Andrean naik ke lantai 20,lalu menuju ruangan Law.
Andrean menggelngkan kepala nya ketika melihat temannya itu masih duduk di kursi nya.
"Selamat malam Presdir GK Estate Sean Lawana" ucap Andrean
Sean langsung menoleh mendengar suara sahabat nya itu.
"Ada apa?" tanya Sean
Andrean tersenyum lalu duduk di sofa yang ada diruangan.
"Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu,ada apa dengan sahabatku ini?" tanya Andrean menyeringai
Sean menatap temannya itu,lalu melempar sebuah kertas di atas meja.
"Aku merindukannya" ucap Sean pelan
Andrean tertawa,kemudian menatap temannya itu lalu mengejek
"Seandainya aku seorang wanita,aku akan sangat bosan mendengar kata-kata mu.Sudahlah Sean,bukankah itu hanya cerita lama..kalian bahkan tidak pernah bertemu." ucap Andrean
Sean memalingkan wajahnya.
"Seharusnya dia ada disana,aku sudah menyuruhnya untuk menunggu." ucap Sean yang kemudian menyandarkan kepala nya di punggung kursi,melihat langit-langit ruangan itu.
Andrean menggelengkan kepala melihat tingkah Sean.
"Jangan bilang kamu ke Surabaya kemarin untuk menemuinya" selidik Andrean
"Ya" jawab Sean pelan
"Astaga Sean,kamu bahkan hilang saat pertemuan di hotel hanya untuk menemuinya." ucap Andrean lagi kesal
"Aku juga bisa meninggalkan seluruh perusahaan ini demi dia." jawab Sean lagi
Andrean yang menatap Sean langsung berdiri dan mendekati temannya itu.
Itu bukan pertama kali nya sahabat nya benar-benar terlihat frustasi.
Setiap kali dia dalam keadaan tidak baik,dia pasti menginap di kantor.
Untung Bunda Sean menelfon Andrean tadi.
"Aku benar-benar merindukannya,Ndre." desah Sean pelan
Wajahnya memerah,seolah menahan tangis.
Andrean hanya bisa menepuk bahu nya seraya menenangkan.
Sean hanya bisa melihat kertas surat yang terakhir kali dia ambil saat ke Surabaya.
Yah..saat peresmian hotel dari anak perusahaan yang di kelola Andrean.
Dia sempat kembali kerumah lamanya,berharap bertemu Kyra..tapi penghuni rumah itu orang lain.
"Kamu tau Sean,kadang ada beberapa hal yang memang harus kamu lupakan..demi untuk melanjutkan hidupmu." ucap Andrean pelan
Sean kembali menatap Andrean yang duduk didepannya.
"Kamu tidak akan mengerti,bertahun-tahun..aku selalu memimpikannya.Bagaimana kita melewati semua nya bersama..aku ingin melihatnya Ndre,aku tidak bisa terus hidup hanya dengan potretnya.Aku ingin melihatnya..melihat bagaimana gadis ke cilku sekarang tumbuh." rintih Sean pelan kemudian dia tertunduk lemas memejamkan matanya.
Andrean melirik kertas dimeja lalu mengambilnya.Andrean kaget melihat tulisan itu yang sengaja dikirim untuk Sean.
Wajar saja sahabatnya jadi seperti itu.
"Gadis itu masih ada" gumam Andrean dalam hati
11tahun sejak berpisah dengan Kyra,semua barang yang Sean bawa disusun oleh Bunda dirumah Bunda nya.
Tak satu pun foto Kyra dia temukan,bagaimana pun dia mencari..bagaimana pun dia mencoba menanyakan pada Bunda,Bunda nya hanya bilang "Kamu tidak memerlukan foto itu".
Sean tau saat itu Bunda sangat kecewa,merasa sakit hati..dan kalut dengan perasaan nya yang dikhianati Ayah.
Demi Bunda,beberapa tahun yang Sean lewati hanya untuk menyenangkannya.
Tapi semakin lama,dia semakin tidak bisa menahan perasaannya.
Bagaimana pun gadis kecil yang dulu bersama nya,berhasil menumbuhkan perasaan yang lebih dari sekedar rindu seorang bocah.
Dia sudah dewasa,maka perasaan untuk Kyra pun sangat besar.
Dia teringat saat malam dia berhasil masuk kekamar Bunda.
Bunda dan Ayah yang nyenyak tidur,sama sekali tidak merasakan kehadiran Sean.
Sean coba mencari dimeja,dilaci,tidak ada satupun barang Kyra.
Kemudian dia membuka dompet Bunda,disitulah dia menemukan selembar foto Kyra yang sedang tersenyum manis,rambut kuncir dan gigi nya ompong.
Hanya satu kenangan,mengabadikan setiap momen yang dia rindukan.
Semakin dewasa,Sean tumbuh dengan baik..tampan,kulit putih,mata yang sayu..rambut pirang dan anting-anting.
Menunjukkan bagaimana karakter nya 11tahun yang lalu.
Seorang ABG yang jahil,namun serius.
Pagi itu Kyra mengurus beberapa jadwal meeting selesai jam makan siang.
Dibawah pun para karyawan nampak sibuk,sejak keberangkatan Sean ke Surabaya kemarin.
Banyak sekali beberapa dokumen dari anak cabang yang mesti di tanda tangani.
Natalie melihat Kira yang tengah duduk di tempatnya.
"Kira" panggil Natalie
"Iya" Kira mendekati Natalie
Natalie memberikan beberapa dokumen padanya.
"Ini tolong berikan pada Presdir." ucap Natalie
Kira mengangguk lalu menuju keatas,Kira melirik Lia yang tengah sibuk diruangannya.Lalu menuju ruangan Presdir.
"Masuk.." ucap Pak Law
"Maaf,Pak..ini ada beberapa dokumen yang harus di tanda tangani." ucapnya sembari memberikan dokumen di atas meja
Pak Law menolah lalu melihat Kira.
Dia memperhatikan gadis itu.
"Kira,itu namamu?" tanaya Pak Law,lalu mengambil dokumen diatas meja
"Iya,Pak" jawab Kira
"Bagus." ucap Pak Law
Kira tersenyum mendengarnya.
"Terima kasih Pak." ucapnya sedikit malu
"Apa nanti malam kamu sibuk?" tanya Pak Law
Kira menatap Pak Law bingung,dia tidak menjawab tapi hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu,makan malamlah denganku." ucapnya lagi
Masih dalam keadaan bingung,Kira hanya mengangguk mengiyakan.
Dia tau Pak Law sudah punya tunangan,tapi ini kesempatan besar..fikirnya.
Kapan lagi dia bisa makan dengan seorang bos besar.
Mungkin itu salah satu jalan agar dia cepat naik jabatan.
"Oke,jam 8malam direstoran sebrang kantor..kita bertemu disana." ucap Pak Law datar
"Baik Pak,saya permisi" ucap Kira pelan
Dia berbalik sambil tersenyum,dia berfikir Pak Law pasti tertarik padanya.
Pak Law bersikap baik,padahal dia sering mendengar kalau Pak Law adalah seorang pria yang dingin.
Dia keluar ruangan lalu melirik keruangan Lia dengan sinis.
"Sebentar lagi ruangan itu akan jadi milikku" gumamnya dalam hati
Kira turun kebawah dan memberikan berkas itu pada Natalie.
Dia kembali duduk,dia mulai mengirim beberapa pesan pada temannya.
"Aku akan makan malam dengan presdir" pesannya pada seseorang teman.Yang tak lain adalah orang yangm enyarankan dia melamar pekerjaan disana.
Natalie yang melihat Kira terus tersenyum hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Malam itu,Kira membongkar beberapa pakaian nya dilemari.
Saat tiba langkah seseorang masuk.
"Apa yang kamu cari Nak?" tanya ibunya
Kira hanya diam tidak menghiraukan.
"Mau ibu bantu?" tanya ibunya lagi
"Diamlah bu,aku bisa melakukannya sendiri." jawab Kira
Kira menyetel beberapa pakaiannya didepan kaca.Ibu nya masih memeperhatikan,beberapa baju yang dia pilih dia lemparkan diatas kasur.
Sesaat Kira melihat wajah ibu nya di kaca.Dia melirik sinis.
"Bagaimana mungkin aku tidak memiliki baju yang bagus?ini semua karena orangtua yang tidak mampu memanjakan anaknya." ucap Kira sinis
"Semua baju yang kamu coba itu,cantik sayang." ucap Ibu nya tersenyum
"Ibu,yang cantik dimata ini dan orang itu berbeda..bahkan pakaian bekas pun masih ibu bilang cantik." ucap Kira seraya mencibir
Ibu nya hanya menunduk.Melihat itu Kira semakin jengkel.
"Keluarlah,sebentar lagi suami mu itu pulang" ucap Kira kasar
Ibunya berlalu keluar.
Kira tidak ingin melihat Ayahnya itu,dia adalah suami ibunya..setelah Ayah kandungnya meninggal saat dia wisuda karena sakit keras.Kira tidak pernah memanggil suami ibu nya itu dengan sebutan Ayah.Bahkan dia menyalahkan ibunya atas kematian ayahnya,karena ibunya yang lalai.Ditambah lagi melihat ibunya menikah dengan suami nya sekarang.
Dulu dia menyukai Om Feri,hanya saja sejak bisnis kuliner yang Om Feri jalankan tidak aktif lagi..keadaan ekonomi keluarga semakin menurun.
Yang tidak mampu memenuhi kebutuhan Kira,karena dia sudah terbiasa hidup foya bersama teman-temannya.
Kira naik taksi menuju restoran,dia tersenyum saat melihat Presdir benar-benar duduk menunggunya.
Pak Law melihat Kira datang lalu mempersilahkannya duduk.Kemudian dia memanggil pelayan.
"Kamu mau makan apa?" tanya nya pada Kira
"Saya makan apa saja yang Bapak pesan" jawabnya gugup
"Panggil saya Sean" ucap Presdir
"Baik Sean" jawabnya pelan
Sean menatap Kira dan sedikit bingung.
Dia berfikir Kira hanya mencoba bermain tarik ulur dengannya.Atau mungkin Kira tidak mengenalnya.
Gumam Sean..
Dia tidak terlalu mengenal semua karyawannya,yang dia tau hanya nama yang mereka sebutkan.
Karena yang mengurus semua lamaran adalah Andrean.
Dia hanya meneruskan perusahaan karena permintaan ayahnya.Maka dari itu Andrean sering menggantikan pekerjaannya,dan semua karyawan mengenalnya.Tapi semenjak Andrean dipindahkan ke anak cabang dan mulai meresmikan hotel,dia akhirnya mengurus semua pekerjaan di hotel sendiri,itupun di bantu oleh Natalie..orang kepercayaan ayahnya.
Sean menyantap makanan,sementara Kira beberapa kali melirik pada Sean.
Dia masih tidak menyangka dengan yang ia lihat,merasakan antara mimpi dan kenyataan.Tiba-tiba Sean melihatnya.
"Bagaimana keadaan mamamu?" tanya Sean
"Mama?ah..iya mama baik" jawab Kira
Kira bingung dengan maksud Sean menanyakan mamanya.Tapi melihat Sean yang biasa-biasa saja dia kembali dan berhenti memikirkan.
"Aku sudah menerima suratmu,terima kasih" ucap Sean pelan seraya tersenyum padanya
Kira terperanga,ini pertama kalinya dia melihat Presdir nya tersenyum.Tapi dia bingung dengan apa yang Sean katakan.
"Surat?" tanya nya
Sean memandangnya dan tersenyum.
"Tentu,apa kamu mencoba bermain tarik ulur?" tatap Sean,sambil mengangkat alisnya
"Oh itu,iya." Kira mengiyakan
"Makanlah." ucap Sean pelan
Malam itu Kira benar-benar bingung..sepertinya Sean salah mengenalinya dan mengira dia orang lain yang Sean kenal.
Tapi Kira tidak berusaha menjelaskan,bagaimana pun ini lesempatan bagus baginya.
Iya hanya beberapa kali mengiyakan,karena bingung harus memberikan jawaban apa.
Sedangkan Sean mulai merasa sedikit lega,walaupun dia berfikir Kira tidak meresponnya seperti yang dia inginkan.
"Aku antar kamu masuk." ucap Sean
"Tidak perlu." jawab Kira
"Aku ingin melihat mama." jawab Sean pelan
Kira melirik rumahnya lalu mendorong Sean masuk kemobil.
"Ini belum saatnya." ucap Kira
Sean hanya menganggukkan,mungkin maksud Kira belum saatnya..karena terakhir kali keluarga mereka ribut.