webnovel

28 - Pulang

Menurut Kevin, berbuat jahat pada orang yang telah menyakiti dirinya dan orang yang paling ia cintai itu bukanlah suatu kesalahan. Ia merasa senang dan legah ketika berhasil memprovokasi perusahaan Seno. Jadi, ia bisa segera menuntaskan masalah ini. Lalu merebut Winda dari Seno dan berjanji akan menjaga Winda.

Kevin tidak terima ketika melihat Winda hidup bersama Seno yang ia anggap brengsek dan jahat. Ia merasa sangat kasihan pada Winda yang hidup dibodohi oleh Seno.

"Win, kamu harus tau yang sebenernya." Ucap Kevin sendirian.

****

Seno dan Winda sudah sampai di Jakarta malam ini. Ternyata semalam kepulangan mereka bisa dipercepat. Setelah sekretaris Seno mengubungi kalau mereka bisa segera berangkat setelah Seno dan Winda makan ice cream.

"Kamu pasti capek." Seno tidak henti-hentinya merasa bersalah pada Winda, "Maaf ya."

"Keknya aku udah ada deh denger kamu ngomong maaf sampe 100 kali. Aku gak capek, sayang.."

Seno terlihat cukup lesuh. Di mobil ia bahkan terus menyanderkan kepalanya di pundak Winda.

"Pak, anter Seno ke kantor dulu ya. Baru anter saya pulang." Perintah Winda pada pak Udin.

"Gak. Kita anter kamu dulu sampe rumah. Pak, anter istri saya dulu." Tolak Seno.

Pak Udin yang sedang menyetir pun dibuat bingung oleh tingkah kedua pasang suami istri tersebut.

"Ih enggak. Anter kamu dulu kan kamu mau rapat." Ucap Winda.

Seno memang menggelar rapat dadakan malam ini untuk menuntaskan masalah yang ada selama ia pergi ke Paris. Seno tak ingin masalah ini berlarut-larut.

"Gak. Anter kamu dulu pokoknya."

"Aduh yang bener yang mana ini ya den, non."

"Anter suami saya dulu, Pak." Perintah Winda cepat.

"Sayang—"

"Gak ada tapi-tapian. Anter suami saya dulu, pak."

Seno menatap Winda sendu. Tidak tahu lagi bagaimana nasibnya jika tidak ada wanita itu. Wanita yang mampu mengerti kondisinya dengan baik saat ini. Seno pun langsung memeluk Winda kembali.

"Makasih sayang." Ucap Seno.

"Iya, sayang. Sama-sama."

Mereka lalu mempertemukan bibir mereka. Pak Udin menelan ludahnya sendiri ketika melihat dari kaca lalu kembali fokus ke depan.

Winda sangat kasihan melihat Seno yang terlihat begitu frustasi semalaman. Ia selalu berdoa pada Tuhan agar masalah Seno cepat selesai dan pria itu bisa kembali ceria seperti sebelumnya.

"I Love You.." Ucap Seno di sela-sela ciuman mereka.

"I Love You More, baby." Bisik Winda pelan.

****

Seno menatap semua pegawainya serta Direktur keuangan dengan tatapan marah dan dingin.

"Pak, saya berani sumpah kalau saya sama sekali gak pernah korupsi." Ucap Direktur tersebut yang sudah merasa difitnah, "Saya kaget sekali saat mendapat kabar kalau katanya saya korupsi. Padahal itu tidak benar, Pak Seno."

"Saya sendiri belum lihat buktinya. Pak Agung, katanya anda mau kasih bukti ke saya. Mana?" Tanya Seno.

Pria yang dipanggil pak Agung oleh Seno terlihat gemetar, "Gini, Pak. Sebenarnya saya juga dapet kabar itu dari surat yang dikirim melalui kurir. Dan setelah saya cek barusan—ternyata laporan itu palsu."

Semua orang yang ada disana tak terkecuali Seno terlihat heran.

Seno yang mulai kesal pun berucap, "Kamu mau mempermainkan saya? Saya buru-buru pulang dari Paris sama istri saya karna masalah ini."

"M-maaf, Pak."

"Sekarang mana dokumennya. Saya mau lihat!"

Pak Agung langsung memberikan dokumen tersebut pada Seno. Pak Agung sendiri merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan milik Seno. Dan saham milik pak Agung tidak terlalu menguntungkan jika dibandingkan dengan yang lain.

Seni tertawa renyah ketika melihat dokumen tersebut, "Anak kecil aja tau kalau ini dokumen palsu. Dan kamu gak mau kasih dokumen ke sekretaris saya dengan alasan kamu mau saya yang lihat langsung? Gak habis pikir saya sama kamu."

Direktur keuangan yang sudah merasa dirugikan pun membuka suara, "Nah, kan. Jadi kamu pak Agung yang fitnah saya?"

Suasana disana menjadi sangat kacau. Seno marah besar pada mereka semua terutama pada pak Agung. Ia langsung menarik semua saham pak Agung dan memutuskan kerjasama antara mereka.

****

"Jadi gimana, Pak Agung? Berhasil?" Tanya Kevin melalu sambungan telfon.

"Berhasil, Pak. Tapi pak Seno gak mau kerjasama bareng saya lagi. Gimana ya saya agak khawatir sama masa depan saya."

"Gak usah dipikirin. Saya bakal narik kamu ke perusahaan milik papa saya."

Kevin menutup telfonnya dengan perasaan begitu bahagia. Hanya dengan cara inilah—ia berhasil membawa Seno dan Winda pulang ke Jakarta.

****

"Love you, love you, love you." Ucap Seno sambil terus menciumi bibir Winda.

"Jadi semuanya salah paham?" Winda bertanya setelah mendengar semua cerita Seno.

"Iya, sayang. Padahal setelah aku cek laporan itu palsu dan kondisi perusahaan lagi baik-baik aja. Justru malah mengalami peningkatan."

"Syukur deh. Legah banget aku dengernya."

"Tapi kita jadinya gagal liburan." Seno mengeluh manja.

"Yaudah gak papa. Masih ada hari lain kok."

"Apa besok kita balik lagi ke Paris?"

"Ih enggak. Aku capek banget, sayang."

Kali ini Winda yang mengeluh lelah. Perempuan itu langsung menyandarkan kepalanya ke dada Seno.

"Padahal pas di Paris kita belum sempet buat baby." Ucap Seno tak semangat.

"Iya juga ya."

Seno langsung mencium bibir Winda mesra. Ia menjulurkan lidahnya, membuat Winda mau tidak mau juga melakukan hal yang sama. Ciuman itu terasa begitu nikmat setelah Seno mengalami kegundahan karena perusahaan.

"Baby, I love you."

"I love you more , daddy."

Seno terkejut mendengar Winda memanggilnya daddy.

"Kamu belajar dari mana, hm?" Tanya Seno gemas sambil meremas bokong Winda.

"Dari video po—"

"What? Kamu nonton video kayak gitu?"

"Seno.. Aku kan cerita sama Yuni kalau aku tu sebenarnya udah nikah sama kamu. Eh Yuni kaget dong, terus Yuni malah nanya ke arah itu tu. Ya aku jawab aja jujur gimana kita di ranjang. Terus Yuni bilang aku gak ahli, yaudah dia ngajakin aku nonton video itu. Eh aku ketagihan, jadi sekarang sering nonton sendiri."

Seno menganga mendengar ucapan sang istri. Ia menatap Winda tak berkedip.

"Muka kaya bayi. Tapi kenapa berani banget nonton ha?" Tanya Seno.

"M-maaf." Winda menundukkan kepalanya.

"Jadi apa yang udah kamu pelajari dari video-video aneh itu?"

"Kamu mau aku praktekin?"

"Oh ya jelas dong."

Winda tertawa pelan. Lalu menarik kera kemeja Seno. Ia menghirup aura manis sang suami lalu mencium bibirnya mesra sehingga menimbulkan kecapan di kamar mewah mereka.

Tangan Winda membelai lembut dada bidang Seno. Ia lalu membuka satu persatu kancing baju sang suami.

"Daddy, biar aku yang pimpin malam ini."

Seno memejamkan matanya, "Okay, baby."

Winda lalu menarik paksa kemeja Seno dan mendorong pria itu ke ranjang. Winda dengan tatapan menggoda langsung duduk di atas pangkuan Seno sambil menggoyangkan pantatnya yang melindas kejantanan sang suami.

"Ouhh.." Desah Seno.

"Aku praktekin semuanya. Kamu harus kuat pokoknya." Bisik Winda seksi.

"Sampe pagi?"

"Tentu dong."

Ya, percakapan mesum antara suami dan istri itu tidak boleh kita dengar lebih lanjut. Cukup mereka saja yang tahu apa yang terjadi setelah malam indah ini.