Saat pagi menjelang Bihan dihampiri Pascal. "Kita mau lakukan di mana?"
"Maaf, jika aku hanya mengunakanmu," kata Bihan kepada Pascal.
"Tidak usah merasa bersalah, aku menganggap ini bagian dari pekerjaan."
Bihan membawanya berjalan mendekati rumah Malphas. Di taman samping di tempat sedikit tersembunyi, ia meremas lengan kurus dan bahu kesukaannya, dibukanya celana Pascal dan mengeluarkan isinya. Bihan menurunkan tubuhnya, mulutnya ingin mengerjai menyapu milik Pascal tetapi Pascal melarangnya. Akhirnya, Bihan hanya menggunakan tangan untuk mengerjainya.
Dibukanya baju atasnya, Bihan meremas pinggul dan paha kurus Pascal, ia letakkan milik Pascal yang mulai mengeras di belahan itu. Tangannya menekan dua belahan kenyal miliknya. Membuat hasrat Bihan mulai naik. Dirasakan cukup, Bihan menarik berdiri dibisikkan, "Cukup, terima kasih."
Tanpa memedulikan Pascal dan celananya yang belum ditutup. Berikut baju Bihan yang masih tersampir. Bihan langsung masuk ke rumah sambil memainkan miliknya di bawah dan di atas secara bersilang.
Bihan masuk melihat Malphas tak berbusana tidur di ranjangnya. Langsung Bihan buka semua bajunya dan diarahkan miliknya ke mulut Malphas.
Bibir dan lidah Malphas sangat lincah membuatnya menggeram. Setelah cukup, ia langsung bertindak. Diraihnya milik Malphas untuk diarahkan ke lobangnya, langsung dimasukkan. Malphas menjerit, semakin membangkitkan hasrat Bihan.
Bihan memiliki stamina tangguh saat bercinta, itulah yang membuat para pria sundal berebut mendapatkan dirinya.
Ia merasakan Malphas kepayahan menghadapi hasrat Bihan. Mulutnya meracau tidak jelas, samar-samar dia memanggil nama Hanbi, tapi Bihan tidak memedulikannya. Semakin cepat ia bergerak.
Malphas menggeram, miliknya mengeras dan cairannya akhirnya keluar. Cairan puncaknya meledak sangat banyak dalam diri Bihan. Ada rasa bahagia di hatinya bisa memuaskannya.
Setelah tubuhnya menegang Bihan ambruk di atas Malphas, tanpa mencabut miliknya dan mengecup ringan. Dirasakan kasih sayangnya kepada Malphas, tak lama dia tertidur di atas.
Tubuh yang terasa kotor oleh keringat dan cairan lengket milik mereka berdua. Malphas ingin mandi, tetapi ia tidak tega membangunkan Malphas.
Dalam kondisi seperti ini, pasti ia tidak mungkin dapat tidur dengan nyenyak, kebiasaannya selalu mandi membersihkan diri setelah bercinta.
Malphas tak berdaya untuk melakukan saat ini, dicoba mengalihkan pikiran dengan menghirup aroma tubuh kotornya karena keringat. Aroma keringatnya sama seperti milik Hanbi hanya terasa lebih menyengat mungkin lebih banyak keringat yang dikeluarkannya saat tadi bercinta.
Malphas berusaha untuk tidur, otaknya membayangkan wajah Bihan saat mencapai puncak.
Malphas tersenyum bahagia, kekasih sekarang benar-benar memuaskannya, baik hasrat memuaskan juga kepuasan sendiri. Akhirnya Malphas tertidur.
***
Saat pagi hari, Malphas terbangun terlebih dahulu. Tubuh kotornya membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Tubuh Bihan sudah tidak di atasnya tetapi dia masih erat memeluk dari samping. Malphas memperhatikan wajahnya terlihat damai bahagia seperti wajah Hanbi. Ia tidak ingin lagi mengingat Hanbi, disebelahnya hanya ada Bihan, Malphas ingin Bihan bersamanya, selamanya. Tetapi sangat sulit menghilangkan bayangan Hanbi pada diri Malphas.
Mereka berkumpul bersama Gremory, Nelchael dan Maira, saat makan pagi seperti biasanya. Mereka senyum-senyum membuat Malphas mendengus kesal. Terlebih, pada pria penyiksa saat berhubungan.
"Bagaimana rasanya semalam, apakah nafsu sundalmu sudah terpuaskan," ejek Gremory. Bahkan manusia patung yang biasanya diam ikut tertawa mengejek. Maira tersenyum -senyum tidak jelas. "Akhirnya kamu bertemu dengan seseorang yang bisa memenuhi kesundalanmu," sambung Gremory. "Mungkin jika tiap malam seperti semalam, rumah ini akan menjerit akibat kelakuanmu." Nelchael semakin keras tertawa ikut mengejek, mendukung Si Penyiksa saat berhubungan, Gremory gila.
Bihan yang baru bergabung, langsung memerah karena malu, Bihan tidak terbiasa dengan pembicaran seperti saat ini.
"Maaf, aku tidak sengaja melakukan," kata Bihan malu.
"Tidak usah malu, memang itu yang disukai saudaraku," ucap seseorang di balik kamar.
Malphas terkejut, itu adalah suara Si Iblis Apollyon, dia sudah datang dari Amerika. "Iblis, kapan kau datang, kenapa aku tidak tahu?"
"Karena terlalu sibuk memuaskan hasratmu sehingga tidak menyadari kalau aku sudah di sini semalam," jawab Apollyon.
Apollyon muncul di balik pintu sambil tersenyum. "Wow, benar sekali cerita mereka, seperti pinang di belah dua, sama persis, hanya model rambutnya sedikit berbeda," kata Apollyon melihat Bihan tidak berkedip.
"Luar biasa, bagaimana bisa kau menemukan dia?" tanya Apollyon tanpa mengalihkan pandangannya dari Bihan, justru matanya semakin tajam melihat seperti ingin menerkam Bihan.
Bihan tampak salah tingkah dengan pandangan mata Apollyon. Malphas langsung menjentikkan jarinya tepat di depan mata Apollyon. " Hoi, Iblis. Kau membuatnya takut, auramu sungguh menyeramkan, sadarlah sikapmu, wew!"
"Maaf, aku tidak sadar bersikap, aku masih bingung. Bagaimana dia bisa hidup kembali," kata Apollyon.
"Maaf," Bihan menyela dengan suara sedikit rendah. "Tapi, Aku belum pernah mati. Jadi mana bisa aku hidup kembali, selama ini aku baik-baik saja," jawab Bihan seperti seorang anak kecil. Mereka semua tertawa bersama, termasuk Malphas tidak bisa menahannya.
"Honey! Kenalkan, ini sepupuku Si Iblis Apollyon, kamu harus hati-hati jika bersamanya, sifat iblisnya bisa menular ke dirimu," Malphas memperkenalkan.
"Sejak kapan kau memanggilnya 'Honey'," ejek Gremory.
"Sejak semalam dia mengubah panggilan untuk kekasihnya, setelah kekasihnya membuatnya muncrat sebanyak empat kali, dia semakin sayang pada kekasihnya," ejek Apollyon.
Muka Bihan makin merah gelap, ia semakin malu. "Jadi kalian semalam mengintipku. Dasar Iblis, Manusia Penyiksa saat berhubungan ..., dasar kalian semua sama saja."
"Seharusnya sebelum bercinta pastikan pintu kalian tertutup," kata Maira.
Malphas akhirnya terkesiap, ia juga merasakan malu setelah mendengar bahwa mereka mengintip semua yang mereka lakukan. Mungkin Bihan merasa bersalah, karena tergesa-gesa, Bihan setelah hasratnya naik langsung menyerang Malphas.
"Jangan pedulikan mereka, mereka hanya iri kepada kita, setelah lama bersama mereka. Kau akan terbiasa," Malphas menenangkan kekasih barunya.
Bihan hanya mengangguk, wajah merahnya tetap terlihat.
"Kau harus mempersiapkan mental yang kuat di waktu akan datang, kalian akan sering berkumpul seperti ini di masa yang akan datang." Malphas berusaha menenangkan Bihan lagi.
Bihan masih mengangguk saja.
"Ayo kita makan, sudah jangan menggoda mereka terus," Maira memotong semua percakapan. Sambil tertawa entah apa yang dipikirkan Maira saat ini. Gadis cantik itu mungkin sudah tidak sepolos dulu saat kecil.
Mereka makan pagi bersama.
"Siang nanti kita bertemu di markas, ada yang ingin kubicarakan," kata Apollyon.
Malphas menjawab dengan anggukan saja. Setelah itu satu per satu meninggalkan meja makan, hanya Malphas dan Bihan saja duduk berdua di meja makan.
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Bihan.
"Silahkan, jangan seperti orang asing, tidak perlu merasa sungkan saat kita berdua," jawab Malphas.
"Siapa Hanbi, mereka selalu menyebut nama Hanbi, bahkan saat kita bercinta pun mulutmu tak henti menyebut Hanbi?" tanya Bihan akhirnya.
Malphas bingung bagaimana menjelaskannya.
"Tidakkah kau mengingat Hanbi, coba kau ingat dengan baik?" tanya Malphas.
"Nama Hanbi terasa tidak asing bagiku tetapi entah di mana aku bertemu, dalam ingatanku. Aku tidak memiliki teman bernama Hanbi. Aku seperti memiliki seorang kakak bernama Hanbi, tetapi aku tidak bisa mengingatnya, hanya tangisan anak kecil yang kuingat saat kami dipisahkan secara paksa," kata Bihan.
"Mungkin Hanbi itu kakakmu, aku juga tidak tahu pasti. Tetapi hatiku mengatakan kau adik Hanbi, tanda di belakang pangkal lenganmu lah yang menunjukan kau adik Hanbi," Malphas mengungkap.
"Apakah Hanbi sudah meninggal, dan dia adalah kekasihmu?" tanya Bihan.