webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Perasaan yang berdarah

"huahahaha....., lihat itu badan mereka sampai hancur lebur" kata Kalva yang menikmati kekacauan dari atas tebing.

Para penduduk desa menyerang Red Ogre itu bertubi-tubi tapi kerasnya kulit monster itu membuat perjuangan para penduduk menjadi sia-sia, satu persatu mereka di remukkan, di patahkan dan di hancurkan oleh Red Ogre itu.

Daka dengan seluruh tenaga yang dia punya memukulkan pukulannya ke arah monster itu, Red Ogre melihat pergerakan Daka dan melakukan pukulan balik, terjadi benturan antara pukulan Daka dan Red Ogre.

dahsyat pukulan Red Ogre menghancurkan tangan Daka sekaligus melemparkan tubuhnya beberapa meter, Daka mendarat dengan keras ke tanah, dia melihat tangan kanannya hancur sampai ke siku, darah mengalir dari dalam tubuhnya.

Dia menggigit bibir bawahnya, keringat dingin keluar dari wajahnya karena rasa sakit yang dia rasakan, tidak lama datang lah Arva sambil melemparkan botol ramuan ke arah Daka.

efek ramuan itu mengembalikan tangan Daka yang hancur dan seluruh lukanya kembali tertutup, di saat yang sama datang Leina bersama para penduduk yang lain.

"apa itu tadi..?!?? " kata Kalva.

Kalva yang melihat dari tebing terkejut melihat ramuan milik Arva.

"tubuh yang hancur bisa kembali seperti semula.., Doctor itu benar-benar melakukan hal yang tidak pernah ada sebelumnya" kata Kalva.

Kalva menggigit ibu jarinya.

"haruskah dia ku selamatkan...?!?! , aku yakin tuan Giodan akan senang ketika orang seperti dia menjadi pelayannya" kata Kalva.

"hmm..., kurasa aku akan mengamati nya lebih lama lagi" kata Kalva.

keadaan Arva dan yang lain tidak di untungkan di sini, satu-satunya pilihan mereka hanyalah bertarung, Arva menyusun rencana pola serangan untuk mengalahkan monster dominan itu, walau kemungkinan keberhasilan nya kecil tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Daka dan beberapa penduduk desa "Guard" bergerak menerjang Red Ogre sekali lagi tapi kali ini senjata mereka di lapisi oleh energi elemen dari penduduk desa yang lain, Arva melemparkan beberapa ramuan kimia ke sekeliling Red Ogre itu.

asap berwarna kuning menguap dari cairan itu dan terhirup oleh Red Ogre, Red Ogre tiba-tiba menjadi lemas dan tidak agresif seperti tadi.

"jangan sia-sia kan ini....!!!, ramuan yang tersisa sangatlah terbatas" kata Arva.

tebasan dari grup Daka membuahkan hasil, mereka berhasil melukai Red Ogre itu walau hanya menimbulkan luka kecil.

Arva juga ikut maju kedepan, sebagai seorang yang berlevel kedudukan "Doctor" Arva memiliki kemampuan penyembuhan diri yang cepat tapi Arva tetap harus berhati-hati karena kalau dia menerima serangan mematikan maka penyembuhan dirinya tidak ada gunanya.

Arva melempar ramuan kimia keras ke tubuh Red Ogre, ramuan itu melelehkan kulit Red Ogre, Red Ogre yang masih dalam pengaruh efek kimia Arva berusaha menyerang, tapi karena serangan nya terlalu lambat dapat di hindari dengen mudah.

sementara itu Leina sedang berkonsentrasi mengumpulkan seluruh energinya, terlihat bola es yang ada di hadapannya perlahan semakin membesar terus membesar hingga seukuran Red Ogre itu.

Arva melihat bola es Leina dan menyuruh Daka dan yang lain untuk segera mundur, tepat setelah Daka dan yang lain menjauh Leina melesatkan bola es itu ke arah Red Ogre dan menghantam keras monster itu.

Red Ogre bersama bola es Leina terjatuh ke danau, di saat itu para Mage yang ada di desa membuat suhu di sekitar menjadi menurun sehingga membeku kan beberapa bagian Red Ogre itu, Red Ogre terkunci tidak bisa bergerak, Arva sekali lagi melempar ramuan kuning dan melemah kan monster itu.

lalu Daka dan yang lain maju sambil sedikit demi sedikit memberikan luka kepada monster itu, pihak Leina dan para Mage juga ikut membantu dengan menembakkan pisau es terus menerus ke arah Red Ogre.

kondisi penduduk desa menjadi lebih di untungkan, Kalva tidak memberikan reaksi apapun, dia hanya mengamati kejadian itu dengan mimik wajah biasa.

"sungguh..., sia-sia" kata Kalva.

dari tubuh Red Ogre itu keluar uap panas yang melelehkan kulit para penduduk, Arva dengan cepat melemparkan ramuan penyembuhan ke berbagai arah dan menyuruh para penduduk untuk mundur.

uap dari tubuh monster itu semakin memanas, es yang menguncinya meleleh dan monster itu kembali bebas.

"HUUUAAARRRGGGHHHHH.... !!!! "

pihak Arva dan penduduk desa seakan-akan di permainkan, perbedaan kekuatan yang jauh membuat pertarungan sangat terasa tidak adil.

Arva mengecek ramuannya dan hanya tertinggal satu ramuan penyembuh, dia terdiam, berpikir keras menemukan solusi, bagaimana caranya bisa lolos dari monster itu.

"Tuan Arva... " kata Daka.

Daka berdiri membelakangi Arva, sosok Daka berdiri dengan tegak, postur besar nya terlihat jelas di mata Arva.

"Terima kasih untuk 1 tahun ini... , aku yakin jika bukan karena mu kami pasti sudah lama mati kelaparan" kata Daka.

pria berbadan kekar itu mengambil pedang tua yang sudah retak.

"anda memiliki masa depan yang cerah, tidak seperti kami anda adalah orang yang jenius, orang seperti anda tidak seharus nya mati di sini" kata Daka.

Arva seolah-olah tau apa yang akan Daka lakukan, Arva menyuruh Daka untuk berhenti tapi Daka hanya membalas kata-kata Arva dengan senyuman.

"Tuan Arva, tolong bawa Leina bersama anda, gadis itu memiliki kemampuan bakat di bidang sihir saya yakin dia akan banyak membantu anda" kata Daka.

perlahan Daka berjalan menjauh dari Arva.

"semoga anda mendapatkan kehidupan yang lebih baik" kata Daka.

dia berlari begitu kencang lurus menuju Red Ogre, monster itu merespon kedatangan Daka dengan menyerang nya, satu hantaman mengenai sebagaian tubuh Daka, kaki dan tangan kirinya hancur, tapi Daka tidak berhenti dia melompat dan menggenggam kuat pedang yang dia bawa.

"AAAAARRGGGH....!!!!!! "

"Craaat"

Daka berhasil menancapkan satu pedangnya di mata Red Ogre, Red Ogre merasakan sakitnya serangan Daka, dari mulut Red Ogre itu keluar sinar merah, sinar itu berubah menjadi api dan.

"DAKA.... !!!!!!? " teriak Arva.

semburan api langsung mengenai Daka dan membakarnya, Daka sekali lagi terlempar dan terjatuh di dekat Arva, seluruh badannya menghitam dan mengeluarkan asap.

kejiwaan Arva terguncang, dia berteriak dengan keras sambil menatap monster itu dengan penuh amarah, monster itu melihat Arva dan dengan cepat mendatanginya, monster itu mengarahkan kakinya dengan maksud ingin menendang Arva bersama dengan Daka yang sudah tak sadarkan diri.

seperkian detik sebelum terkena tendangan Red Ogre, datang Leina dan dengan cepat menciptakan dinding es, tapi dinding es Leina tidak memberikan arti apapun kepada Red Ogre tersebut.

Leina malah justru menerima tendangan raksasa merah itu lebih dulu dan membuat perut nya hancur, kerasnya tendangan Red Ogre membuat ketiganya terhempas keluar dari desa.

"HUUAAARRRGGHHH.....!!!! "

"dasar mahluk bodoh, kenapa malah di tendang keluar desa...!?!??!, kalau begini mana bisa aku tau mereka mati atau tidak" kata Kalva sambil menepuk jidatnya.

Kalva mengutus seluruh pasukannya yang tersisa untuk pergi mencari mereka, dan memerintahkan untuk membunuh keduanya kecuali orang yang memiliki kedudukan "Doctor" , pasukan pun berangkat dan melaksanakan perintah Kalva.

"yaa, setidaknya alasan ku untuk berada di sini sudah tidak ada, yang lain pasti akan mati terbunuh monster itu" Kalva berjalan menuju tenda peristirahatannya, tapi langkahnya kemudian berhenti karena dia merasakan sesuatu.

dari arah gerbang desa, dinding yang Kalva pasang terbelah dan hancur berkeping-keping, dari balik asap debu reruntuhan itu muncul Vrion dan di susul beberapa bola elemen yang melesat ke arah raksasa merah itu.

Kalva langsung terbelalak.

"si bajingan.. Silver Wolf Knight" kata Kalva.

sementara itu Arva yang terhempas karena tendangan Red Ogre akhirnya tersadar, dia mendapati dirinya ada di samping sungai di tengah hutan, dia melihat ke sekeliling dan melihat dua orang yang dia kenal tak sadarkan diri dengan bentuk tubuh yang tidak karuan.

Arva menangisi dua temannya itu dan mengutuk dirinya karena tidak berguna, tangisan Arva terdengar oleh pasukan Kalva dan mereka berhasil menemukan Arva.

mereka mengajak Arva dengan paksa untuk ikut ke tempat Kalva tapi Arva menolak dengan sekuat tenaga dia berontak, tapi dia tidak dapat melawan pasukan Kalva.

"kenapa...?, kenapa kalian melakukan hal ini...? , apa salah kami...? " tanya Arva sambil menangis.

para pasukan hanya tertawa melihat reaksi Arva, mereka mengatakan bahwa hal ini sudah wajar terjadi, bisa di bilang ini adalah hiburan bagi mereka yang memiliki kekuasaan.

jawaban para pasukan itu semakin membuat Arva emosi, dia semakin memberontak tapi tindakannya tidak ada gunanya, satu pukulan keras mengarah ke perut nya hingga membuat dia lemas dan terjatuh ke tanah.

dia melihat dua tubuh orang yang di sayangi tak sadarkan diri di hadapannya.

"kenapa hal ini terjadi....."

...

..

"tidak peduli dunia manapun, orang yang berkuasa kenapa selalu seperti ini... "

..

..

.

"Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi... "

...

..

.

"hal ini harus berhenti.."

. .

.

"harus di hentikan.... "

. .

.

"di hentikan.... "

...

"aku harus menghentikannya...!!!!"

...

..

.

"dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya"

di saat para pasukan lengah, Arva mengambil sesuatu yang ada di sakunya, dan itu adalah parasite yang sebelumnya dia ujikan ke ikan.

dia meminum semua parasite itu, seketika seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa, dia menutupi mulutnya dengan tangannya agar tidak menimbulkan suara, dia merasakan DNA di dalam tubuhnya perlahan berubah.

"hei kemana pergi nya Doctor itu? "kata salah satu pasukan.

Arva menghilang.

" sial..., kalau seperti ini Tuan Kalva bisa marah ayo cepat kita ca-"

"Craaat"

sesuatu memotong kepala prajurit tersebut di depan pasukan yang lain, satu persatu beda tajam yang misterius membantai hampir setengah dari pasukan Kalva.

dari kegelapan malam muncul sosok Arva dengan wujud yang berbeda.