webnovel

KABAR BERITA

Waktu terus berjalan dengan cepat bagaikan roda yang terus berputar tanpa henti, hari ini mata pelajaran sekolah sudah selesai semua. Semua murid siswa-siswi berbondong-bondong keluar dari kelas dan pulang kerumah masing-masing.

Seperti biasa Aku, Memet, Ari, Iwan, Ela dan Rina jalan pulang kerumah bersama-sama, masih dengan topik yang sama mereka mempertanyakan permasalahan tentang Bima yang ikut dengan keluarga ku ke Bintan. dengan beribu alasan juga aku menjelaskan kepada mereka supaya puas dengan penjelasanku terhadap mereka semua.

Hari ini kami tidak memiliki planning untuk berkumpul di base camp pertemuan seperti biasanya, karena merasa lelah dan sangat banyak sekali tugas yang harus kami selesaikan yang di berikan oleh guru-guru pada hari pertama kami masuk sekolah hari ini.

Tidak lama berjalan menuju arah rumah, kamipun berpisah di persimpangan gang rumahku. Aku berjalan menuju kerumah ku sesambil bernyanyi, sesampai dirumah aku melatakkan tas dan mengganti pakaian ku dan menuju ke dapur untuk mengisi perutku yang sudah kosong.

Hari ini ibuku memasak ayam belado salah satu masakan kesukaan ku dengan sayur bayam merah, akupun langsung mengambil piring den menghidangkan nya kepiting untuk menyantapnya tanpa basa-basi. Seperti biasanya rumah ku terlihat sangat sepi di siang hari.

Ayah belum pulang dari kerjanya, sedangkan Kak Dinda yang masih berada di kampusnya yang akan pulang di sore hari. Sedangkan ibu pergi beristirahat siang ke kamarnya untuk memulihkan tenaganya yang lelah mengurus rumah seharian.

Kami akan berkumpul di malam hari setelah makan malam tiba, disaat itulah kami akan bercerita tentang hari yang kami lewatkan seharian di luar rumah. Dan ayah dan ibu akan menjadi pendengar setia yang akan memberi kami dukungan dan solusi jika mendapati keluhan-keluhan yang kami lontarkan dengan kakak terhadap mereka selama waktu belajar.

Selesai dengan makan siang ku, akupun menuju ke kamarku untuk beristirahat sejenak untuk menenangkan pikiran dan otakku yang sudah terkuras di sekolah tadi, aku berbaring di kasur dengan badan yang lelah dan perut yang kenyang.

Sontak saja aku teringat dan terfikir kan olehku dengan kata-kata temanku yang bilang ibu mengajak Bima bersama kami waktu itu untuk menjodohkannya dengan Kak Dinda, aku berfikir kerasa di otakku dan bertanya-tanya. Ingin rasanya saat ini aku langsung menanyakannya langsung kepada ibu.

Tapi aku urungkan niatku itu untuk menjaga apa yang ku rasakan, aku tidak ingin ibu akan curiga terhadap ku yang terlalu pingin tahu tentang itu, apa lagi itu sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Jadi aku tetap berfikir positif tentang itu, kalau benar pun seperti dugaan teman-teman ku.

Itu sangatlah wajar bagiku, secara Kak Dinda sangat cantik dan pintar dan Bima juga terbilang memiliki wajah yang sempurna, siapa yang tidak mau ingin menjadi pasangannya. Apa lagi sikap Bima yang sopan terhadap orang lain membuat dia memiliki nilai tambahan untuknya.

Aku yang hanya memikirkan itu sepanjang waktu membuat aku tertidur sendiri nya, tak terasa tidurku yang sangat lelap membuat ku tidak sadar magrib sudah datang. Dan aku mendengar obralan ayah dan ibu di ruang tamu yang terdengar sangat serius.

Mataku yang masih terasa sangat ngantuk membuat aku tidak terlalu fokus mendengar obralan mereka, aku menenangkan pikiranku sekaligus mengumpulkan nyawaku yang masih terasa belum seutuhnya berkumpul di tubuhku, tidak lama Kak Dinda mengetok pintu kamar ku untuk membangunkan aku.

Akupun bergegas bangun dari tidurku dan beranjak dari tempat tidur ku dan berjalan menuju ke ruang tamu untuk berkumpul bersama mereka, ada sedikit berbeda hari ini. Aku melihat wajah keluargaku yang tidak bersemangat dan selalu tersenyum.

Lontar saja aku bertanya kepada mereka, "tumben jam segini udah pada ngumpul yah," tanyaku dengan rasa penasaran.

"Ada yang mau ayah bilang ke kamu Dit," ujar ayah dengan wajah yang serius.

"Apa tu yah ?" tanyaku dengan penasaran sambil melihat wajah ibu dan kak Dinda yang hanya terdiam membisu.

"Ayah bakal di pindahkan kerja ke Jakarta," ujar ayah dengan to the point.

"Haaaaaa... terus kami gimana yah ?" Ujarku yang kaget mendengar pernyataan ayah.

"Iya ayah di kasih waktu 1 minggu untuk mengurus semuanya, termasuk mengurus sekolah kamu yang akan pindah juga ke Jakarta," ujar ayahku.

"Tapi yahh .. aku gak mau pindah," ujarku dengan muka yang sedih dan merasa ini kabar yang sangat mendadak.

"Ayah mengerti perasaanmu Dit, tapi ini tuntutan kerjaan ayah, ayah harap kamu bisa mengerti. Kita semua tidak ingin ini terjadi, tapi mau gimana lagi, ayah gak ada pilihan lagi," ujar ayahku menjelaskannya.

Aku hanya terdiam dan membisu tidak bisa berkata apa-apa, aku berharap ini masih dalam mimpiku. Tapi inilah kenyataan nya, aku tidak berfikir membuat hatiku gundah, aku akan tinggal tempat yang baru, teman yang baru dan keadaan yang baru.

Yang pasti aku tidak bisa lagi berjumpa dengan teman-temanku dan apa yang harus ku katakan kepada mereka semua, terutama dengan Bima cinta pertamaku. Baru saja aku sudah dekat dan akrab dengannya tapi keadaan berbicara lain yang akan memisahkan kami.

"Dit ibu mengerti perasaan kamu, tapi ibu harap kamu bisa mengerti, ayah akan di promosikan naik jabatannya dengan syarat di pindahkan ke Jakarta," ujar ibu menjelaskan.

"Gak apa-apa dek, ini demi kebaikan keluarga kita juga, jujur kakak juga sulit menerima ini. Tapi mau gimana lagi, kita harus mengerti dengan keadaan ayah, sampai kapan ayah jadi bawahan teruskan," ujar Kak Dinda untuk membuat ku tenang.

Akupun hanya terdiam, tapi disisi lain aku juga kasian lihat ayah. Pasti ayah juga berat memutuskan ini, tapi buat kebaikan keluarga kami ayah menerima tawaran itu, aku mencoba mengikhlaskan semua nya dan mencoba menjelaskan kan ke teman-teman besok di sekolah.

"Iya yah, aku ngikut aja yah. Aku bisa mengerti dengan semua keadaan ini, aku gak mau ayah stress buat mikirin ini semua ya, aku gak apa-apa kok," ujarku dengan tersenyum terhadap ayah, karena aku tau ayah merasa bersalah dan sulit nerima ini semua juga.

"Makasih ya nak, udah ngerti dan ayah bangga punya anak-anak seperti kelian, yang selalu bisa mengerti dengan keadaan keluarga kita," ujar ayah dengan hati yang merasa lega.

Keesokan harinya akupun pamit bersama teman-teman ku beserta Bima, ya seperti kita tau mereka tidak bisa menerima semua ini juga. Tapi dengan alasan demi alasan mereka juga mengerti dengan keadaan, sedihh iya sangat sedih tapi mau gimana lagi.

Biarlah Batam menjadi kota kenangan-kenanganku yang tak akan pernah bisa aku lupakan, dan sesekali aku akan mengunjungi mereka ke Batam ketika waktunya tiba.