webnovel

Halloween House

"Hanya karena kami tinggal dalam kegelapan, bukan berarti kami seorang penjahat. Kami ada juga karena ulah manusia." Ada peraturan tak terucap di Northwood. Hutan di pinggir kota adalah daerah yang tak boleh di masuki, tidak perduli apapun tujuanmu. Jika melanggar maka berdoalah, semoga dosamu di ampuni oleh yang maha kuasa. Karena begitu kau menginjakkan kaki di daerah mereka, maka kematian akan menjemputmu. Siapa mereka? Pemilik hutan tentunya, makhluk yang telah menempati hutan selama ratusan tahun. Jika kau melanggar, maka terimalah akibatnya. Jangan mencari tau apa yang tidak perlu di cari tau. Rasa penasaran akan membunuhmu jika kau terlalu ingin tau sesuatu yang bukan urusanmu. Hutan bukanlah tempat bagi manusia sok tau berada. Turunkan egomu dan kembalilah, karena mereka tidak akan mengampuni mu jika kau merusak hutan.

SilverElixir · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
3 Chs

Into The Woods

"Tiga buah peti mati hanyut dalam sungai~"

Para gagak berteriak saling bersahutan di atas bangkai anak manusia yang mulai membusuk di tengah hutan. Suara cempreng burung yang menjadi tanda sang kematian telah datang terdengar menggema di hutan. Memanggil keluar sejumlah makhluk yang menjadi mimpi buruk manusia.

"Empat batu nisan hancur termakan waktu~"

Dari dalam kegelapan, di iringi nyanyian dari suara yang sedikit cempreng, tiga sosok berpenampilan mengerikan berjalan keluar, menyeret mayat seorang manusia yang sepertinya baru saja mati. Salah seorang dari mereka melempar mayat itu ke jurang.

"Lima mayat manusia jatuh dan hancur di jurang~"

Dengan entengnya, dia melempar tubuh manusia yang ukurannya dua kali lebih besar dari dirinya. Sedangkan sosok di sisi kirinya tersenyum miring. Terlihat menikmati pemandangan mayat yang berguling ke bawah, dan perlahan hancur terkena batu tajam dan ranting.

"Tugas selesai." ucap sosok berambut pink dengan bekas luka jahitan di lehernya.

Satu lagi berambut pirang terlihat bosan dan tidak tertarik sama sekali dengan semuanya. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi, bahkan terlihat kosong. Sedangkan yang baru saja melempar mayat ke jurang masih memandang ke arah mayat yang sudah tertancap di pohon.

"Apa ini yang terakhir?" tanya si pirang dengan nada malas.

"Ya, tapi kita masih harus berpatroli lagi untuk memastikan tidak ada yang tertinggal." yang berambut pink menjawab.

"Semakin banyak saja orang yang mati di hutan." wanita berambut hitam yang baru saja melempar mayat itu berujar pelan.

"Bukannya bagus? Mereka bisa jadi pupuk untuk hutan." Si rambut pink berujar dengan senyum lebar.

Dua wanita lain terlihat memasang wajah datar. Namun dari tatapan mereka, bisa di lihat bahwa mereka tidak terlalu suka dengan apa yang terjadi. Angin berhembus perlahan, menbuat rambut dengan warna berbeda menari-nari di bawa angin. Sepasang mata hijau menatap ke arah langit, menatap kanvas hitam bertabur bintang yang mengintip malu-malu di balik awan.

"Apa kalian tidak merasa aneh?" yang berambut pirang akhirnya buka suara. Dan kedua temannya menoleh dengan tatapan bingung.

"Banyak manusia yang mati secara tidak wajar di hutan. Dan banyak pohon yang kering mendadak, hewan-hewan juga mulai bermigrasi. Kalau begini terus, keseimbangan hutan akan kacau." mata hijaunya memandnag kedua wanita di depannya kemudian.

"Bukan hanya kau yang merasakannya." yang berambut hitam menyahut setuju.

Memang suasana hutan agak aneh belakangan ini. Ratusan tahun tinggal di dalam hutan, mereka tidak pernah melihat kejadian seaneh ini. Bahkan ketika wabah mematikan menyerang manusia, paling banyak yang mati dalam hutan hanya dua sampai tiga orang dalam seminggu. Tetapi sekarang jumlahnya jauh di atas wajar.

Mereka belum pernah melihat ada tumpukan mayat sebanyak ini di hutan. Dalam semalam, mereka bisa membersihkan antara tujuh sampai dua belas mayat. Padahal normalnya, mereka hanya membuang tiga sampai empat mayat dalam tiga minggu. Sekarang jumlahnya bertambah drastis. Dan lagi, keadaan mereka tidak wajar. Matanya terbuka lebar seperti terkejut dan mulutnya menganga. Wajahnya pucat dan kulitnya berubah menjadi abu-abu. Seperti sudah terkubur dalam tanah selama berhari-hari. Namun tidak menimbulkan bau busuk. Kalau ini memang kebodohan manusia itu sendiri, tidak mungkin sampai ada lebih dari 5 orang bergelimpangan di hutan setiap harinya. kondisi ini sudah sangat tidak normal.

"Kita harus-"

Percakapan ketiga orang itu berhenti ketika mereka mendengar suara teriakan melengking yang sungguh mengerikan. Gagak dan burung yang bertengger di atas pohon beterbangan karena suara teriakan itu. Asalnya dari dalam hutan, dan teriakan barusan tidak hanya di dengar oleh ketiganya saja.

Pria berambut hitam yang sedang asyik menyantap makanannya juga mendengar teriakan itu. Mata emasnya memandang ke arah langit, tepatnya ke arah burung-burung yang tampak meninggalkan hutan. Angin berhembus perlahan, menyapu wajah pucat berlumuran darahnya.

"Anginnya berubah."

Pria misterius itu membersihkan mulutnya yang berlumuran darah, dan menendang mayat pria gemuk yang baru ia santap jantungnya ke sungai. Suara teriakan tadi bukanlah suara teriakan manusia maupun hewan. Melainkan suara teriakan mirip teriakan banshee. Tetapi suara teriakan banshee tidak mungkin sedalam itu. Suaranya terlalu berat untuk suara teriakan banshee. Tetapi dari lengkingan mengerikan tadi, orang mungkin akan mengira itu banshee, meski sebenarnya bukan.

Dan satu lagi yang mendengar teriakan itu adalah pria berambut putih di dalam ruangan yang mirip ruang kerja. Awalnya dia sedang sibuk dengan laporan-laporan yang menumpuk di mejanya. Sampai suara teriakan tadi mengambil perhatiannya. Mata mintnya menatap ke luar jendela. Ke arah burung gagak yang mulai pergi meninggalkan sarangnya.

Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di dalam hutan sana. Dan semua ini akan mengganggu keseimbangan yang telah ia pertahankan sejak awal. Semua yang terjadi bukanlah pertanda baik. Dan teriakan barusan hanyalah awal dan permainan licik yang di jalankan seseorang.

Dan yang terakhir adalah dua orang yang sedang memasak spageti bakso di halaman sebuah rumah besar. Mereka terlihat terkejut dan bingung. Karena tidak mungkin ada makhluk yang bisa membuat suara sekeras itu, bahkan meski banshee sekalipun, tidak mungkin suara teriakannya sekencang dan sejauh ini.

"Zen?" gadis kecil berambut hitam dengan mata putih itu menatap ke pria pucat di sebelahnya.

"Sepertinya, ada sesuatu yang terjadi di dalam hutan." pria bernama Zen itu terlihat terusik dengan suara barusan. Firasatnya mengatakan kalau akan ada bahaya yang datang menghampiri. Dan semua ini tidak akan berakhir dengan baik.

"Ayo masuk. Sebaiknya kita tunggu kabar dari yang lain."

Gadis kecil itu mengangguk. Mereka segera membereskan peralatan masaknya dan kembali ke dalam mansion. Sebelum masuk, Zen sempat menatap ke arah langit yang mulai mendung. Burung gagak di sekitar tempat tinggal mereka juga mulai pergi meninggalkan sarangnya. Sebuah pertanda tidak baik, dan kemungkinan akan terjadi kerusuhan di dalam hutan.

"Ku harap mereka cepat kembali," ujarnya pelan kemudian masuk ke dalam mansion. Ia bangkit dari kursinya, meninggalkan ruang kerja dan tumpukan kertas dan koran yang menggunung.