webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Pupil Kuning

gua yang gelap minim penerangan dan suhu yang dingin menjadi saksi bisu perjuangan seorang manusia demi mencapai tujuannya, dengan menantang maut dan bahaya dengan persiapannya dia terjun ke dalam pertarungan yang menyakitkan.

belajar dari kesalahan dan mencari pengetahuan baru dia mencoba bertarung lagi setelah mengalami kegagalan, lagi, lagi , dan lagi, hingga pada pertarungan ini dia sudah mendapatkan kemajuan, sekarang semua tergantung pada keputusan yang akan dia ambil, setiap detik nya akan terpantau, setiap gerakannya akan terlihat tidak ada satupun yang terlewat, satu pilihan yang salah akan menewaskannya.

dia tidak boleh salah memilih pilihan, keputusannya harus tepat, karena sudah tidak ada kesempatan kedua.

....

...

..

.

tornado Raven berputar sangat kencang sampai membuat gua bergetar, gempa kembali terjadi langit-langit gua mulai berjatuhan, walau tubuhnya penuh luka yang dalam itu tidak membuat perlawanannya berkurang malah justru ketika instingnya merasa bahwa nyawanya akan terancam di situlah seluruh kemampuannya akan dia kerahkan.

gempa dan reruntuhan gua membuat Arva sulit untuk mendapatkan gaya pegas yang maksimal, gaya serap tornado Raven juga sedikit demi sedikit menyeretnya mendekat, batu-batu reruntuhan gua yang terserap seketika terbelah menjadi bebatuan kecil.

"ternyata tornado itu juga terbuat dari tebasan Raven...., aku akan mati kalau sampai terhisap".

Arva menggunakan pegasnya yang tidak seberapa memiliki daya dorong untuk menjauh, Raven melihat gerakan Arva di dalam matanya, gerakan Arva terlihat sangat lambat, satu tebasan angin hitam di lesatkan oleh Raven menuju Arva.

Arva merasa aneh kenapa Raven hanya menebaskan satu angin hitam yang terlihat jelas, dengan pegas di kakinya Arva mendorong tubuhnya, ketika sudah terdorong menjauh dari tanah barulah dia paham, Raven tidak menebas ke arah Arva melainkan ke arah mana Arva akan menggunakan pegasnya.

satu tebasan angin hitam yang tajam lurus melesat ke arahnya, Arva memutar tubuhnya sendiri saat itu juga, tepat di depan matanya dia melihat tebasan milik Raven melewati tubuhnya hanya dengan jarak 1 sentimeter, dengan jarak yang dekat seperti ini Arva merasakan dinginnya angin hitam milik Raven.

dia berhasil menghindar dan kakinya sempat menyentuh dinding gua, dia kembali berusaha mendapatkan gaya dorong walau tidak seberapa, dia mencoba menjauh dari Raven sejauh mungkin, dia mendorong tubuhnya dari dinding gua ke dinding yang lain sesekali juga dia mendarat ke bebatuan langit gua yang runtuh, Raven mengepakkan kedua sayapnya dan terbang mengejar Arva dengan menyelimuti dirinya dengan tebasan-tebasan angin hitam.

Arva yang sudah berada di jarak yang cukup jauh bisa melihat sosok Raven yang semakin mendekat, Raven terbang lurus dan menghancurkan segala macam yang dia lewati dengan angin hitamnya.

"sial...!!!!, kalau seperti ini hasilnya akan sama seperti sebelumnya..".

Arva mencoba lebih cermat dalam memilih tempat mendarat untuk mendapatkan gaya dorong yang lebih kuat di saat yang sama Raven menebaskan angin hitam nya dengan menargetkan tempat mendarat yang di tuju Arva.

serangan Raven membuat pegas Arva terasa tidak berguna setiap kali dia ingin mendarat tebasan angin hitam selalu mengganggunya, al hasil Arva hanya bisa mendarat di bebatuan gua yang runtuh, bebatuan yang rapuh itu tidak bisa menjadi medan yang kuat, pegas di kakinya pun tidak mendapatkan dorongan yang kuat dan Raven berhasil mengejarnya.

dua tornado hitam langsung di panggil, Raven menabrak Arva dengan dua tornado itu dari belakang dan depan, Arva kembali membuat bola pelindung dari tulangnya, dua tornado itu saling mendekat dan menjadi satu tornado besar, Arva yang berada di dalam tulang pelindungnya merasakan tekanan yang luar biasa dia terus menerus memperbarui tulang pelindungnya agar tidak hancur.

Raven membuat dua tornado lagi dan menabrakkannya ke tornado yang sekarang sedang mencabik-cabik tulang pelindung, tornado-tornado itu menyatu menjadi tornado raksasa, tornado itu menerobos langit-langit gua hingga sampai tembus ke permukaan.

pepohonan, hewan dan monster yang ada di sekitar area itu langsung terhisap, segala macam yang terhisap terpotong-potong tak berbentuk, penduduk di kota menjadi panik melihat tornado hitam itu, sementara itu Leina dan Daka yang berada di kejauhan merasa khawatir.

"OOI... APA-APAAAN ANGIN HITAM ITU....!?!?!" teriak Daka.

"ja-jangan-jangan itu monster dominan yang di bicarakan orang-orang" kata Leina.

"ada apa ini sebenarnya, gempa dan tornado hitam itu apa ada hubungannya?" kata Daka.

"entahlah Daka, tapi aku punya firasat bahwa sebaiknya kita tidak mendekati angin itu" kata Leina.

"tapi, bagaimana kalau di sana ada Tuan Arva..?, kau tau kan dia sering pulang dengan tubuh penuh luka, apa jangan-jangan dia bertarung melawan monster itu..?" kata Daka.

"justru kalau memang Tuan Arva melawan monster itu sendiri tanpa mengajak kita bisa di artikan monster itu terlalu berbahaya sehingga Tuan Arva tidak ingin melibatkan kita" jawab Leina.

Daka dan Leina melihat dengan mata mereka sendiri dari kejauhan terlihat banyak potongan-potongan tubuh mahluk hidup tercincang-cincang menggambarkan betapa ganasnya angin hitam itu.

"untuk sekarang lebih baik kita mencari tempat yang aman, ketika ini semua mereda baru kita mendekat memeriksa apa yang terjadi" kata Leina.

"ya Leina kau benar" kata Daka.

Leina dan Daka menjauhi tornado hitam itu, sementara itu Arva yang berada di dalam tulang pelindungnya terus-menerus memperbarui ketahanannya, hampir setengah tenaganya sudah terkuras, kedua tangannya sudah mulai bergetar, rasa letih terasa di seluruh tubuhnya.

Raven terbang di sekitar tornado hitam itu mengamati tulang pelindung Arva, mata Raven terfokus untuk terus melihat ke tulang itu, dengan kondisi seperti ini Raven sudah berhasil mengunci Arva dan membalikkan keadaan.

di saat terfokuskan Raven merasakan sesuatu menggerogoti punggungnya, sesuatu melubangi punggungnya dan masuk kedalam tubuhnya, angin tornado itu mulai melemah dan menghilang, hilangnya tornado itu juga membuat gempa bumi menghilang.

Raven terjatuh lemas ke tanah, dia merasakan sesuatu memakan dirinya dari dalam, tulang pelindung Arva juga mendarat ke tanah, Arva berjalan keluar dari tulang pelindungnya, dia berjalan mendekat ke Raven yang kini lemas tak berdaya, Arva kembali mengingat informasi dari Noxva.

"yang paling menyusahkan dari Raven memang penglihatannya tapi itu juga sekaligus kelemahan dia, Raven tetap lah monster ketika dia menggunakan Skillnya ini, dia akan terfokuskan untuk mengalahkan targetnya dan tidak memperhatikan sekelilingnya dan di saat itu lah..." kata Noxva.

"kau gunakan itu untuk menyerangnya diam-diam" kata Arva melanjutkan kata-kata Noxva yang ada di ingatannya.

Arva berjalan lebih dekat, dia melihat nafas Raven terengah-engah, dari tubuh Raven keluar semacam mahluk parasite dan parasite itu adalah tangan Arva yang terpotong di awal, dia menggunakan bagian tubuhnya sebagai parasite hidup dan menunggu kesempatan untuk memasukkan parasite hidup itu ke tubuh Raven dan menggerogotinya dari dalam.

daging-daging parasite dari tubuh Arva keluar dan menyerap tubuh Raven, perlahan tubuh gagak raksasa itu mengering dan menjadi kering, Arva merasa bahwa tubuhnya terisi kembali dia merasakan kekuatan masuk ke dalam tubuhnya, di dalam tubuhnya dia merasa DNA nya berubah lagi, secara perlahan level kedudukannya naik dari "Doctor" menjadi "Mad Scientist".

Leina dan Daka yang melihat tornado hitam menghilang memutuskan untuk langsung memeriksa wilayah itu.

"benar-benar hancur total, aku jadi teringat desa kita" kata Daka.

"lebih baik kita tetap waspada Daka, kita tidak tau apa yang ada di sekitar sini" kata Leina.

mereka berjalan dengan waspada melihat ke sekeliling, dari jauh mereka melihat tubuh gagak besar yang sudah mengering, mereka mendekati tubuh gagak besar itu.

di dekat jasad gagak besar itu mereka melihat sosok Arva yang membelakangi mereka, Daka dan Leina segera menghampiri Arva tapi langkah mereka berhenti karena tiba-tiba dari punggung Arva muncul dua buah sayap hitam.

mata mereka terbelalak, mereka terkejut sampai tidak bisa berucap apapun, perlahan Arva menoleh ke arah mereka.

"ohh.., kalian...".

terlihat senyuman puas di wajah Arva dengan pupil berwarna kuning di kedua matanya.