webnovel

HILANG DI MALL

Seumur hidup tidak pernah pergi ke mall, sekalinya datang ke mall dia langsung hilang. Siapa lagi kalau bukan Rania? Faisal dan Alma sampai lelah mencarinya, keliling mall sampai menyusuri setiap toko yang mereka jumpai, tapi tetap saja tidak menemukan adanya Rania disana.

Faisal sendiri tidak mau terlalu sibuk mencari Rania, dia hanya ikut pergi kemanapun Alma menarik tangannya. Lelaki dengan pakaian santai itu memang kelihatan sedikit malas berurusan dengan wanita bernama Rania, apa lagi dengan hilangnya dia di tempat sebesar ini.

Bagaimana mungkin mereka bisa menemukannya semudah itu, sementara Faisal tidak punya akses untuk memeriksa setiap cctv di tempat itu. Alma yang mencarinya kesana kemari hanya bisa merengut sepanjang pencarian.

"Duh, Rania kemana, ya, Mas? Aku khawatir kalau sampai dia di jahati orang, bagaimana jika hal itu sampai terjadi?" cemas Alma sambil menarik tangan kiri Faisal, sementara tangan kanannya terlihat masuk ke saku celana.

"Kenapa kita tidak pergi ke pusat informasi saja untuk mencarinya? Setidaknya dia masih bisa mendengar suara jika tidak bisa mencari jalan keluar," saran Faisal.

Alma merasa tidak senang dengan respon Faisal yang terdengar ogah-ogahan. Apa lagi saat melihat ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak terlihat cemas, padahal yang hilang sekarang adalah istrinya sendiri.

Setidaknya ada sedikit rasa khawatir lah, jangan seperti itu. Alma saja khawatir, karena dia tahu Rania memang tidak pernah menginjakkan kaki di mall ini, dia khawatir kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada adik madunya itu.

"Apa kamu tidak mencemaskannya sedikitpun? Kamu kelihatan begitu santai, Mas. Jika kamu tidak mau membantuku mencarinya, biar aku saja yang mencarinya sendirian," ketus Alma pula lalu melepaskan tarikan tangannya pada lengan Faisal.

Dia berjalan sendirian meninggalkan Faisal yang malah berdiri dengan wajah bengong di sana. Tidak-tidak, ini salah. Bukan itu yang Faisal maksud, dia hanya ingin mencari cara yang lebih baik dengan mengandalkan pusat informasi di mall ini, bukan berarti dia tidak ingin mencari Rania.

"Sayang, tunggu dulu!" Faisal mengejar Alma dan menarik tangannya. "Bukan seperti itu maksudku, aku hanya tidak mau kamu lelah berjalan mencari Rania, jadi akan lebih baik jika kita datang ke pusat informasi untuk memanggil Rania di sana," jelas Faisal pula.

"Kita masih punya kaki, kenapa kita tidak mencarinya saja? Atau kamu punya nomor ponselnya? Hubungi saja dia sekarang," seloroh Alma.

Dia lebih mengandalkan usaha dari pada harus mencari dengan jalan pintas. Sebenarnya tidak ada yang salah, keduanya sama-sama usaha yang bagus untuk mencari Rania, tapi sayangnya Alma tidak melihat adanya kepedulian di diri Faisal terhadap istri keduanya, membuat Alma tidak senang.

"Aku ... tidak punya nomornya," jawab Faisal lirih, membuat Alma langsung memutar bola mata dengan malas sambil melenggang pergi.

Sementara mereka sibuk mencari, Rania juga sibuk berjalan kesana-kemari, berusaha mencari mereka yang entah ada di mana. Naik ke lantai dua, dia malah semakin di buat bingung dengan jejeran toko yang terlihat begitu ramai.

Benar-benar seperti anak ayam yang kehilangan induknya, celingukan ke kanan dan ke kiri, tapi tak kunjung menemukan apa yang dia cari. Bagaimana sekarang, bagaimana jika dia tidak bisa kembali ke Alma dan Faisal jika dia tidak bisa menemukan mereka?

Kejadian tak terduga mendadak terjadi saat dia menaiki eskalator menuju lantai tiga. Dia masuk ke salah satu toko yang menarik perhatiannya, dia berusaha mencari keberadaan Alma dan Faisal di sana, karena dia sempat mendengar kalau Alma ingin membeli sebuah tas baru di sana.

Tapi penampilannya yang kucel dengan pakaian batik itu membuat beberapa orang mencurigainya, sampai dia di tuduh mencuri hanya karena memegang beberapa tas mahal di sana. Keributan dan kejadian saling tuduh pun terjadi, membuat toko di penuhi pengunjung yang langsung mengerumuninya.

"Ada apa itu, Mas?" tanya Alma pada Faisal ketika mereka melihat kerumunan yang tak jauh di hadapan mereka, tepat di depan sebuah toko tas yang biasa Alma singgahi.

"Sebaiknya kita tidak perlu tahu, fokus saja mencari Rania dulu," balas Faisal yang berniat pergi.

"Mas! Kenapa kita tidak periksa ke sana? Siapa tahu saja Rania ada di sana," cegah Rania pula menahan langkah Faisal.

Faisal yang memang tidak pernah bisa menolak keinginan istri kecintaannya itu pun mau tak mau langsung menurut. Mereka menghampiri kerumunan itu dengan seorang gadis yang terhakimi di tengah mereka.

Dia kelihatan ketakutan, berbagai macam tuduhan dan juga cacian para pengunjung membuatnya tertunduk malu sambil memegang tas mahal di tangannya. Padahal dia hanya melihat-lihat saja. Alma yang melihat Rania berdiri di tengah pun langsung menghampirinya.

"Alma, jangan!" cegah Faisal, tapi dia terlambat karena sudah keduluan oleh langkah Alma yang bergerak cepat menghampiri Rania.

Faisal hanya bisa berdecih kesal melihat tingkah istrinya yang kelihatan begitu peduli pada Rania, padahal apa yang dia perbuat itu bisa membuat mereka malu disini.

"Hei, ada apa ini?!" tanya Alma sambi memeluk Rania.

"Kamu siapa? Dia sudah berniat mencuri tas ini dari tokoku, dan sebaiknya kamu tidak perlu jadi pahlawan kesiangan untuknya!" jawab salah seorang wanita yang bertubuh gemuk.

Mencuri? Alma sontak langsung melihat ke arah Rania, dan wanita itu langsung menggeleng dengan kuat. Itu sama sekali tidak benar, dia bahkan memperlihatkan tatapan penuh kejujuran yang hampir meneteskan air mata.

Berulang kali Rania mencoba memberi penjelasan, tapi dia tetap tidak mendapat kesempatan untuk menjelaskan, bahkan tidak ada yang mau mendengarkan perkataannya. Dan semua orang terus saja menyorakinya, sampai ada yang berniat melaporkannya ke kantor polisi.

"Tidak, Rania tidak mungkin mencuri! Dia gadis baik-baik, tidak mungkin dia mencuri tas di toko ini!" bela Alma dengan suara lantang.

"Buktinya sudah jelas, dia memegang tas itu di tangannya. Penampilannya juga tidak meyakinkan, bagaimana mungkin dia bisa membeli tas semahal itu?!" Salah satu pengunjung ikut menghakimi Rania di sana.

Bersahutan dengan pengunjung lain yang juga menuduh Rania, bahkan beberapa dari mereka mengaku sudah melihat gelagat aneh Rania sejak dia masuk ke dalam toko. Membuat yang lainnya ikut percaya dan menyoraki Rania dengan lantang.

"Hentikan!" Faisal angkat bicara dengan cepat sambil menghampiri Rania, dia berdiri tepat di depan gadis itu. "Apakah tuduhan mencuri itu bisa hilang jika dia bisa membeli tas ini?" tanya Faisal pada sang pemilik toko.

"Silahkan, buktikan saja kalau dia bisa membeli tas itu, berarti dia tidak mencuri. Dan aku bisa percaya!" jawabnya.

"Berapa harga tasnya? Gesek saja kartu ini," balasnya lagi sambil mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompetnya.

Semua orang terdiam melihatnya, bahkan suasana mendadak jadi hening seketika. Dan salah satu pegawai toko langsung membawakan mesin gesek kartu untuk segera melakukan transaksi di depan semua orang.

"Harganya 24 juta, terima kasih," kata pemilik toko pula.

"Lain kali, jangan sembarangan menuduh hanya karena penampilannya. Istriku tidak akan mungkin melakukan itu!" tegas Faisal sambil mengambil kartu kreditnya dari tangan sang pemilik toko.

Semua orang tercengang mendengar perkataan Faisal, bahkan mereka sampai menutup mulut karena saking tidak percayanya dengan apa yang mereka dengar. Tapi ... mereka juga tahu kalau Faisal adalah pengusaha cengkeh terbesar di Jambi, tak heran kalau dia bisa membeli tas dengan harga segitu.