webnovel

Goyah Batin

#WSAINDO2022 Suatu waktu pada bulan Agustus mendekati HUT Indonesia, Sebut saja Ei mendapat ajakan teman nya untuk melakukan pendakian di salah satu gunung favorit para pendaki yang bernama Gunung Panderman di Kota Wisata Batu. Ei yang memiliki kepribadian pendiam ini rupanya memiliki kemampuam supranatural yang ia miliki. Ia melakukan pendakian bersama 7 orang teman nya yang bernama Ryan, Simon, Putri, Risma, Shella, Siswanto dan Fajar. Mereka semua merupakan teman sekolah Ei. Saat berapa di pendakian satu persatu dari mereka mulai mengalami hal-hal di luar dari batas kemampuan mereka. Ei yang memiliki kemampuan berbeda berusaha mengontrol dan memberi rasa aman kepada teman-temannya saat berapa di jalur pendakian. Selama pendakian muncul kisah asmara antara Ei dengan Risma dan Siswanto dengan Shella. Kisah cinta mereka berempatlah yang menjadi awal di mana bencana besar bagi mereka saat melakukan pendakian tersebut, masalah yang terus saja muncul membuat mereka semua seakan frustasi untuk melanjutkan perjalanan. Akan tetapi mereka di bebani 2 keputusan apakah mereka tetap melakukan pendakian dengan taruhan nyawa atau mereka turun mengurungkan niat mereka tapi risiko dibawah mereka akan bertemu makhluk-makhluk tidak terlihat. Pengorbanan dan kesabaran mereka semua membuahkan hasil yang mengharukan. Menggores tinta emas dalam kehidupan mereka untuk bisa mereka ceritakan pada anak cucu mereka nanti. Perjalanan cinta mereka yang di bumbui peristiwa horor yang membuat mereka saling menguatkan satu sama yang lain nya, membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat lagi. Ayo ikuti terus petualangan dari kisah Ei di dalam "Goyah Batin"

Peninus12 · Horror
Sin suficientes valoraciones
30 Chs

28. Tubuh Penuh Darah

"Ini pipimu ada luka memarnya, kamu nggak usah nangis nanti aku akan obati, sudahhhh ya jangan nangis terus." ucap ku menenangkan Risma.

"Tapi ini sakit sekali." ucap Risma sambil sedikit menangis.

"Iya tidak apa-apa ini hanya luka memar saja, bekas cakarannya sudah hilang kok, nanti diolesi beberapa obat sakitnya akan hilang, cuma tinggal bekasnya tapi mungkin sedikit perih." ucapku kepada Risma.

Risma hanya menganggukan kepala seakan dia mengiyakan apa yang aku ucapkan.

Dan di sisi lain Shella masih saja tertawa terbahak-bahak akibat dari pengaruh makhluk halus yang telah merasuki tubuhnya, aku ingin mencoba berinteraksi dengannya, siapakah dia dan dari mana asalnya, apa tujuannya dia masuk ke dalam tubuh Shella ini.

Sebelum aku mencoba berinteraksi dengannya, aku terlebih dahulu mengobati Risma karena terus saja merintih sakit.

Aku suruh dia untuk bersandar di bawah pohon di sekitar kami, aku minta Risma untuk memejamkan matanya.

"Kamu pejamkan mata dulu ya, jangan sampai membuka mata sebelum aku perintahkan untuk membuka, meskipun nanti agak sedikit sakit tapi jangan sampai kamu membuka matamu sebelum aku perintahkan, bisa kan?" ucapku kepada Risma.

Dia hanya menganggukkan kepala saja seakan menuruti apa permintaanku.

Akhirnya Risma pun memejamkan mata, aku duduk di sampingnya dan mencoba untuk mengobatinya dengan kekuatan dari tenaga dalam yang aku pelajari selama ini, aku mulai mendekatkan tanganku kepada pipinya Risma sambil mengatur pernapasan ku agar bisa mengeluarkan energi positif yang bisa membantu menyembuhkan dia.

"Kamu tetap tenang ya, mungkin ini nanti akan sedikit hangat di sekitar lukamu tapi jangan sampai kamu membukakan mata." ucapku pada Risma.

Dia hanya menganggukkan kepala mengerti apa yang aku maksud. Risma mulai merintih sakit merasakan sesuatu yang yang cukup berbeda ada di pipinya, karena apa yang aku keluarkan ini adalah energi positif, jadi bisa saja dia merasakan hal yang baru mengenai pipinya.

"Gimana cukup hangat tidak pipimu sekarang?" tanyaku kepada Risma.

"Iya ini cukup hangat, sakitnya juga udah sedikit berkurang." jawab Risma.

"Oke kalau begitu, kamu tetap pejamkan mata sebelum aku perintahkan untuk membukanya." tekanku kepada Risma.

Aku terus saja mencoba untuk mengobatinya sebisa yang aku mampu.

Beberapa menit berlalu aku terus saja menempelkan tanganku kepada pipinya Risma. Setelah itu aku mencoba menanyakan kembali keadaannya apakah sakitnya sudah berkurang atau bagaimana.

"Gimana masih sakit atau tidak? Kalau masih sakit nanti biar aku teruskan mengobati, tapi kalau udah sedikit enakan aku akan menyelesaikan ini." tanyaku kepadanya.

"Ini sudah sedikit enakan dan dingin , tidak terasa sakitnya." jawab Risma.

"Ya sudah ini mau aku akhiri ya, kamu bisa terus memejamkan mata, ini akan membutuhkan kekuatan yang lebih, jadi kamu harus bersiap-siap menerima ini." seruku pada Risma.

Akhirnya dia mengiyakan, sontak saja aku langsung memberikan tenaga yang cukup kuat untuk segera mengakhiri pengobatan kepada Risma dan segera menolong Shella yang masih tertawa seakan-akan dia masih memiliki tenaga yang sangat banyak.

"Aduhhh…aduhhhh." teriak Risma sambil memegang kedua tanganku.

"Sabar ya, ini memang sakit namun hanya sebentar saja kok habis ini selesai."

Akhirnya aku menyelesaikan mengobati Risma, lalu aku menyuruhnya untuk membuka kedua matanya.

"Sekarang kamu bisa membuka kedua matamu." ucapku kepada Risma.

Secara perlahan-lahan ia mulai membuka kedua matanya.

"Bagaimana masih sakit tidak? coba kamu pegang pipi kamu." suruh ku kepada Risma mengecek bagaimana kondisi pipinya.

Dia mulai meraba pipinya bergantian, karena memang bukan hanya tamparan saja yang ia terima akan tetapi cakaran dari Shella juga yang ia rasakan.

"Ini sudah tidak sedikit sakit, terima kasih ya kamu telah mengobati ku." Ucap Risma sambil memegang kedua tanganku.

"Sekarang ayo kita membantu Shella agar segera terlepas dari gangguan makhluk halus tersebut." ucapku mengajak Risma.

Aku menggandeng tangannya berjalan menuju ke arah Shella, namun aku selalu menjaga jarak dengan Shella agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak terduga kepada kami.

Dari kejauhan aku mencoba untuk menanyakan siapa dia dan dari mana dia asalnya.

"Assalamualaikum, jika kamu merupakan jin yang baik?" Tanyaku kepada makhluk yang merasuki Shella.

Dia hanya tetap tertawa sambil matanya tetap melotot ke arah kami. Dia hanya menoleh ke sana kemari, kakinya menendang-nendang, aku mencoba untuk berinteraksi dengannya tapi responnya kurang begitu baik menanggapi salam yang aku ucapkan.

Tiba-tiba saja dia meludah kepadaku, aku pun kaget apa yang telah dia lakukan kepadaku. Dia meludah tepat mengenai wajahku aku pun sedikit khawatir.

Aku langsung meminta Risma untuk mencarikan aku air untuk membersihkan wajahku yang terkena air ludahnya.

Risma mencari botol dan membawakan aku sebotol air untuk aku mencuci muka. Saat aku mencuci muka, Shela yang dalam keadaan tidak sadar masih saja tertawa melihat kusedang mencuci muka akibat dari air ludahnya.

Risma yang berada di dekatku tidak terima, akibat dari perlakuan Shella yang meludah kepadaku. Langsung saja dia mendekat ke arah Shela, dia ingin membalas perlakuan apa yang telah dilakukan kepadanya dan juga diriku.

Dia mencoba menampar Shela dalam keadaan terikat, akan tetapi Risma tidak bisa ternyata tangannya Shella yang sudah diikat tadi terlepas, akibat dari tingkah Shella yang terus bergerak hingga membuat tali yang mengikat kedua tangannya pun longgar.

Akhirnya Shella bisa menangkap tangan Risma, tanpa sadar dia langsung menggigit Risma hingga menyebabkan tangan yang mengeluarkan darah, aku bergegas berlari menyelamatkan Risma dengan tanpa sadar aku menendang tubuh Shela.

Aku tak tega sebenarnya ingin menendang tubuh Shella, akan tetapi aku juga ingin menyelamatkan Risma, aku tidak ingin melihat sampai terluka.

Akibat dari tendangan ku Shella terpental hingga gigitannya terlepas dari tangan Risma akibatnya tangan Risma tergores luka cukup banyak dari giginya.

Risma menangis kesakitan karena tangannya mengeluarkan darah.

Aku mencoba untuk mencari kotak P3K membersihkan luka Risma, di saat aku ingin meraih kotak P3Knya, Shella yang terpental karena tendangan ku tadi langsung berlari mengincarku.

Tiba-tiba dia sudah berada di dekatku. Ia lalu mengincar kakiku yang sedang patah.

Dengan sekuat tenaga menginjak kakiku yang telah patah hingga aku kesakitan megang kakiku.

Disaat aku mengerang kesakitan , Shella langsung mencekikku hingga membuatku tidak bisa bernapas. Pantas saja tangan Risma dan juga pipinya berdarah akibat dari cakaran Shella, ternyata kuku tangan Shela juga sangat panjang mengakibatkan kenapa cakaran nya sangat sakit dan meninggalkan bekas luka.

Tubuhku tidak bisa bergerak, Shela telah melukai tubuhku, menginjak kakiku yang telah patah dan juga mencekik leherku hingga mengeluarkan darah.

Aku hanya memberontak kaki Shella menginjak tubuhku, yang mengakibatkan aku berada dibawahnya, aku mencoba memberikan perlawanan tetapi apalah daya aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

Yang aku lihat teman-temanku juga masih bingung dengan kondisi teman-teman lainnya yang masih terkena gangguan.