webnovel

5| Biru Marah Lagi

"Kenapa diam aja? Kok pertanyaan ayah enggak dijawab, Dek?" Ayahnya terlihat kembali bertanya membuat Pelangi menelan ludahnya sukar dan dan menarik -narik kecil kemeja milik Bima membuat laki-laki itu memutar bola matanya malas.

"Itu, aku boleh pergi enggak? Mau pergi aja, sama temen kok." Bima memutar bola matanya saat melihat Pelangi berbohong pada ayahnya hanya karena takut. "Cowok apa cewek, Dek?" tanya ibunya kali ini membuat Pelangi terdiam dan melirik ke arah Bima kecil-kecil sedikit takut.

"Boleh enggak si kalau aku pacaran, Yah, Bu?" tanya Bima pada kedua oenag tuanya membuat mereka menyatukan alisnya sempurna mendengar pertanyaan dari putra sulungnya. "Boleh, Nak. Ibu sama ayah enggak pernah ngelarang juga. Adek mau pacaran juga enggak apa-apa, kan enggak ada larangan pacaran. Asal nilai enggak turun aja di sekolah." Bima terkekeh mengelus kepala Pelangi membuat perempuan itu terdiam dan menghela nafasnya berat.

"Aku pergi sama pacarku boleh?" tanya Pelangi pada ayah dan ibunya dengan wajah polos dan membuat kedua orang tuanya terkejut dengan diam beberapa saat menatap ke arah putri bungsunya membuat Bima terkekeh.

"Berani juga kamu ternyata," cibir Bima pada Pelangi membuat perempuan itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Kamu punya pacar, Dek?" tanya ibunya sedikit terkejut pasalnya saat mendengar Pelangi mengatakannya langsung pada mereka membuat mereka terkekeh geli pada akhirnya.

"Punya. Namanya Biru, sama-sama kelas sebelas. Cuma beda kelas aja." Ayahnya terlihat hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan dan mengelus kepala Pelangi bagaimana Bima melakukamnya juga sebelumnya.

"Gimana nih, Bu. Boleh enggak Adek pergi main sama pacaranya? Sekarang udah jam tujuh malem soalnya." Ibunya terkekeh dan mengeluarkan dompetnya dari tas yang dibawa olehnya. "Pergi aja enggak apa-apa. Adek juga enggak pernah pergi keluar. Pulang jam sembilan malem ya, Dek?" Pelangi menganggukkan kepalanya dan terkekeh kecil. "Aku takut minta izin," aku perempuan itu pada ibunya membuat wanita itu hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan dan mencium kening putrinya.

"Pergi saja. Ibu mau ke kasir dulu." Wanita itu berjalan menuju kasir untuk membayar makan malam mereka, lalu Bima terlihat santai melirik ke arah Pelangi untuk memulai pembicaraan.

"Kamu janjian sama Biru ketemu dimana?" tanya Bima pada Pelangi membuat perempuan itu menunjuk dengan dagu ke arah kafe depan restoran dimana sekarang mereka sedang duduk. "Di depan restoran ini?" Pelangi menganggukkan kepalanya merespon pertanyan dari Bima.

"Biru udah dateng dari pas kita sampai. Cuma kan Kak Bima tahu sendiri gimana Biru. Dia enggak mau ketemu sama siapa-siapa dan tetep mau nunggu aku selesai makan malam bareng sama ayah, ibu sama Kak Bima juga." Ayahnya terkekeh mendengar perdebatan kedua putra dan putrinya, Bima yang kali ini kembali bersuara mulai menojokkan Pelangi.

"Kamu kok bisa bertahan sama dia satu tahun?"

"Ya emangnya kenapa?"

"Biru cowok datar kaya dia kok bisa kamu suka sama dia?"

"Kak Bima apa-apaan si. Yah, lihat Kak Bima nya tuh, nyebelin banget." Perempuan itu terlihat meminta pembelaan pada ayahnya dimana pria itu hanya yerkekeh dan menggelengkan kepalanya pelan. "Sudah-sudah."

"Adek kalau mau pergi pergi aja, sana pergi ke pacarmu. Kasian juga udah nunggu beberapa jam cuma demi mau pergi sama kamu."

"Inget pesen bunda ya, jangan pulang lewat jam sembilan malem. Kamu bawa kunci cadangan rumah, kan?" Pelangi menganggukkan kepalanya pelan dan mencium tangan ayahnya dan tersenyum tipis. "Aku bawa."

"Terimakasih banyak, Yah." Pria itu menganggukkan kepalanya dengan mengambil tasnya untuk dia bawa pergi juga. "Nak, kamu sama ibu ya. Ayah mau langsung pulang aja, sekalian nganter Adek ke pacarnya." Bima menganggukkan kepalanya pelan dan mulai bangkit juga. "Aku nemenin ibu ngantri bayar, Yah." Laki-laki itu berjalan ke arah lain untuk menneami ibunya, sedangkan Pelangi dan ayahnya langsung pergi begitu saja.

"Ayah beneran mau anterin aku?" tanya Pelangi pada ayahnya dimana pria itu menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, tunggu ayah sebentar Dek. Ayah mau masukin tas ke mobil dulu." Pelangi menelan ludahnya sukar, dia melirik Biru yang sudah mengawasinya sejak tadi keluar dari restoran dan mulai pergi masuk ke salah satu kafe tersebut dan membiarkan Pelangi datang padanya.

"Hari ini harusnya aku yang marah karena Biru enggak mau nganter aku pulang."

"Dia malah cemburu gara-gara banyak orang-orang yang kirim coklat ke lokerku."

"Kenapa ya aku sampai ngalah lagi ke dia," gumam kecil Pelangi saat melirik ke motor milik Biru yang berwarna hitam pekat. Ayahnya menggandeng tangan putrinya untuk menyebrang, dan di sana Pelangi menyadari sesuatu dari ayahnya.

"Kenapa ayah mau anterin aku ke pacarku?"

"Kenapa? Adek enggak suka ayah kenal sama pacarmu?" Mendengar pertanyaan diri ayahnya Pelangi juga sedikit ragu. "Bukan gitu," jawab Pelangi sedikit cepat. "Terus kenapa?"

"Biru anaknya enggak suka ketemu orang. Dia intovert parah, aku enggak yakin juga kalau Biru bakal seneng ketemu ayah. Aku enggak mau aja ayah salah paham sama Biru." Pria itu menganggukkan kepalanya pelan dengan melirik ke arah putrinya dan melepas gandengan tangannya karena mereka baru saja selesai menyeberangi jalan.

"Ayah enggak jadi nganterin kamu ke pacarmu. Tapi ayah boleh kan lihat pacarmu sebentar? Cuma mau lihat dia kaya gimana aja, sebentar aja kok. Dari kejauhan aja kalau kamu enggak izinin ayah mendekat. Gimana?" Pelangi sedikir memikirkan hal tesebut, lalu menganggukkan kepalanya pelan.

"Motornya yang warna hitam pekat itu." Pelangi menujuk motor milik Biru untuk memberitahu sedikit identitasnya. "Ayah lihat dari jauh aja, nanti aku bakal dateng ke meja punya Biru. Tapi ayah harus janji lihatnya sebentar aja, biar Biru enggak curiga juga." Pria itu menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum. "Sana pergi, ayah antar sampai sini aja." Pelangi terkekeh dan pergi melewati beberapa toko dan pads akhirnya sampai di meja dimana Biru menunggu kedatangannya.

Pelangi yang tersenyum tipis dengan Biru yang melihat ke arah Pelangi denfan wajah datar dan santai tidak membuat reaksi. "Kamu nunggu lama?" tanya Pelangi pada Biru dimana laki-laki itu menganggukkan kepalanya pelan.

"Dari jam lima sore. Ada sekitar tiga sampai empat jam. Acara makan malam kamu sama keluargamu lama juga, ya." Pelangi terkekeh dan menganggukkan kepalanya pelan.

"Aku baru berani minta izin ke ayah sama ibu. Biasanya kan aku pergi sama Kak Bima, hari ini enggak. Kita mau kemana hari ini?" tanya Pelangi pada Biru membuat laki-laki itu menegakkan tubuhnya membuat Pelan terkekeh.

"Ada beberapa barang yang mau aku beli buat kamu." Biru mengatakannya pada Pelangi membuat perempuan itu menyatukan alisnya, apa yang Biru katakan padanya terkesan tiba-tiba.

Dan ini adalah kali pertamanya juga Pelangi mendapatkan kejutan seperti ini. "Aku lagi enggak butuh apa-apa," ucap Pelangi tidak berusaha menolak ajakan Biru tapi sedikit mengingat apa yang sedang berusaha Biru ingatkan untuknya. "Aku tahu."

"Kamu kan emang pelupa," sambung Biru lagi-lagi membuat Pelangi terlihat kebingungan. "Dalam rangka apa kamu mau beliin aku barang?" Kali ini Pelangi bertanya.

"Harusnya kamu inget."

"Hari ini kan satu tahun kita pacaran, kamu beneran lupa apa pura-pura lupa?" tanya Biru dengan wajah datar dan melirik sinis ke arah Pelangi.

Ah, pantas saja.