webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Angin hitam

Raven melebarkan kedua sayapnya perlahan tubuhnya terbang menjauhi tanah, Arva memperkuat seluruh tubuhnya dan melapisi kedua tangannya dengan tulang yang dia ubah menjadi sarung tinju, dia membuat kedua betis kakinya sedikit elastis seperti sebuah pegas.

dia melakukan lompatan kecil yang semakin lama lompatan kecilnya bertambah tinggi hingga ketika sudah mencapai ketinggian tertentu dia menahan pegas yang ada di kedua kakinya, daya dorong yang di hasilkan pegas itu dia targetkan menuju Raven.

dengan lompatan yang cepat melebihi kecepatan peluru dia melesat dengan tajam ke arah Raven, tidak sempat melakukan balasan Raven menerima pukulan keras ke arah dadanya dan membuat nya terhempas ke tanah.

Arva kembali menahan kaki pegasnya pada langit-langit gua dan menerjang Raven, Lagi-lagi Raven tidak sempat berkutik karena Arva terlalu cepat, satu lagi pukulan keras dari tulang Arva memukul perut Raven.

pukulan keras itu membuat tanah gua runtuh menjatuhkan Raven dan Arva ke bagian gua yang ada di bawah tanah.

Arva langsung mundur lalu mengatur jarak, dia mempersiapkan pegasnya dengan melakukan lompatan-lompatan yang sama seperti sebelumnya.

dari balik asap debu reruntuhan tanah terasa hembusan angin yang dingin, angin dingin itu berhembus semakin kencang membuat debu-debu reruntuhan melayang-layang di udara, penglihatan Arva terganggu karena debu-debu yang masuk ke dalam matanya.

Raven menggunakan debu-debu di sekitarnya sebagai pelindung agar Arva sulit menemukan posisinya, angin semakin kencang membuat lompatan Arva terganggu al hasil daya dorong yang di hasilkan tidak maksimal.

dari balik asap debu sekilas terlihat kilatan hitam, Arva membesarkan tulang-tulang yang ada di tangannya sehingga membentuk sebuah perisai, satu kilatan hitam datang mendekat dan memberikan bekas sayatan di perisai tulang Arva.

kerusakan yang di hasilkan tidak terlalu besar karena ketahanan yang dimiliki perisai tulang Arva, sambil berlindung di balik perisainya Arva mencoba mencari dimana posisi Raven, di dalam badai debu ini penglihatan nya terasa kacau, sedikit melebarkan mata saja debu-debu yang terbawa angin langsung masuk ke dalam matanya.

tapi jika terus berada di posisi seperti ini tentu nya bukan hal yang menguntungkan baginya, dengan paksaan dia membuka kedua matanya selebar yang dia mampu, rasa perih dan gatal langsung terasa di kedua matanya.

matanya bergerak melihat ke setiap sudut demi mencari posisi Raven tapi sayangnya tebal debu reruntuhan membuat jarak pandangnya berkurang, dia sejenak memejamkan mata dan menggosok-gosoknya dengan tangannya lalu kembali membukanya.

air mata mulai keluar dari kedua matanya, putih pada matanya juga sudah memerah, rasa perih yang dia rasakan semakin menyakitkan.

dia kembali menutup matanya untuk merendahkan rasa perih, hal itu di manfaatkan oleh Raven dia mengibarkan kedua sayapnya mempertajam angin di sekelilingnya setajam layaknya sebuah pedang dan mengarahkannya dengan kecepatan tinggi ke arah Arva.

Arva kembali membuka matanya dia melihat beberapa tebasan angin tajam sudah cukup dekat ke arahnya dengan sekuat tenaga dia menggeser perisai tulangnya dua tebasan berhasil di halaunya tapi satu tebasan berhasil menebas bahu kirinya dan memotong tangannya.

darah tersembur keluar dari bahu kirinya rasa sakit yang sangat luar biasa dia rasakan sampai membuatnya berlutut, dia menahan rasa sakit itu sekuat tenaga sambil menghalau beberapa tebasan Raven yang datang menyusul.

dia merobek bajunya dan mengikatkan nya ke bahu kirinya demi memperlambat aliran darah yang keluar dari tubuhnya.

Raven tidak membiarkan Arva beristirahat gagak besar itu terbang mengitari Arva sambil menebaskan angin tajam bertubi-tubi, Arva dengan bermodal tangan kanannya yang memegang perisai tulang dan kedua kaki nya sebagai penopang berusaha sebisa mungkin menepis semua tebasan itu.

serangan demi serangan dia halau, kerusakan yang di terima oleh perisainya semakin melebar gerakan tubuhnya juga sudah mulai melambat, penglihatannya mulai menjadi kabur mengalir darah dari kedua matanya karena efek dari kerusakan menerima debu tajam terlalu banyak, satu tebasan Raven juga berhasil mengenai punggungnya.

menyadari tubuhnya semakin melemah Arva melebarkan tulang yang dia gunakan sebagai perisai menjadi bola pelindung dan masuk kedalamnya, dia juga menambah ketebalan tulang itu agar semakin kuat menerima serangan Raven.

Raven masih terus menyerang Arva dengan serangan yang sama, tebasan angin yang tajam datang bertubi-tubi bagaikan peluru yang di muntahkan oleh senapan serbu.

"kalau seperti ini..., aku yang akan tewas...".

terlihat retakan pada tulang bola pelindung Arva yang semakin melebar, Raven mempercepat tempo serangannya membuat kerusakan pada bola pelindung itu semakin parah, retakan merambat hampir ke seluruh bola ketahanan pelindung itu mencapai batas dan akhirnya hancur.

pelindung itu hancur berkeping-keping, dari mata Raven dia melihat tulang-tulang itu mulai berjatuhan, perlahan sosok Arva mulai terlihat dengan mata yang lurus melihat tajam ke arah Raven dan pegas yang sudah dia siapkan di kakinya.

"MAKAN INI...!!! BURUNG SIALAN....!!!".

pegas di kaki Arva mendorong tubuhnya sangat keras sampai kedua kakinya hancur, dengan kecepatan yang lebih dari sebelumnya dia melesat ke arah Raven dia mengubah sarung tinju tulang yang ada di tangan kanannya menjadi bola berduri, hantaman yang menyakitkan dihantamkan ke tubuh Raven dan mendorongnya.

dahsyatnya serangan Arva sampai membuat Raven terdorong menembus tembok-tembok gua, tembok demi tembok hancur menyebabkan gempa bumi.

"UWAAAHH...!!!, GE-GEMPA...!!?!?!?" teriak Daka.

gempa itu dirasakan oleh seluruh mahluk yang ada di hutan dan juga kota, guncangan karena hancurnya pondasi gua bawah tanah begitu terasa, seluruh kota bergetar banyak penduduk yang keluar dari rumahnya, bersembunyi di bawah meja maupun ranjang mereka karena efek dari pertarungan ini.

Raven terus terdorong dan menembus tembok gua hingga dorongan itu melemah dan gagak raksasa itu berhenti menabrak dinding terakhir di saat yang sama gempa berhenti, Arva tidak ingin kesempatan ini hilang dia membuat pergelangan tangan kananya menjadi elastis dengan sekuat tenaga yang tersisa dia bermaksud untuk meremukkan kepala Raven, tapi apa daya tubuh nya yang sudah kehabisan tenaga, serangannya hanya dapat membuat salah satu mata Raven menjadi hancur tidak cukup kuat untuk menghancurkan kepala gagak itu.

"si-sial...".

tebasan angin tajam mengarah ke dirinya, secara sekejap tubuhnya termutilasi, organ-organ tubuhnya berkeluaran, usus perutnya terpotong-potong sesaat sebelum mati dia melakukan pemulihan, tubuh baru tumbuh mulai dari leher berjalan ke perut, organ tubuh, tangan, dan kaki, kondisi staminanya pun kembali ke keadaan prima.

dia langsung menggunakan pegasnya untuk melesat ke arah Raven dan mengubah kedua tangannya menjadi bor dia bermaksud untuk mengakhiri pertarungan ini.

"Craaat..!"

sesuatu menebas pipi kanannya, dengan reflek dia menginjak tanah dan mendorong dirinya ke arah lain, dari jarak yang cukup jauh dia melihat kondisi Raven, dari mata Raven yang masih bisa melihat terpantul cahaya kuning, perlahan gagak raksasa itu bangkit dan melebarkan kedua sayapnya.

"akhirnya...., muncul juga.."

muncul angin tornado yang tajam di sekeliling Raven, hawa dingin di daerah itu menjadi semakin dingin, sangat dingin sampai Arva bisa melihat nafas yang keluar dari mulutnya.

"penglihatan Raven..".

Raven mengeluarkan Skill pamungkasnya di saat pemulihan Arva satu-satunya telah terpakai, walau keadaan Raven sudah penuh luka gagak itu bisa membalikkan keadaan dengan penglihatannya itu, Arva mempersiapkan pegas di kakinya, dia menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya.

"satu kali kesempatan.., aku tidak boleh lari..., pilihan ku hanya mati atau menang" .