Pangeran Muticus masih menggenggam tanganku, dia memperhatikan setiap jari lentik yang dia usap dengan lembut. aku ikut memperhatikan, entah darimana dia mendapat setangkai bunga kecil. Bunga itu memiliki batang yang kecil dan panjang, di buat memutar dan membentuknya seperti cincin indah di dalam kegelapan.
Aku sedikit terpesona dengan apa yang di lakukan oleh Pangeran Muticus, namun itu tidak bertahan lama. aku berpura-pura terlihat biasa saja, ketika Tangannya memasukan Bunga berbentuk cincin tersebut ke arah jari manisku.
Tidak ada kata-kata ketika dia memberikan cincin tersebut padaku, aku dan dia masih sama-sama memperhatikan Bunga yang indah. Aku tau warnanya hanya kuning biasa, tapi entah kenapa warna kuning itu berpendar cantik di sela-sela jariku. aku merasa warnanya memang cocok padaku. seperti warna kunang-kunang yang tadi aku lihat.
"Kau cantik, entah apakah aku bisa melupakan dirimu atau tidak. entah aku bisa melepaskan cintaku yang terlalu dalam ini atau tidak, jika dunia mengijinkan aku mendapatkan dirimu. akan aku lakukan apapun untukmu, jika dunia mengijinkan aku memelukmu dan menjadikan dirimu wanitaku. mungkin aku tidak akan meminta apapun lagi, aku akan merelakan kerajaan ini dan Tahta yang aku punya. walaupun aku tau, tahta itu bukan benar-benar milikku." Ujar Pangeran Muticus, aku yang mendengar kata-katanya langsung memegang kedua tangannya secara bersamaan.
Naluriku terlalu Tidak tau malu, aku malah mengecup kedua punggung tangannya. lalu dengan perlahan aku menatap matanya, aku mendekatkan bibirku ke bibirnya. aku mengecupnya dan memberikan sensasi basah kedua bibirnya. Dia masih menatap mataku dengan tidak percaya, di sela- ciuman kami. aku membisikkan sebuah kata indah.
"Maka berikan semua yang kau punya untuk diriku, bersumpah bahwa kau akan lebih banyak membela diriku, di bandingkan keluargamu. Bersikaplah seolah-olah kau membela mereka. padahal nyatanya kau akan mengkhianati mereka." Mulutku berucap begitu saja, seperti mantra indah yang aku sendiri Tidak tau kenapa aku ucapkan.
Beberapa saat Pangeran Muticus terdiam, matanya menutup. lalu terbuka lagi, di balik matanya aku melihat kekosongan. di balik matanya seperti tidak bersinar seperti tadi, Beberapa saat itu terjadi keheningan di Antara kami.
Namun, ketika aku melepaskan ciuman darinya. Saat itulah pangeran Muticus memegang kepalanya cepat. dia mendesah pelan, seperti seorang kesakitan, aku ingin bertanya ada apa. Tapi bibirku rasanya terkunci.
akku mulai merasakan kedua tanganku yang sudah memegang pipinya. lalu dengan gerakan yang begitu lembut, aku mengelus pipinya. menatap matanya..
"Maukah kau? Menjadi seseorang yang bisa aku andalkan? bersumpah bahwa kau akan menjadi pengikutku." Kataku lagi, aku berusaha untuk menghentikan kata-kata aneh yang terucap sejak tadi.
"Aku bersumpah, atas nama ibuku yang telah wafat, atas nama kerajaan besar milikku! aku menjadi pengikut setiamu, memberikan semua yang kau inginkan. aku bersedia menuruti semua ucapan darimu. Puteri Arabella." Ujar Pangeran Muticus dengan lantang, aku menelan ludah susah payah.
"Bagus.. sekarang, jadilah Pria baik yang akan menjaga diriku. Jangan pernah memalingkan Wajahmu dariku, jangan pernah menatap wanita lain. karena di hati dan otakmu hanya ada aku, hanya ada namaku. hanya ada satu nama.. Arabella! itu adalah sumpah dan dengan darahmu. kau akan mati atas perintahku!." Kataku lagi.
Sekarang aku dapat melihat pangeran Muticus yang mengeluarkan sebuah pisau kecil, dia menyayat jari telunjuknya. mengeluarkan darah segar, saat itu juga bibirku maju dan menghisap darahnya.
Rasa anyir dan amis membuatku hampir muntah, ku kira aku akan mengeluarkan darah tersebut. tapi nyatanya aku malah menjilat tetes terakhir yang ada di jari telunjuk Pangeran Muticus.
"Terimakasih Pangeran, sekarang lakukan apa yang harus kau lakukan.. jadikan aku istrimu, jadikan aku wanitamu. Dewa-dewi dan para leluhur memberikan Restu..." Apa yang aku ucapkan membuatku menaikkan sebelah alis bingung.
Pangeran menatap mataku, tapi tatapan matanya kosong. sangat kosong, aku hanya bisa menelan ludah susah payah. aku ingin berlari dari tempat ini, tapi nyatanya aku masih saja berdiri disini dan menatap matanya tanpa berkedip.
Di dalam ruangan yang sangat temaram, di lihat oleh seluruh lukisan parah leluhur kerajaan. Aku dapat merasakan hawa dingin yang menyentuh tengkuk leherku.
Pangeran sudah menelanjangi diriku dengan cepat. aku dapat merasakan dinginnya udara malam, Karena aku tau Bahwa diriku sudah tidak berpakaian sama sekali.
aku ingin memeluk tubuhku dan menutupnya dari mata pangeran, namun nyatanya tanganku malah menarik lelaki itu dan kami jatuh bersamaan di atas lantai.
Entah datang dari mana penerangan di sekitarku, tapi aku dapat merasakan kunang-kunang yang tadi ada di depan pintu. sudah mengelilingi diriku dan pangeran Muticus, aroma bunga yang tadi aku hirup. sekarang sudah tercium dengan sangat harum di penciumanku.
semuanya terasa seperti mimpi, ketika aku melihat pangeran Muticus mengecup setiap jengkal tubuhku. aku dapat merasakan sensasi basah dan hangat dari bibirnya. aku mendesah, menikmati setiap rasa yang tercipta. aku jatuh dan aku membiarkan saja semuanya terjadi.
*****
[Hei...Ara! bangun! Ara!!]
Sebuah suara yang cukup familiar dan terasa begitu jauh memanggil diriku, aku mencoba untuk menarik kesadaran dan mengikuti sumber suara. Hanya ada cahaya putih.. cahaya itu menuntun diriku ke kehidupan yang sebenarnya..