webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Perasaaan

Leina sedang berjalan di dalam hutan demi mencari buah-buahan segar untuk di makan, gadis itu sudah berjalan cukup lama tapi tak kunjung menemukan satu buah pun, dia menyandarkan punggungnya pada suatu batang pohon untuk beristirahat.

angin datang berhembus membuat suasana di dalam hutan terasa sejuk, sejuk nya angin itu membuat sedikit rasa letih nya berkurang, terasa getaran hentakan kaki mendekat, dan datanglah seorang pria yang dia kenal.

"Leina, sedang mencari buah? " tanya Daka.

"iya Daka tapi sayangnya aku belum menemukan satu pun" jawab Leina.

"sepertinya ini memang hari sial, perburuan kami juga tidak membuahkan hasil" kata Daka sambil mengeluh.

Leina hanya tersenyum menyanggupi perkataan Daka.

"bagaimana keadaan Tuan Arva? " tanya Daka.

"keadaan tuan semakin membaik, tadi pagi tuan pergi berjalan-jalan melihat pemandangan desa" jawab Leina.

"baguslah, walau kita membutuhkan bantuannya tapi tidak bagus jika kita memaksanya dengan keadaannya yang belum pulih, orang yang melewati dimensi kematian pasti akan terguncang kondisi jiwanya apa lagi jika orang itu mati dengan penyesalan" kata Daka.

Leina menganggukkan kepalanya sebagai pertanda bahwa dia setuju dengan perkataan Daka.

"bagaimana dengan keadaan sawah kita? " tanya Daka.

"masih sama, air danau tidak bisa mencapai persawahan kita" jawab Leina.

"buah-buahan tidak ada, hewan liar menghilang, bahkan sawah kita juga kering sepertinya akan sulit untuk melewati musim dingin yang akan datang" kata Daka.

Daka terus mengeluh atas permasalahan mereka sedangkan Leina hanya tersenyum menanggapi Daka, tidak lama dari itu terdengar suara penduduk desa dari kejauhan, mereka berdua merasa aneh karena biasanya suara para penduduk tidak akan terdengar sampai ke hutan kecuali mereka berteriak.

Leina dan Daka mendapatkan perasaan tidak enak, keduanya langsung berlari menuju desa, mereka mengkhawatirkan jika ada bandit atau perampok yang datang menyerang desa mereka.

sesampainya di sana terkejutnya mereka melihat keadaan desa.

"astaga ini... " kata Daka.

air mata Leina mengalir melihat pemandangan desa, Daka langsung berlutut lalu mengangkat kedua tangannya ke langit dan berteriak.

"WOOOOAAAAAHHH.... !!!!! ".

air danau mengaliri sawah mereka, ternyata suara yang mereka dengar berasal dari suara penduduk yang bersorak dan bergembira, baik Leina, Daka dan para penduduk masing-masing mencurahkan perasaan syukur mereka.

Leina begitu bahagia sampai tidak bisa membendung air matanya, Daka berteriak begitu kencang sampai seisi desa mendengar suaranya, mereka berbahagia dengan apa yang terjadi.

Leina berlari sekuat yang dia bisa, meninggalkan Daka

"HEI LEINA KAU MAU KEMANA?!? " tanya Daka.

"MENCARI TUAN ARVA..!! " jawab Leina.

Daka bangkit dan segera menyusul Leina, mereka berdua berlari sampai ke dalam rumah Leina tapi tidak menemukan Arva di dalam nya, lalu mereka menanyakan kepada penduduk kemana Arva, ternyata dia sekarang berada di bangunan tua tempat dia terpanggil, Leina dan Daka langsung bergegas berlari ke bangunan tua yang di maksud.

ketika sudah masuk ke dalam bangunan itu tidak nampak sosok Arva di bagian altar, akhirnya mereka masuk lebih dalam hingga sampai di sebuah perpustakaan tua, di sana mereka melihat sosok Arva yang sedang berdiri menghadap jendela dengan beberapa buku yang sudah terbuka tertata rapi di sebuah meja yang ada di belakangnya.

cahaya yang masuk dari jendela itu menerangi sosok Arva yang tengah berdiri, perlahan Arva menoleh ke arah mereka berdua.

"ada apa?, kenapa nafas kalian terengah-engah seperti itu? " tanya Arva.

mereka bedua tidak merespon perkataan Arva, mereka hanya berdiri di sana dengan nafas mereka yang terengah-engah.

Arva menjadi bingung dengan situasi ini, beberapa kali dia mengkedipkan kedua matanya dan melihat ke arah lain.

di tengah kesunyian itu Leina dan Daka tiba-tiba berlutut sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Arva, mereka bedua berterima kasih atas apa yang sudah Arva lakukan, Arva yang melihat reaksi mereka menganggap bahwa apa yang sudah dia lakukan bukan lah hal besar.

"tuan Arva, bagi kami apa yang sudah anda lakukan begitu berarti bagi kami, karena itu Terima kasih tuan Arva, Terima kasih..." kata Daka.

mereka terus menerus berterima kasih kepada Arva, tapi Arva tetap tidak mengerti kenapa sampai segitu nya mereka memberikan reaksi.

"tuan Arva, ada yang ingin menemui anda di luar" kata Leina.

Arva penasaran siapa yang di maksud oleh Leina, mereka bertiga pun berjalan ke luar ketika sampai di luar bangunan tua, Arva melihat seluruh penduduk desa di hadapannya, mereka semua berterima kasih kepada Arva.

sampai titik ini sebenarnya Arva masih tidak mengerti kenapa hanya dengan mengaliri air sawah bisa sampai seheboh ini, tapi dia sudah tidak mempermasalahkan itu lagi, melihat wajah bahagia para penduduk membuat hati Arva di penuhi oleh kebahagiaan, tak terasa sedikit air matanya mengalir.

dia memegang dadanya dengan tangan kanannya dan di dalam hati dia berkata.

"bagus lah aku bisa menolong orang-orang".