Hasan dan Fadhel telah diusir dari [Aldora City]. Mereka tidak bisa kembali lagi ke tempat tersebut. Kedatangan mereka telah menimbulkan perasaan buruk bagi Ras Kadal Merah di kota itu. Hasan dan Fadhel merasa tidak tahan melihat perlakuan Ras Kadal Merah yang tinggal di sana. Semua ini disebabkan oleh tuduhan Voth yang menghasut bangsawan dan para kadal di kota itu.
Ini bukan saatnya meratapi kepedihan yang terlalu lama. Hasan dan Fadhel harus memikirkan langkah selanjutnya. Mereka berdua menatap area sekitar. Hanya pepohonan dan jalanan dari tanah yang tidak menyambut mereka seperti sebelumnya. Namun, mereka berdua tidak punya pilihan lain. Selain itu, Hasan dan Fadhel ingin segera pergi dari kota tersebut yang telah mengusir mereka setelah menyelamatkan mereka dari serangan Plantazel.
“Hasan, apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya Fadhel pada Hasan.
“Entahlah. Aku tidak tahan dengan perlakuan ras di kota ini. Aku tidak ingin kembali ke [Aldora City] lagi. Selain itu, kita baru sampai di dunia ini. Kita harus mendapat informasi lebih banyak. Aku tidak ingin percaya dengan informasi dari Voth itu, tapi monumen yang ditunjukkan olehnya pada kita mungkin saja menggambarkan sejarah dunia GHO ini,” Jawab Hasan serius.
“Aku sempat melihat dan membaca peta yang digambarkan di bagian kotak gim GHO. Jika kita mengikuti jalan ini, maka kita bisa sampai ke tempat bernama [Finias],” Kata Fadhel sembari menunjuk ke arah jalan yang mereka injak.
“[Finias]? Apa di sana ada ras sialan seperti di [Aldora City]?”
“Aku tidak tahu detailnya, tapi aku sedikit membaca soal keberadaan Ras Elf dan Ras Serigala yang hidup bersama di kota itu,” Kata Fadhel sembari mengingat-ingat.
“Kalau begitu, [Finias] adalah kota yang bisa dibilang menjunjung tinggi toleransi antara Ras Elf dan Ras Serigala.”
“Kenapa kau berpikir begitu?” Tanya Fadhel kepada Hasan.
“Dua ras berbeda yang tinggal bersama di sana memiliki gaya hidup yang mungkin saja berbeda-beda. Kemungkinan, kedua ras itu bisa hidup bersama dalam melakukan hubungan yang saling menguntungkan,” Jawab Hasan dengan percaya diri.
Fadhel terdiam sejenak. Dia berpikir bahwa apa yang dikatakan Hasan ada benarnya. Dua ras yang mungkin bisa menerima mereka yang merupakan ras berbeda. Namun, Hasan berpikir bahwa [Finias] akan menerima mereka atas beberapa alasan. Keberadaan dua ras yang dikatakan oleh Fadhel memberi kesan baik bagi Hasan.
“Kau ada benarnya juga, Hasan. Namun, aku tidak menjamin mereka akan menerima kita yang berasal dari Ras Manusia. Apa yang akan kita lakukan jika mereka tidak menerima kita?” Kata Fadhel dengan serius.
“Pokoknya, aku tidak ingin berada di lingkungan yang tidak ramah seperti Kota Aldora. Kita akan mencari tempat lain yang lebih aman jika [Finias] tidak mau menerima kita dengan baik, Fadhel. Kita harus menemukan tempat tinggal yang aman, informasi dunia ini, dan mendapatkan kebutuhan hidup yang cukup. Aku sudah tidak kuat memikirkan hal ini terlalu banyak,” Ujar Hasan sembari menghela napas panjang.
“Tujuan kita adalah [Finias]. Aku tidak tahu jarak antara [Finias] dengan [Aldora City]. Dan kita harus berjalan kaki mengikuti jalan ini, Hasan.”
“Baiklah. Apapun asal tidak ada kaitannya dengan penduduk Aldora, Fadhel.”
Fadhel dan Hasan melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Mereka berdua sudah menetapkan tujuan mereka, yaitu [Finias]. Hanya saja, mereka tidak mengetahui seperti apa [Finias] itu. Hasan tidak bisa tenang. Dia juga merasa bahwa tindakan yang dia lakukan seharusnya tidak menimpa Fadhel. Sebagai sesama Ras Manusia, mereka tidak bisa mengendalikan emosi yang berlebihan. Jika mereka tidak melakukan kontak dengan orang yang mencurigakan seperti Voth, mungkin keduanya tidak akan diusir dari Kota Aldora.
Hasan dan Fadhel terlalu mempercayai Voth dalam membeberkan informasi dari dunia tersebut, sehingga mereka kurang waspada. Informasi yang diberikan oleh Voth pada mereka berdua akan dipertimbangkan kebenarannya. Saat ini, mereka berharap dapat menemukan kebutuhan pokok agar dapat mengetahui hal-hal tentang dunia ini dan Bumi.
“Apa kau merasa nyaman membawa [Mald Arrow] dengan tanganmu, Hasan? Apa kau tidak mencoba bagian penyimpanan untuk menyimpannya?” Tanya Fadhel pada Hasan.
“Ah, maaf. Aku tidak fokus sampai ke sana. Pikiranku masih tidak bisa lepas dari Kota Aldora,” Kata Hasan membalas.
“Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Kau hanya perlu melangkah maju. Aku tidak tahu apa yang kau dapatkan hingga menerima salah satu dari [7 Senjata Suci], tapi aku percaya bahwa kau akan menjadi seorang pahlawan di dunia ini,” Kata Fadhel menyemangati Hasan.
“Ya, aku rasa kau benar.”
Wajah Hasan mulai terlihat lebih santai. Dia pun mengikuti saran dari Fadhel untuk menyimpan senjatanya di penyimpanan. Hasan memeriksa penyimpananya dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Dia bisa berharap cukup tinggi karena Hasan baru menjadi [Great Hero]. Hasan mencoba meletakkan [Mald Arrow] pada penyimpananya. Seketika, [Mald Arrow] lenyap dari tangannya.
Penyimpanan milik Hasan telah bertambah 1 benda dengan nama [Mald Arrow]. Tandanya, Hasan berhasil menyimpan senjatanya. Hasan memeriksa [Menu Bar]-nya. Dia mencari kemungkinan adanya [Item] yang ada di penyimpanannya. Namun, dia merasa tidak ada perubahan banyak di penyimpananya. Fadhel mencoba mendekati dan melihat [Menu Bar] milik Hasan sembari berhenti sejenak.
“Hmmm....Tidak ada yang berubah di sini. Selain itu, [Item] yang kumiliki tidak ada yang ditambahkan selain [Mald Arrow]....” Kata Hasan sembari menelusuri [Menu Bar]-nya.
“Tunggu dulu, Hasan! Coba lihat bagian ini!” Fadhel menunjuk ke arah [Menu Bar] bagian kiri.
“Ini....uangku bertambah menjadi 1100 Ald? Bagaimana bisa? Padahal, kita baru sampai di dunia ini dan aku tidak pernah menambahkan uang ke dalam penyimpanan! Atau mungkin....” Hasan menduga hal yang tidak bisa dipercaya.
“Kurasa, dugaanmu benar, Hasan. Uangmu bertambah saat mengalahkan Plantazel di Kota Aldora,” Kata Fadhel meyakinkan dugaan yang dipikirkan Hasan.
“Bukankah ini aneh, Fadhel? Ataukah ini termasuk salah satu kemudahan yang diberikan kepada para pemain GHO?”
“Aku belum bisa memastikannya, Hasan. Ada benarnya kalau ini merupakan salah satu kemudahan yang diberikan pada para pemain. Hanya saja, jika sistem seperti ini diberikan, maka bagaimana dengan ras-ras lainnya?”
“Kita akan mengetahuinya cepat atau lambat, Fadhel. Yang kita butuhkan adalah informasi tentang dunia ini. Dan juga, tempat tinggal kita yang kemungkinan telah hancur karena bencana itu.”
Hasan menekan uang yang dia dapatkan di [Menu Bar]-nya. Kemudian, Dia menuliskan nominal 50 Ald dan menekan [Ok]. Beberapa saat kemudian, uang tersebut keluar dari penyimpanan Hasan. Uang tersebut berbentuk lingkaran berwarna biru tua dengan salah satu sisi menunjukkan nominal 50 Ald, sedangkan sisi lainnya hanyalah polosan. Hasan telah mengeluarkan uang 50 Ald dari penyimpanannya. Uang yang tersisa pada penyimpanannya sebesar 1050 Ald. Ini merupakan percobaan kedua Hasan menggunakan penyimpannya setelah menyimpan [Mald Arrow].
“Jadi, ini uang resmi dari GHO? Aku tidak tahu berapa nominal 50 Ald ini jika dibandingkan dengan mata uang Rupiah,” Ujar Hasan dengan penuh kebingungan.
“Aku juga tidak mengetahui hal itu. Namun, kita sudah tahu bahwa ini adalah alat untuk melakukan transaksi sah di dunia ini. Selain itu, aku juga sedikit melirik status milikmu, Hasan” Kata Fadhel pada Hasan.
“Apa ada yang aneh dengan statusku?”
“[Magic Skill] yang kau miliki. Sepertinya, kau mendapatkan kekuatan sihir setelah menggunakan [Mald Arrow].”
“Kau benar, Fadhel. Apa mungkin ini efek dari [Mald Arrow]? Atau [Magic Stone] yang kutelan?” Kata Hasan sembari berpikir.
“Hasan, apa kau bisa menceritakannya? Tentang bagaimana kau bisa menggunakan [Mald Arrow] dan memiliki [Magic Skill]?” Tanya Fadhel kepada Hasan dengan penuh penasaran.
“Baiklah. Aku akan ceritakan sembari kita melanjutkan perjalanan untuk bisa sampai di [Finias].”
Hasan pun menceritakan hal-hal yang dia lihat saat mendapatkan [Mald Arrow] dan [Magic Stone] sembari melanjutkan perjalanan. Dia menceritakan semuanya. Awal perjumpaannya dengan Maziald, pemberian tugas atau misi kepada Hasan, dan sedikit informasi baru yang didapatkan dari Maziald. Fadhel mendengarkan semuanya.
“Aku mengerti sekarang. Jadi, kau harus menghabisi [Great Hero] lain yang telah bangkit dari perang kuno. Misi yang benar-benar sulit,” Kata Fadhel menyeringai.
“Apa-apaan ekspresimu itu?! Aku tidak bisa mengatasi misi ini sendirian! Oleh karena itu, bantu aku menyelesaikannya, Fadhel,” Kata Hasan memohon.
“Aku ingin membantumu, tapi aku belum memiliki senjata untuk bisa bertarung, Hasan. Selain itu, jika aku mendapat senjata suci yang sama denganmu, maka kau pasti akan menghabisiku juga, kan?”
“Bagaimana dengan senjata selain senjata suci? Kita bisa mencarinya bersama-sama, kan?”
“Itu bukan pilihan yang buruk, Hasan. Namun, ada masalah lain. Kau lihat Plantazel yang ada di Kota Aldora, kan? Kekuatannya benar-benar tidak bisa dilawan dengan senjata biasa.”
“Sial.....”
“Yah, tidak perlu terburu-buru, Hasan. Kita bisa memikirkannya nanti. Saat ini, kita harus memprioritaskan hal-hal utama yang sudah kita tentukan sebelumnya, kan?”
“Kau benar, Fadhel. Kita tidak boleh membeberkan informasi rahasia kita. Ras-ras di dunia ini memliki ciri khas yang berbeda satu sama lain. Jadi, kita mungkin tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa kita berasal dari Ras Manusia,” Kata Hasan sembari menjelaskan topik lain pada Fadhel.
“Titik utamanya adalah mendapatkan informasi tentang dunia dan tempat yang cocok untuk menetap. [Finias] kemungkinan tidak bisa membeberkan informasi seenaknya pada ras asing seperti kita. Selain itu, kita sudah dituduh sebagai penyebab masalah oleh Ras Kadal Merah di Aldora. Tuduhan ini bisa menyebar dengan cepat. Jika tuduhan ini menyebar hingga ke seluruh dunia ini, maka kita akan kesulitan dalam mendapat setiap tujuan yang sudah kita tetapkan,” Tambah Fadhel sembari berpikir keras.
“Ras Kadal Merah sialan!” Kata Hasan geram.
“Sudahlah. Kita akan membalas perbuatan mereka saat waktunya tiba. Ngomong-ngomong, kita harus memanggil satu sama lain dengan nama apa?” Tanya Fadhel pada Hasan.
“Kita gunakan nama [Hero] kita saja! Kau sudah tahu nama [Hero]-ku, kan?! [Great Hero Dyne]! Nama [Hero]-mu apa, Fadhel?”
“Baiklah. Toh, kita sudah janji akan menunjukkan nama [Hero] kita, kan? Nama [Hero]-ku adalah [Reast].”
“Kalau begitu, mohon bantuannya, Reast.”
“Aku juga, Dyne.”
Keduanya saling membalas senyum saling percaya. Langkah demi langkah yang mereka lalui menuju ke tujuan yang belum pernah mereka injak demi mengungkap kebenaran di dunia yang baru itu. Mereka berdua sudah berjanji menggunakan nama [Hero] sebagai nama panggilan untuk menjaga privasi mereka untuk saat ini. Tempat yang akan mereka lihat mungkin akan menjawab semua yang mereka butuhkan demi kemajuan mereka di dunia ini.
******
Dua jam sudah berlalu. Hasan dan Fadhel tidak melihat tanda-tanda ras lain selama mereka menyusuri jalanan. Beberapa pohon besar dan sungai mengalir deras seakan mengantar mereka menuju ke [Finias]. Fadhel tidak bisa mengalihkan pandangan dari indahnya sungai yang mengalir di samping mereka saat berjalan.
“Kita sudah pergi jauh selama 2 jam. Namun, kita belum menemukan tanda-tanda dari [Finias]. Apa kau berpikir daerah ini ada sebuah pemukiman penduduk, Fadhel?” Tanya Hasan sembari melirik ke segala arah secara bergantian.
“Entahlah. Aku hanya melihat sungai dari tadi,” Jawab Fadhel dengan santai.
“Apa kau tidak bisa melihat sesuatu dari belakang? Mungkin ada sesuatu yang terlewat,” Tanya Hasan lagi.
“Tidak.”
“Ya ampun....” Hasan menghela napas panjang.
”Aku hanya melihat sebuah jam besar yang ada di langit. Mungkin kau tertarik, Hasan.”
“Hah? Jam di langit?” Kata Hasan sembari mendongakkan kepalanya ke langit.
Sebuah jam besar berwarna merah tepat berada di langit. Hasan dan Fadhel baru menyadarinya. Keberadaan jam itu membuat langkah Fadhel dan Hasan terhenti. Itu adalah sebuah jam yang besar dan terlihat jelas dari tanah yang mereka pijak. Jarum jamnya pun masih bergerak layaknya jam biasa. Hasan dan Fadhel tidak menyangka bahwa apa yang mereka lihat di atas adalah benar-benar jam.
“Jam apa itu? Jam Dunia, kah?”
“Entahlah, Hasan. Apa itu mirip dengan bulan?”
“Tidak. Mungkin sedikit berbeda. Apa mungkin...jam itu disusun dan diprogram dalam [Great Hero Online]?”
“Ternyata, banyak fitur yang tidak kita ketahui dalam GHO. Jika memang ini adalah dunia GHO, maka ada kemungkinan Ras Manusia dari dunia kita juga berada di dunia ini,” Ujar Fadhel yang memikirkan semua kemungkinan yang terjadi.
“Apa itu benar, Fadhel?!”
“Aku hanya berhipotesis. Itu juga bisa salah, Hasan.”
“Lalu, jam yang ada di langit itu...apa mungkin untuk mempermudah waktu dalam GHO? Dengan kata lain, ras-ras yang hidup di dunia ini memanfaatkan jam yang ada di langit itu sebagai penanda waktu dan tanggal....”
“Ya ampun, kepalaku semakin tidak karuan menerima semua hal ini, Fadhel.”
“Hasan, ini adalah kemajuan. Berjalan kaki menuju [Finias] saja sudah memberi kita banyak informasi. Yang kita perlukan hanyalah penguatan informasi yang kita dapatkan selama ini. Selain itu, kita juga harus siap pada segala kondisi. Apa kau lupa bahwa kau sudah dipilih oleh Maziald sebagai [Great Hero] di dunia ini untuk melawan [Great Hero] lain?”
“Sial! Informasi dari dunia ini saja sudah membuat diriku pusing. [Great Hero] yang lain juga belum kuketahui. Sebenarnya, siapa itu Maziald?” Kata Hasan dengan wajah yang kebingungan.
“Kau ada benarnya. Kita tidak mengetahui identitas Maziald yang sesungguhnya. Jika semua yang kau ceritakan benar, maka ada kemungkinan lain bahwa kita dimanfaatkan olehnya, Hasan,” Jelas Fadhel pada Hasan.
“Namun, Maziald memberikanku senjata [Mald Arrow]. Aku rasa sangat kecil kemungkinan jika dia memanfaatkan kita, Fadhel.”
“Hasan, kita harus mewaspadai setiap ras di dunia ini. Apa kau ingin kejadian di Kota Aldora terulang lagi?!”
“Tidak! Aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi, Fadhel!”
“Kalau begitu, kau tetap waspada pada ras-ras di dunia ini. Tempat ini adalah dunia GHO, bukan dunia kita. Tidak ada Ras Manusia di dunia ini. Ras-ras di dunia ini hanyalah karakter yang diatur oleh pembuat GHO. Kita tidak boleh lengah sedikit pun, Hasan,” Jelas Fadhel dengan nada rendah.
“Baiklah. Aku mengerti. Kita anggap saja bahwa Maziald bisa saja memanfaatkan semua kekuatan [Great Hero] yang kumiliki demi tujuannya. Begitu, kan?” Kata Hasan mempertegas apa yang disampaikan Fadhel.
“Hm. Itu lebih baik.”
Fadhel menghentikan pembicaraannya. Dia pun berjalan mengambil daun yang berada di dekat Hasan. Hasan mulai merasa bingung dengan tindakan Fadhel. Apa yang akan dia lakukan dengan daun yang dia ambil? Tindakan Fadhel membuat Hasan terkejut. Fadhel memakan daun yang diambilnya.Wajahnya menunjukkan perasaan tidak enak setelah memakan daun yang dia ambil.
“Apa yang kau lakukan, Fadhel? Apa kau lapar?”
“Bukan begitu. Aku hanya menguji fitur lain yang ada di dunia ini.”
“Apa maksudmu?”
“Setelah aku memakan daun ini, rasanya benar-benar seperti daun dari dunia kita, Hasan.”
“Hah? Bukankah daun memang rasanya memang daun? Tidak mungkin rasanya seperti jus atau makanan lezat, kan?”
“Apa kau tidak bisa menangkap apa yang kumaksud, Hasan? Ini merupakan pengujian lain dari fitur yang ada di dunia ini, loh!”
“Begitu, ya? Pengujian indera perasa dan rasa yang dihasilkan?”
“Kau memahaminya juga. Jika ini adalah dunia GHO, maka fitur-fitur ini sebenarnya tidak ada,” Kata Fadhel menjelaskan lebih detail.
“Aku tidak bisa mengerti apa yang kau maksud, Fadhel.”
“Anggap saja kau memiliki gambar buah apel. Untuk memperindah buah apel tersebut, kau pasti akan mewarnainya. Namun, sebagus apapun warna yang kau berikan pada apel tersebut tetap tidak akan merubah rasanya karena apel itu hanyalah gambar. Sama dengan apa yang aku lakukan pada daun tadi.”
“Aku mengerti garis besarnya, Fadhel. Intinya, kau tidak perlu menambahkan fitur yang terlalu nyata untuk sebuah gim asalkan wujud grafiknya sudah terlihat nyata.”
“Jadi, dunia ini mungkin saja bukan dunia gim, tapi memang dunia nyata dari [Great Hero Online],” Ujar Fadhel menarik kesimpulan.
“Tunggu dulu! Jika ini memang dunia nyata, bagaimana dengan dunia kita?! Dunia asli kita?!” Tanya Hasan kepada Fadhel dengan wajah sedikit panik.
“Kita tidak bisa berharap banyak, Hasan. Kita butuh informasi yang bisa kita dapatkan. Untuk saat ini, kita harus fokus pada rencana awal kita. Kau mengerti, kan?”
“Ya, aku mengerti. Aku akan mencoba untuk mengungkap semua kebenarannya.”
Hasan kembali fokus ke jalan yang disusurinya. Tiba-tiba, Hasan melihat ke arah yang mereka tuju. Kedua matanya terbelalak ke arah depan. Fadhel pun ikut terkejut saat Hasan melihat sesuatu yang muncul dari depan mereka. Tubuhnya sedikit terdorong ke arah depan. Dia melihat hal yang berbahaya dengan sepasang matanya.
“Fadhel....coba lihat di depan...” Hasan menunjuk ke arah depan.
“Apa yang ada di depan itu?” Tanya Fadhel melirik ke arah yang sama dengan Hasan.
Fadhel tidak bisa berpaling dari apa yang dilihatnya. Ada seseorang yang tergeletak di pohon besar dekat sungai. Fadhel dan Hasan melihat tubuh itu adalah tubuh dari seorang manusia. Hasan mulai berpikir bahwa mereka mungkin menemukan seseorang dari dunia yang sama, yaitu Bumi.
“Hasan, ayo ke sana! Dia terlihat tak sadarkan diri dan mengalami luka parah!” Ujar Fadhel yang terlihat tidak bisa berdiam diri saja. Untuk saat ini, mereka menunda apa yang mereka bicarakan sebelumnya.
“Kau benar. Dia terlihat seperti manusia. Kemungkinan, dia berasal dari Bumi juga. Ayo kita tolong!” Kata Hasan sembari melihat keadaan dari orang yang mereka lihat dari kejauhan.
Fadhel pun mengikuti apa yang dikatakan Hasan. Mereka berdua berlari dan mendekati seseorang yang tergeletak dan terluka parah di sana. Hasan melihat kondisi tubuhnya. Ada beberapa luka bekas sayatan senjata tajam dan pedang yang berlumur darah yang dibawa oleh orang itu.
“Perempuan? Bagaimana bisa dia terluka parah seperti ini?” Hasan bertanya-tanya pada dirinya tentang penyebab perempuan itu terluka.
“Kemungkinan, dia diserang oleh monster atau ras lain. Selain itu, luka yang diterima cukup parah. Dia bisa kehilangan nyawa karena terlalu banyak darah yang keluar,” Kata Fadhel sembari memeriksa keadaan perempuan itu.
Perempuan itu terlihat memiliki rambut hitam tergerai dengan pakaian hijau berkerah dengan rok pendek berwarna hitam. Fadhel memeriksa bagian kepalanya. Namun, dia menemukan hal lain yang tidak dia sangka.
“Hasan, dia bukan berasal dari Ras Manusia. Dia berasal dari Ras Elf,” Kata Fadhel menjelaskan.
“Ras Elf?” Tanya Hasan masih bingung.
“Ya. Dia memiliki telinga lebih panjang dari telinga kita. Pakaian yang digunakan lebih baik daripada kita dalam hal bahan pembuatannya. Tidak salah lagi, dia berasal dari Ras Elf,” Ujar Fadhel menyimpulkan.
“Itu benar. Dia berasal dari Ras Elf. Sama seperti kalian,” Ujar seseorang yang tiba-tiba membalas perkataan dari Fadhel.
Hasan dan Fadhel terdiam sejenak mendengar seseorang berkata hal itu. Suara itu bukan dari mulut mereka. Hasan berdiri dan berbalik dengan cepat. Dia mengetahui asal suara itu. Hasan merasa bahwa suara itu bukanlah berasal dari seseorang yang ingin bersikap baik.
Sosok makhluk muncul dan berjalan mendekati mereka. Makhluk itu memiliki tubuh tegap dengan sepasang tangan dan sepasang kaki mirip manusia. Dia memiliki tubuh serba hijau dengan beberapa duri melekat di tubuhnya. Wajahnya tertutup dengan topeng berwarna putih polos dengan 2 lubang matanya memiliki sepasang mata merah dan beberapa bagian tubuh seperti tentakel bergerak-gerak. Itu adalah akar tanaman. Wujud monster itu sangat menakutkan dan siap menyerang siapapun.
“Kau....makhluk apa?” Tanya Hasan pada monster yang muncul di depannya.
“Aku adalah Plantazel. Kalian sendiri apa? Ras Elf? Oh, bukan, ya?” Monster itu membalas perkataan Hasan.
“Kau....tahu Plantazel? Bagaimana bisa kau...?” Tanya Fadhel yang sangat panik dan berusaha melindungi gadis di dekatnya.
“Jika kalian berhasil mengalahkan diriku, maka aku akan memberikan obat penyembuh untuk gadis,” Kata monster itu.
“Oh, benarkah? Apa kami bisa mempercayainya?”
“Aku adalah Plantazel yang tidak pernah mengingkari janji. Jika kau berhasil mengalahkanku, maka aku akan memberikan obat penyembuh untuk menyelamatkannya,” Ucap monster itu.
“Kalau begitu, aku akan merebut obat itu darimu secara paksa tanpa harus mengorbankan gadis itu,” Kata Hasan dengan nada tinggi.
“Penolakan tidak diharapkan. Kalau begitu, kalian semua tidak akam bisa bertahan......” Monster itu sudah berada dalam mode tempur.
Hasan dan Fadhel mulai berhati-hati. Kekuatan Plantazel di depan mereka mungkin lebih kuat dari musuh sebelumnya. Kekuatan yang luar biasa dari monster di depan mereka adalah hal yang mengerikan. Plantazel itu bisa berbicara. Namun, ini bukan saatnya Hasan dan Fadhel gentar. Mereka mungkin menemukan beberapa petunjuk dari monster itu.
Dunia yang mereka hadapi semakin terbuka. Musuh-musuh mulai menampakkan diri. Saat ini, mereka akan melawan salah satu Plantazel yang berbahaya demi mempertahankan hidup mereka dan gadis Elf itu. Dunia yang mereka tempati saat ini bukanlah Bumi, tapi dunia ini lebih mirip dengan neraka bagi setiap ras. Pemandangan tersebut bagaikan ucapan selamat datang bagi Ras Manusia yang telah tiba di dunia baru ini untuk menjadi seorang pahlawan yang tidak diingat oleh ras mana pun.