"Yaah," Clara Dimitrova mengangguk membenarkan ucapan Ardha Candra. "Itu sepertinya lebih masuk akal."
"Lalu, siapa?" tanya Surya Admaja. "Kalau bukan Lucifer, siapa lagi?"
"Entahlah," ujar Ardha Candra. "Saya sendiri pun tidak mengetahui hal ini. Tapi, kalau diingat-ingat lagi, gambar yang ada pada perkamen tua itu," ia memandang pada Surya Admaja, lalu kepada Clara. "Aku merasa kalau itu lebih mirip Baphometh daripada Satan ataupun Lucifer sendiri."
"Hemm…" Clara mengangguk-angguk. "Menarik."
"Ini hanya pendapatku," kata Ardha Candra. "Kalau kalian masih ingat, dia memang tidak memiliki wajah seperti wajah kambing, hanya dua tanduk, lalu sayap besar seperti sayap kelelawar atau naga, atau apa punlah itu. Bukankah Lucifer itu awalnya adalah malaikat? Yang berarti, dia memiliki sayap yang sama dengan sayap para malaikat, sayap burung."
"Yaah," Surya Admaja menunjuk-nunjuk kepada Ardha Candra. "Itu memang masuk akal."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com