webnovel

God not be wasted

Mau sampai kapan hal seperti ini akan terus terjadi..??? hal ini harus berhenti.., harus di hentikan.... di hentikan.... ... aku harus menghentikannya...!!!! dengan sesuatu yang sudah ku miliki dari dunia ku sebelum nya

Noxva · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Akhir dari perburuan

"aaahh..., sesekali makan di luar seperti ini bisa menghilangkan penat di kepala" kata Daka.

setelah berburu bahan yang di cari mereka bertiga beristirahat dan makan bekal yang sudah di siapkan Leina, Daka dengan lahap memakan makanan, dia memasukkan makanan ke dalam mulutnya di saat makanan yang ada di mulutnya belum dia telan.

"pelan-pelan.., nanti kalau tersedak bagaimana ? " kata Leina.

"yaa..., habisnya aku lapar jadi nafsu makan ku menajam tinggi, lagi pula seharusnya ada orang lain yang perlu kau khawatirkan selain aku" kata Daka.

Daka dan Leina melihat ke arah Arva yang dari tadi tersenyum sambil melihat bola nasi yang dia genggam.

"dari tadi Tuan Arva seperti itu..." kata Daka.

"ya-ya..., mungkin suasan hati Tuan Arva sedang baik jadi karena itu..." kata Leina.

"huhuhu..., Huahahahaha..." tawa Arva.

penampilan Arva yang terciprat darah Minotaur serta kelakukan nya yang senyum serta tertawa sendiri membuat suasana menjadi seram.

"kau yakin Tuan Arva baik-baik saja..?!??!, apa kepalanya tidak terbentur sesuatu..?" kata Daka.

"entahlah aku tidak tau...." jawab Leina.

"hmm?, kenapa kalian melihat ke arah ku ?" kata Arva.

mereka lanjut menyantap makanan mereka dan mencoba menyampingkan kelakukan aneh Arva, sampai akhir pun Arva masih tersenyum sambil meremas-remas nasi yang ada di tangannya tanpa memakan bekalnya sedikitpun.

"sudah kuduga pasti kepalanya terbentur sesuatu" kata Daka sambil berbisik.

Leina hanya tersenyum ringan menanggapi kata-kata Daka, peruh kenyang tenaga kembali terisi saatnya kembali pulang ke penginapan, terkumpul sekitar 120 tanduk Minotaur satu tanduknya di hargai 2 perak jadi total pendapatan mereka hari ini 240 perak, Daka dan Leina terkejut melihat banyak sekali uang yang mereka dapat, selama di desa mereka jarang mendapatkan uang sekali nya dapat hanya 1 atau 2 perunggu dan itu sudah bernilai besar di mata mereka.

Leina dan Daka gembira wajah mereka terlihat bersinar wajah Arva juga bersinar dan gembira tapi tentu karena hal lain.

240 perak, 1 peraknya bisa di gunakan untuk menyewa penginapan untuk 1 hari di kota ini kalau untuk makan 1 perak bisa di gunakan untuk 3 hari dengan 3 kali makan sehari, jadi nilai 240 perak sungguh besar, Arva membagi kan perak itu ke mereka berdua sama rata 120 untuk Leina dan 120 untuk Daka sedangkan Arva tidak mengambil satu perakpun.

alasan Arva tidak mengambil jatah sedikitpun karena uang yang dia kumpulkan sendiri ketika mereka berdua belum prima masih di rasa cukup, Leina dan Daka sedikit merasa tidak enak dan berusaha untuk tetap memberikan jatah pendapatan kepada Arva, meskipun sudah di bujuk Arva masih tetap tidak mau menerimanya dan tetap pada keputusannya.

"anggaplah ini sebagai tanda perayaan kesembuhan kalian, tidak perlu merasa tidak enak hati, ambillah dan pakai lah sesuka kalian" kata Arva.

bukannya berhasil membujuk Arva justru Arva lah yang berhasil menyakinkan mereka, sebenarnya di dalam hati mereka masih ada perasaan tidak enak tapi mereka menuruti kata Arva sebagai orang yang mereka anggap sebagai pemimpin mereka.

malam harinya.

Arva sedang mencari hiburan dengan datang ke kedai minuman terdekat, dengan segelas minuman yang dia pesan dia menyendiri demi menenangkan diri, di saat semua orang saling berbincang dan tertawa Arva tampak tenang di sudut kedai sambil menikmati minumannya.

perlahan dia meneguk minuman itu, sensai dingin masuk kedalam mulutnya dan mengalir ke tenggorokan hingga ke perutnya, dengan menyandarkan dagunya ke salah satu tangannya sementara tangannya yang lain memegang minumannya dia berpikir.

"hanya masalah waktu..."

....

"sampai aku bisa membalaskan apa yang sudah badut itu....."

.....

"lakukan pada ku"

....

"dan pada desa mereka berdua".

gelasnya pun kosong, Arva meninggalkan kedai minuman itu dengan senyum sinis di wajahnya.