Dari bayi, Malphas sudah dekat dengan pamannya, semua keinginannya lebih sering dikabulkan oleh sang paman daripada ibunya.
Malphas sangat dekat sepupunya Abaddon dan Apollyon. Usia Apollyon lebih muda darinya satu tahun. Bahkan Apollyon lebih muda beberapa bulan dari adiknya—Arioch—.
Suatu hal yang mengerikan di saat usianya tujuh tahun. Sebuah peristiwa yang tidak mungkin dilupakan anak seusia Malphas dan seluruh anggota keluarga Demon.
Azazel Demon seorang pimpinan mafia di pinggiran Italy memiliki banyak istri dan wanita simpanan .
Oeillet salah seorang wanita milik Azazel dikabarkan selingkuh dengan Crocell seorang anak salah seorang pimpinan mafia bernama belakang Ronove.
Banyak orang menganggap Oeillet yang memiliki nama belakang Costa Valerdio adalah God Bless bagi Azazel. Tetapi bagi Azazel perkawinannya dengan Oeillet adalah sebuah barter yang menguntungkan kedua belah pihak.
Disaat kejayaan Costa Valerdio mulai menurun karena para putra mereka hanya menjadi pengecut dan senang menghamburkan uang, Keluarga Costa Valerdio membutuhkan nama Demon untuk membuat para musuhnya takut menyerang mereka. Sedangkan bagi Azazel berkesempatan mendapat jaringan mafia yang sudah terbentuk untuk mengabdi padanya.
Kabar rahasia itu sudah sampai ke telinga Azazel. Azazel bukan seorang yang mudah percaya diberi kabar angin.
Azazel seorang yang mudah bersiasat. Dengan sedikit trik kecil bukti perselingkuhan itu terlihat oleh Azazel.
Anak buahnya menarik kedua orang itu ke markasnya.
Bersama seluruh angota keluarga Demon, Malphas kecil bersama Abaddon dan Apollyon menyaksikan interogasi yang lebih mirip penyiksaan itu.
Azazel sengaja mengumpulkan para istrinya untuk melihat hal ini.
"Apa aku tidak bisa memuaskanmu sehingga kau berani berselingkuh?" Azazel bertanya dengan suara keras. "Atau nama belakang Costa Valerdio lah yang membuatmu berani melakukan perbuatan sundalmu."
Oeillet yang terikat hanya bisa menangis. Oeillet sadar bahwa nama besar Costa Valerdio sudah menjadi masa lalu.
"Jawab pertanyaanku!" teriak Azazel.
"Apa batangnya lebih perkasa dibanding milikku?" tanya Azazel.
"Kalau ingin batang lain, kau bisa memintanya padaku. Aku pasti akan memberikannya untukmu."
"Buka bajunya!" perintah Azazel kepada anak buahnya sambil menunjuk Crocell.
Azazel menjambak rambut Crocell. "Apa pria ini lebih jantan dariku?" ... "apa kau tahu wanita ini milik siapa?" Pemuda itu memucat ketakutan. "Jangan berpikir, kalau kau terlahir dari keluarga Ronove, kau bisa bertindak sesuka hatimu." Azazel sengaja menyebutkan kedua nama keluarga mereka dengan keras supaya mereka yang di ruangan itu tahu bahwa, Azazel tidak takut dengan keduanya, baik Costa Valerdio maupun Ronove sudah masa lalu.
Azazel menyeret Crocel ke arah Oeillet. "Aku ingin tahu seberapa besar batangnya."
Azazel menekan Oeillet sampai terjongkok di depan Crocell, wajah Oeillet tepat di depan pangkal paha Crocell. "Buat tegang dan membesar!" perintah Abelllo.
Oeillet mengeleng kepala.
Azazel menampar Oeillet, menjambak dan kepalanya ditekan ke arah batang Crocell yang terikat, "gunakan mulutmu untuk membuatnya berdiri, atau kau mau kutampar lagi."
Karena kondisi Crocell sangat ketakutan membutuhkan waktu yang lama untuk bereaksi. Benar saja, milik Crocell Ronove memang besar.
"Suka yang besar kan ... akan kuberikan," kata Abelllo.
Azazel mengambil pisau memotong batang Crocell. Ia menjerit kesakitan. Darahnya menetes terus tanpa henti.
"Makan daging yang kau suka itu," perintah Azazel. "Buka mulutmu!"
Oeillet tetap menutup mulutnya ketakutan.
Azazel menampar mulut Oeillet berulang sampai mulutnya terbuka dan memasukan potongan daging segar di tangannya. Mendorong paksa masuk dan menutup mulut Oeillet dengan tangannya, hingga tertelan.
Ada rasa mual dan akhirnya wanita itu muntah.
Malphas kecil ketakutan, paman yang selalu memanjakannya berubah menjadi monster penyiksa. Malphas memeluk Abaddon dan Apollyon. Di saat yang sama, anak-anaknya yang lain bersembunyi di belakang ibu masing-masing.
Azazel melihat Abaddon menenangkan kedua adiknya dengan pelukan tanpa rasa takut, ada rasa bangga calon penerusnya seorang pemberani. Sejak saat itu hatinya sudah menetapkan Abaddon lah penerusnya.
Crocell tergantung pingsan, dan akhirnya mati karena kehabisan darah.
Azazel mengambil pistol dan menarik pelatuknya. "Inikah hukuman bagi yang tidak setia. Aku tidak menginginkan barang yang sudah dipakai orang lain." Beruntung Oeillet masih belum memiliki putra darinya.
Oeillet langsung berhenti bernafas. Peristiwa ini sengaja Azazel lakukan supaya para wanita miliknya tidak ada yang berani bermain di belakangnya.
Azazel sadar tindakannya ini membuat Demon langsung mendapatkan dua musuh baru, keluarga Costa Valerdio dan keluarga Ronove. Memang tidak ada bantahan dari dua keluarga itu karena putra merekalah yang bersalah.
Azazel bukan seorang pemaksa untuk cinta, jika wanita itu dulu menolaknya dia tidak akan marah, tetapi jika wanita itu bersedia dinikahi dan berani menghianatinya maka kematianlah pilihannya.
Azazel pernah menampar dengan keras salah seorang wanitanya dan menginjak kaki sampai jalannya menjadi sedikit pincang karena wanita itu mencoba memanipulasi Azazel hanya untuk dirinya. Sebuah pelajaran bagi wanita yang ingin memiliki Azazel sendiri, karena Azazel milik banyak wanita.
Azazel mencintai semua wanitanya dengan adil dengan tidak memihak nama belakang mereka, juga menyayangi semua anak-anaknya, tetapi Azazel tidak segan menghukumnya jika bersalah.
Mereka diajarkan saling mencintai dan melindungi dari usia kecil.
Malphas yang hanya keponakan merasakan didikan seperti putra kandung Azazel. Sejak masa kanak-kanak, pamannya selalu memberikan hak yang sama kepadanya seperti yang diterima sepupu lainnya.
Berkat pamannya, Malphas mencintai semua yang bernama belakang Demon dan Devil.
Malphas sangat menghormati dan mencintai pamannya mungkin melebihi kedua orang tuanya. Malphas kecil sangat senang jika berkesempatan melayani pamannya, walaupun sekedar menyiapkan kopi, minuman atau memijati bahu.
Azazel pun mengetahui Malphas seorang anak yang tulus. Saat membagikan mainan baru ke putra-putrinya, Azazel pernah mendapatkatkan kerusakan pada barang tersebut sehingga menyebabkan kekurangan, hanya Abaddon dan Malphas yang merelakan bagiannya untuk saudaranya. Sejak itu Azazel merasa bahwa Malphaslah yang akan membantu Abaddon—penerusnya—.
Lilith sering marah kepada kakaknya karena membedakan kedua putranya.
Azazel tidak ingin membedakannya tetapi di luar pikiran, selalu mengulanginya. Sejak dari bayi memang Malphas sudah memiliki kasih pamannya.
Malphas pulang membawa pistol mainan terbaru dari pamannya, adiknya menangis melihat dan menginginkannya. Walaupun hatinya tidak rela, Malphas memilih memberikan untuk Arioch tanpa perintah dari siapapun. Ibunya melihat semua kebaikan putra sulungnya, hatinya senang putranya saling mengasihi tetapi ada sedikit sakit karena putra sulungnya kehilangan miliknya demi adiknya.
Keesokan harinya Lilith dengan marah menceritakan kepada sang kakak. "Jangan kau beri anakku sebuah barang apapun jika hanya satu!" Lilith berteriak seperti biasanya.
Azazel hanya tersenyum memikirkan kebodohannya. Otaknya selalu ingin memberikan keduanyanya, tetapi tindakannya secara reflek hanya satu yang diberi, walaupun menyesalinya tetapi hal yang sama terus sering terulang.
***
Usia sepuluh tahun, Malphas memiliki gangguan penangkapan di retinanya, menyebabkannya harus memakai kacamata, kepribadiannya yang pendiam dan tidak bergaul selain saudaranya, membuat teman-temannya mulai mengusik, meledek dan menghinanya. Tetapi Malphas selalu mengabaikannya.
Malphas selalu memandang seorang gadis membuat hati berdebar entah apa penyebabnya. Malphas selalu dekat dengannya membuat hatinya senang. Walaupun gadis itu, semua yang dipakainya terlihat kumal tidak menutupi kejelitaan Hanbi—nama gadis itu—di mata Malphas.