

"Bagaimana rasanya?" tanya Dave saat Christal mulai memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya.

"Lezat dan rasanya selalu membuatku ketagihan. Kau saja yang menyebalkan tidak mau memasakan ku."

Dave terseyum simpul menanggapi ucapan Christal, "Oh iya Dave, apa Yunna tau kau kesini?"

"Tidak juga." balas Dave acuh.

"Mamang tak masalah kau tidak minta izin padanya, bagaimana juga dia adalah tunangan mu yang sebentar lagi akan menjadi istri mu Dave."

"Jangan terlalu mengkhawatirkan orang lain, Yunna baik-baik saja dia juga tak akan marah jika aku ke mari. Lagi pula hubungan mu dan aku hanya sebatas temankan? Lalu apa yang harus di kahawatirkan?" saut Dave.

Christal mengangguk paham, Dave benar memang apa yang harus di pikirkan saat Christal bersama Dave? Toh, hubungan mereka hanya sabatas teman tidak lebih.

Dave memalingkan fokusnya dari makanannya saat Christal tidak berbicara lagi, "Kenapa diam? Kau marah? Apa aku salah bicara lagi? Kalau iya aku minta maaf, tapi kalu tit--"

"Shttt, kau cerewet sekali Dave. Aku baik-baik saja, jangan terus merasa bersalah kepada ku." ucap Christal dengan nada kesal.

"Ohh, okey. Up to you, Christal. By the way apa yang akan kamu lakukan setelah makan?" tanya Dave.

"Minum, berdoa, lalu tidur."

"Ouww, ternyata Christal sekarang menjadi seseorang yang religius." ucap Dave dengan nada menggoda.

Christal terseyum simpul, "You're right, Dave. Kehilang terlalu banya orang yang aku sayang, membuatku harus banyak-banyak mendekatkam diri kepada Tuhan. Bahkan dengan hal yang sangat sederhana, contohnya berterimakasih atas nikmat yang Tuhan beri karena masih memberiku kesempatan untuk mengkongsumsi makanan yang layak hari ini. Karena aku sadar banyak sekali orang yang kurang beruntung dari pada aku."

"Kau benar Christal, bersyukur adalah hal yang paling tepat di lakukan dari pada terus mengeluh kepada Tuhan." saut Dave.

Christal menoleh ke arah ponselnya yang bergetar sedari tadi, tapi mungkin karena terlalu asik berbicara dengan Dave, membuatnya tidak sadar jika ponselnya bergetar.

Christal membulatkan matanya, saat mendapati bahwa yang menghubunginya adalah CEO Ice itu. Christal menggeser tombol hijau di smartpohenya, menunggu beberapa detik agar sambungannya terhubung sempurna. Setelah itu dia bisa melihat wajah dingin plus menyebalkan dari Mr. Ice itu.

"Apa kau sudah memperbaiki laporan yang aku minta?" tanya to the ponit.

Christal mengangguk, "Yes sir. Anda tunggu sebentar, aku akan mengambil laptob ku terlebih dahulu." Christal dapat melihat CEOnya itu mengguk, tanpa babibu Christal langsung berlari dan meninggalkan ponselnya tergletak di meja ruang tamu.

Dave merasa terabaikan disitu, tapi dia paham bahwa ini adalah pekerjaan Christal, jadi dia memilih diam dan melanjutkan makannya. Sesekali matanya, melirik ke arah ponsel Christal. Sekilas dia bisa melihat wajah atasan Christal itu.

Beberapa detik kemudian Christal berlari ke arahnya, oh ralat ke arah ponselnya sambil mendekap laptobnya.

"Anda bisa melihat saya sudah memperbaiki tabel pertama yang tadi anda suruh. Lalu ini adalah perbandingan kekurangan dan kelebihan para investur yang ingin berkerjasama dengan perusahaan kita." jelas Christal singkat.

"Kerja bagus nona Christal, aku ingin mengirim laporannya besok dalam bentuk FAQ besok pagi."

"Baik pak, saya paham." sedetik kemudia sambungan vidio call itu di matikan.

Christal bisa memdengar sendawa keras dari sebelahnya, "Eww, kau sangat jorok Dave." ucap Christal lalu melempar banta sofa ke arah Dave.

Dave terseyum kikuk, "Maaf Christal, aku kelepasan karena terlalu kenyang. Ternyata memakan daging di malam hari terasa sangat berat."

"Oh iya aku baru ingat, tadi pagi aku mendapat sebuah kiriman dalam bentuk kota berwarna sangat girly. Aku baru ingat bahwa aku akan membukanya saat sudah berada di rumah."

"Lalu di mana kotak itu?" tanya Dave.

"Tertinggal di mobil ku, tunggu sebentar ya, aku akan mengambilnya." ucap Christal lalu bangkit dari posisinya.

"Perlu aku temani?"

"Aku bukan anak kecil." teriak Christal lalu menutup pintu apartemenya. Dave melihat Christal menghilang dari balik pintu, sambil menggunakan piyama dan sandal bulu-bulunya. So cute..

~ ♡ ~

"Dave kau lihat, kotak ini sangat manis." ucap Christal

"Baiklah cepat buka isinya."

Christal membuka tutup kotak itu, namun setelahnya Christal mengerutkan dahinya, didalam kotak itu hanya terdapat sebuah amplob berwarna putih dengan hiasan stiker bunga red rose di bungkus amplob itu, tanpa ada benda lain di dalam kotaknya.

Seakan tersadar akan sesuatu Dave mencegah Christal yang ingin membuka isi amplob itu, "Christal lebih baik, kau buka besok saja isi amplob itu. Sekarang waktunya kau untuk tidur."

"Kau ini kenapa? Membaca isinya tak akan membuatku telat tidur sampai berjam-jam."

"Tapi Chris--"

"Shttt, diamlah Dave biarkan aku melihat isinya."

Christal membuka amplob itu dengan perasaan was was, takut-takut jika surat itu berisi teror-teror mengerikan seperti di kebanyakan film action.

Christal menggeleng kuat, Kau terlaru banyak menonton drama, Chrisy, pikir Christal.

Tanpa pikir panjang Chriatal menarik kertas berwarna merah muda itu dari dalam amplob putihnya.